BAB 2 [Plastik Hitam & Hal-hal Kecil]

336 28 3
                                    


VOTE & KOMEN YANG BANYAK.

HAPPY READING! 🤍




-000-

"Sial banget idup gue hari ini!" keluhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sial banget idup gue hari ini!" keluhnya. Seharusnya ia tidak terjebak pada keadaan yang disgusting. Iqbal benci dengan kenyataan di mana ia harus menolong seorang gadis yang notebone cewek clingy, pemaksa dan noisy. Kesialan apa yang ia perbuat pada kehidupan sebelumnya sampai-sampai untuk merasa tenang tanpa Jingga sehari saja dirinya harus bolos sekolah dan menetap pada tempat aman.

Jingga begitu menyulitkannya kali ini, harusnya kalimat sialan yang terlontar penuh harap saat bel istirahat terkumandang indah tidak membuatnya merasa iba.

Ia menatap sesuatu yang ia bawa, dumelan dalam hatinya tak berhenti. "Kemanusiaan!" teriaknya dalam hati.

"Kemanusiaan, Bal! Kemanusiaan!" tekannya lagi. Dumelan itu tidak berhenti malah ditambah dengan iringan decakan dan sumpah serapah terus menerus ia ucapkan dalam hati, bagaimana seorang pria perkasa seperti dirinya menjadi seseorang yang- argh! Ia membayangi kedipan mata seorang wanita penjaga warung di depan sekolahnya menatap dirinya dengan tatapan menggoda.

"Untuk pacarnya ya, Dek?"

Kalimat itu terngiang-ngiang, matanya terpejam sebentar meminimalisir perasaan emosinya, lalu terbuka untuk berkeliaran liar waspada bersama langkah kakinya yang bergerak.

Dia menghela napas lega, karena dirinya tidak perlu mengkhawatirkan ada yang memperhatikannya dan memergokinya membawa sesuatu.

Ia menyipit, lalu menemukan satu gadis yang duduk memeluk lutut yang terhitung tujuh langkah dari jaraknya berdiri.

Iqbal mendekat. Terakhir kalinya, tidak bosan, matanya terus berkeliaran. Berusaha memastikan tidak ada yang melihatnya, lalu mendesah pelan memandang satu bungkus plastik hitam.

"Jingga, ini barang yang lo-" Dia tersadar cepat, ia seharusnya tidak memberi banyak harapan dengan memulai berbicara lembut pada seorang gadis yang sedang duduk ini.

Gadis itu mengangkat dagunya. Kedua bola matanya yang teduh diarahkan pada satu pemuda berambut ikal dengan kulit sawo matang yang akhirnya sudah berada di hadapannya sambil menggenggam bungkus plastik hitam.

Jingga mendengar panggilan itu tentu saja terkejut, pasalnya dia duduk di tempat yang sepi dan tak seorangpun di sana, membuatnya juga ikut waspada saat ada seseorang yang melihatnya dengan keadaan seperti ini.

"Ini yang lo mau. Pembalut yang sesuai kemauan lo. Ada sayapnya. Ditambah ada sensasi dingin kalau itunya dibungkus dengan ini," ujar Iqbal pada akhirnya, dia tidak ingin terlalu membuang waktunya di sini.

Bibir Jingga perlahan menyengir, membuat Iqbal masih di tempat dengan satu uluran tangannya yang menggenggam satu bungkus plastik hitam hanya diam dengan wajah bingung.

Hey! I Just Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang