BAB 39 [Pacar Orang]

92 14 0
                                    

"The wrong way in loving you is more beautiful than me dying in my feelings. For you, ordinary youth." - Jingga

"Cara yang salah dalam mencintaimu lebih indah daripada aku mati dalam perasaanku. Untukmu, pemuda biasa." - Jingga

***

"Suka?" Satu lontaran pertanyaan itu hampir saja membunuhnya.

"Je? Lo gak apa-apa, kan?"

Ia terbatuk dan tenggorokanya tercekat bercampur panas oleh sambal yang ia makan bersama nasi.

Gadis itu tidak menyangka akan sesuatu yang ia dengar dari mulut seseorang yang setiap kali gadis itu ajak berbicara merespon dengan kasar kini mulai memperdulikannya.

Iqbal yang menyadari itu, langsung dengan cepat memutar tutup botol air mineral yang sempat ia beli dan menyuruh Jingga untuk meminumnya.

"Minum cepetan, sampe habis." Jingga mengangguk dan meminumnya hingga tandas. Gadis itu bingung apa ia harus bahagia atau sedih dalam musibahnya kali ini.

Iqbal memperhatikan Jingga dengan seulas senyum. Iqbal tidak mengerti alasan mengapa dirinya bisa tersenyum pada gadis yang berusaha ia jauhkan dalam hidupnya, yang jelas Jingga terlihat manis saat meneguk air.

Gadis itu mengelap bibirnya dengan tisu dan menatap Iqbal dengan alis terangkat.

"Ngapain ngeliat gue senyum-senyum, naksir gue lo, ye?"

Iqbal tersadar dan menggeleng cepat. "Enggak."

"Serius lo?"

"Jangan kepedean!"

"Kirain, Bal, hehe." Jingga terkekeh, "Gue berharap lo peduli, tapi gue harus sadar diri."

Mendengar hal itu Iqbal kembali berbicara, "Pertanyaan gue tadi ganggu lo, ya?"

"Eng-gak," ucap Jingga terbata-bata, gadis itu tersenyum pada Iqbal yang juga menatapnya.

"Makasih, Bal." Iqbal mengangguk dan mengusap rambut Jingga, membuat Jingga membeku atas perlakuan pemuda itu, lalu sadar.

"Tangan lo banyak sambelnya anjir, rambut gue!" dongkol Jingga.

Iqbal tertawa. "Gue baru sadar, Je, ternyata lo cantik juga."

Pipi gadis itu sontak bersemu merah dan membuang mukanya, karena salah tingkah, seharusnya Iqbal tidak sejauh ini membuatnya kembali jatuh cinta, ucapan sekaligus perhatian Iqbal barusan membuat degup jantungnya kembali berdetak kencang, hatinya menghangat sekaligus khawatir secara bersamaan.

Ia takut ada harapan kecil yang membuatnya kembali berharap, di samping itu Iqbal sudah menjadi kepemilikan seseorang. Seandainya gadis itu tidak memutuskan ke perpustakaan dulu, ia tidak akan bertemu Iqbal dan membuat pikirannya semakin kacau.

"Gue gak punya uang recehan." Mendengar itu Iqbal berdecih dan sekaligus terkekeh geli.

"Lain kali kalo makan jangan keseringan gak fokus apalagi mikirin gue."

Jingga membuka mulutnya. "Hah? Gimana-gimana?"

"Oon banget jadi cewek," ejek Iqbal tersenyum sinis, lalu kembali melanjutkan makannya yang membuat gadis itu menatap canggung, lalu mengalihkan arah pandangnya asal tidak bertemu dengan mata pemuda itu.

"Gue pinter, Bal!" sahut Jingga, setelah berhasil membuatnya hatinya tenang dari kebrutalan sikap dan ucapan Iqbal.

"Masa?"

"Iya lah, hahaha." Jingga tertawa, gadis itu kembali melanjutkan makannya.

"Kuahnya enak, Bal. Lo gak salah pilih tempat, sih." Gadis itu menoleh Iqbal yang juga menatapnya.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now