BAB 66 [Kebingungan Fani]

76 10 0
                                    

"Jingga!"

Pemuda itu berteriak, membuat arah mata banyak orang tertuju pada sosok yang menggendong ranselnya di sebelah kanan. Badan pemuda itu tegap, mengisyaratkan bahwa dirinya memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi.

"Baru aja kita omongin, Iqbal udah ada di sini." Upi terkekeh. Gadis itu sontak saja menoleh pada Jingga yang diam membisu.

"Je, ada crush lo, tuh. Enggak mau disapa?"

Fani menoleh pada Upi memberitahu gadis itu lewat mata agar berhenti mengolok-olok Jingga.

"Je." Iqbal kembali memanggil.

Dengan spontan Fani bangun, membuat Iqbal yang mendapatkan tatapan tajam dari Fani berusaha untuk tidak peduli.

"Lo ngapain di sini? Mau gangguin Jingga lagi?!" Fani menghalangi Iqbal, membuat pemuda itu berdecih.

"Lo kenapa? Lagi gak sehat?" tanya Iqbal dengan santai.

"Lo yang kenapa? Bukannya lo gak suka kita deket-deket sama lo."

"Itu dulu, sekarang nggak," jawab Iqbal seadanya.

"Jangan seenaknya!" ancam Fani, membuat Iqbal menaikkan satu alisnya.

"Aneh, gue bahkan nggak ngapa-ngapain."

"Lo ada urusan apa sama Jingga?!" Dengan nada keras, Fani kembali bertanya.

"Gue mau jemput manusia paling cantik."

Semuanya melotot termasuk Jingga yang memunggungi pemuda itu.

"Karin nggak ada di sini!" sentak Fani.

"Lah, terus?"

Classa, Upi, dan Lina menganga tidak percaya dengan jawaban Iqbal, mereka yang masih duduk saling menoleh dan saling menyenggol lengan satu sama lain.

"Ini seriusan? Gue, kah?" Dengan percaya diri Classa berbicara, membuat Upi dan Lina terkekeh dan mencibir.

"Pede!" ujar Lina.

"Jingga kali," tebak Upi. Kalaupun di antara mereka, rasanya mustahil, apalagi jika itu Jingga, Iqbal bahkan membenci gadis itu.

"Tepat sasaran!" Iqbal tersenyum dan memandang mereka satu persatu, kemudian berjalan menuju Jingga.

"Iqbal udah nggak waras," bisik Lina pada Upi. Gadis itu kemudian buru-buru membereskan alat praktek miliknya dan berdiri untuk berpamitan pulang.

"Gue pamit dulu. Udah sore banget, nih."

Fani menoleh pada Lina dan mengangguk.

"Kita juga mau pulang." Classa dan Upi ikut berdiri cepat, membuat Fani lagi-lagi mengangguk.

"Oh, yudah. Hati-hati semuanya." Fani meredakan emosinya dan melambaikan tangannya, membuat ketiga gadis itu ikut melambaikan tangan.

Upi sebelum pergi mendekat pada Jingga dan berbisik, "Je, jangan diem aja, ada Iqbal di belakang lo. Kesempatan mana lagi lo nggak perlu susah-susah ke kelas dia?"

Jingga sama sekali tidak bersuara, membuat Upi terkekeh, menurut gadis itu Jingga sudah pasti sedang dalam mode salah tingkah.

Setelah kepergian ketiganya, di ruang kelas Bahasa hanya tersisa tiga orang. Fani, Iqbal dan Jingga.

"Je, pulang bareng gue ayo."

Jingga bangun dari duduknya, gadis itu membereskan alat-alat miliknya dan menggendong ranselnya, gadis itu menghiraukan Iqbal yang berdiri sambil menatapnya.

"Ayo cabut, Fan."

Fani mengangguk, keduanya melewati Iqbal yang tak berhenti menatap Jingga.

"Je," tahan Iqbal memegang lengan gadis itu.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now