BAB 25 [Perihal Terlambat]

69 13 0
                                    

Gadis dengan rambut dikuncir satu duduk di halte sekolah, ia menatap ponselnya yang sama sekali tak ada notif balasan dari Iqbal.

Karin mendongak dan menatap langit yang sedang menggurutu di atas sana. Gadis itu menghela napasnya, ia terus menerus menelepon Goza, tapi sama sekali tak ada balasan juga di sana.

Hari ini memang hari Minggu, tapi ia dan anggota OSIS harus hadir hari ini, karena ingin mempersiapkan beberapa keperluan untuk classmeeting besok pagi.

"Angkat dong, Za," mohon Karin, tapi malah terdengar suara operator di sana.

Karin menyesal tidak menerima ajakan salah satu temannya bernama Rama yang kebetulan juga merupakan anggota OSIS seperti dirinya.

"Bal, kamu di mana?"

Lagi-lagi, Karin berusaha menghubungi Iqbal, tapi pesannya tak kunjung terbaca, tapi satu pesan pertama yang ia kirim terbaca hanya saja tidak membalas.

Ia kembali menelepon Iqbal, suara panggilan masuk terdengar dan Karin benar-benar berharap.

"Halo?"

Karin bisa bernapas lega.

"Kamu ke mana aja?"

"Kenapa, Kar?" Karin diam, ia berusaha mengenali suara itu, suara yang keluar bukan suara Iqbal.

"Lo siapa?"

"Eno. Ibu Iqbal ngasih hape ini ke gue, dia gak ngerti gimana angkatin telepon, jadinya gue."

"Gue boleh ngomong sama Iqbal sebentar?"

"Oh, dia gak ada di rumah, Kar, sejak tadi."

Karin memandang lurus. "Iqbal di mana?"

"Sama Jingga."

"Lo ada keperluan apa?"

Karin mendengar nama Jingga menatap kosong, ia benar-benar bingung dibuat Iqbal, bagaimana cara keduanya bisa bersama di hari libur seperti ini.

"Kar?" Karin terlonjak dari lamunannya.

"Lo bisa jemput gue di sini?"

"Di mana?"

"Sekolah, bentar lagi hujan."

"Gue ke sana."

Tut.

Eno mematikan teleponnya, Karin diam. Ia menurunkan ponselnya dan menghela napasnya.

"Tetep berpikir positif, Kar. Iqbal gak seperti yang lo lihat dan denger."

***

Hujan membasahi jalanan, Iqbal dan Jingga yang berada di atas motor akhirnya memilih untuk berhenti untung saja mereka sudah sampai di depan rumah Jingga.

Iqbal menatap gadis itu datar menyuruhnya untuk turun, Jingga langsung cepat turun dan tersenyum.

"Iqbal sekarang hujan."

Iqbal diam, ia juga tahu akan hal itu. Dirinya hampir saja kebasahan untung saja pagar depan rumah Jingga teduh.

"Kenapa gak masuk aja?"

"Gue mau balik."

Jingga menggeleng, ia tidak akan mengizinkan Iqbal hujan-hujanan.

"Lo harus masuk!"

Gadis itu membuka pagar rumahnya yang tinggi, gadis itu memanggil satpam rumahnya yang berjaga.

Satpam rumahnya yang bernama Pak Jojo langsung sigap membawa payung.

"Neng, kenapa baru pulang sekarang?"

"Nanti aja, Pak. Tolong bantu parkirin motor Iqbal."

"Baik, Neng." Iqbal pasrah, ia turun dari motornya.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now