BAB 24 [Bersama, karena Masalah]

63 13 0
                                    

"Gue bukan klien bapak lo! Asal lo tau gue.calon.menantu.bapak.lo!" tekan Jingga, tapi tak membuat Iqbal yang fokus mengendarai motornya itu berhenti.

Ia harus segera memulangkan anak gadis orang sekarang juga, persetan dengan Jingga yang sejak tadi menahan dongkol.

"Iqbal! Gue mau ketemu camer!" paksa Jingga, membuat Iqbal tersenyum sinis dibalik helmnya.

"Lo gak bakal ditakdirkan bertemu, karena nyokap gue bukan mertua lo!" Iqbal ikut berteriak.

Jingga membuang wajahnya ke samping sambil menggenggam erat pinggang Iqbal, ia melihat sekelilingnya, perasaan kesalnya masih membara.

"Kesan pertama yang kurang baik, bintang satu buat Iqbal!" dumel Jingga, membuat Iqbal yang mendengarnya samar-samar terkekeh geli.

Untung saja Iqbal tadi menarik gadis itu, jika tidak Jingga akan terus berlama-lama di sana dan membuatnya akan menahan dongkol di hatinya. Ia tidak ingin terbakar amarah.

"Je," panggil Iqbal pelan, membuat raut wajah Jingga yang semula bete, kesal, dan dongkol tersenyum.

"Lo berubah pikiran?"

"Setelah di tiga persimpangan belok kanan atau kiri?" tanya Iqbal.

Senyum Jingga memudar, gadis itu menunjuk lurus. "Lo jalan aja lurus."

Iqbal mengangguk dan kembali fokus mengendarai motornya.

Jingga menarik-narik baju Iqbal membuat laki-laki itu hampir saja oleng.

"Lo apaan sih, anjir!" Iqbal kesal.

"Lo mau mati, hah!"

"Gue mau motor butut ini mogok!"

Iqbal menggelengkan kepalanya, menatap wajah Jingga di spion dengan wajah angkuhnya. "Motor gue gak bakal pernah mogok, karena setiap hari gue cek kesehatannya. Doa buruk, akan kembali ke orangnya. Lo mau motor lo mogok?!"

Tretet tretet.

"Ah anjing!" Iqbal berteriak saat motornya tiba-tiba berhenti, membuat Jingga langsung bingung.

"Kenapa berhenti?"

"Ini gara-gara lo! Cepet turun!" Jingga mendengus, gadis itu turun diikuti Iqbal.

Iqbal menatap Jingga kesal, gadis itu akhirnya mengerti dan tertawa.

"Jangan ngeremehin doa calon istri."

"Kebetulan!" elak Iqbal.

Iqbal langsung melepaskan helmnya. "Pegang!"

Jingga mengangguk kepalanya dan meraih helm Iqbal.

Laki-laki itu langsung jongkok dan melihat kenapa motornya tiba-tiba berhenti, semuanya dalam keadaan baik. Ia segera mengengkol motornya, tapi sama sekali tidak ingin menyala.

"Sial!" Iqbal mengerti sekarang, ia kehabisan bensin.

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya.

"Lo tau jalan ini?" Jingga menggeleng.

"Ini kan, jalan rumah lo!"

"Sebenernya tadi udah lewat komplek rumahnya."

"Terus kenapa lo gak bilang, Jingga?!"

"Gue mau jalan-jalan sebentar, lewat jalan jauh terus muter-muter."

Iqbal yang mendengarkannya menatap Jingga dengan wajah datar, ia tidak percaya dengan perbuatan Jingga yang kekanakan ini.

"Naik!" perintah Iqbal, membuat Jingga bingung.

"Gue bilang naik!" kata Iqbal suaranya naik satu oktaf. Jingga mengangguk, ia memberikan helm Iqbal.

Hey! I Just Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang