BAB 41 [Awal Baik]

65 12 0
                                    

"Teman?"

Iqbal menoleh, setelah menyadari kehadiran sosok gadis yang kemarin ia temui memilih menyibukkan dirinya kembali menyusun kertas-kertas fotokopian, membuat Jingga tersenyum simpul dan mengangguk paham.

"Maaf ya, karena terlalu bersemangat." Setelah mengatakan itu, Jingga memundurkan langkahnya, gadis itu menatap Iqbal yang sama sekali tidak menoleh sedikitpun.

Dirinya menundukkan kepalanya dan berjalan lesu, gadis itu merutuki dirinya sendiri.

Terlalu gila memulai sesuatu yang seharusnya sesuatu itu merusak hubungan antara sepasang kekasih.

Jingga melihat bangku di depan koridor perpustakaan dan duduk di sana sambil memandang pohon cemara, orang-orang berlalu lalang, membuat gadis itu tersenyum dengan bermaksud merespon menyapa dengan ramah, lalu melamun memikirkan banyak hal.

"Gue tadi sibuk." Jingga terlonjak, gadis itu mendongak dan melihat Iqbal yang duduk di sampingnya.

"Eh? Jaga jarak, Bal." Iqbal mengangguk dan menggeser bokongnya dan memandang pohon cemara yang sempat Jingga pandang dalam lamunan.

"Teman seharusnya gimana?"

"Seperti biasa lo temanan sama orang."

"Oh gitu," jawab Iqbal sambil menganggukkan kepalanya.

Jingga menoleh. "Karin mana?"

"Kenapa lo nyariin dia?"

"Mau minta maaf seharusnya gue gak bersikap egois dan merusak suasana."

"Karin lagi sibuk, bukannya hari ini pemilihan ketua OSIS baru, kan?"

Jingga terkekeh. "Hal penting sekolah aja gue lupa."

"Tapi, nggak lupa tentang gue, kan?"

Jingga mengangguk ragu, gadis itu mengalihkan pandangannya.

Iqbal terkekeh dan menoleh ke samping melihat Jingga yang menggenggam tangannya erat, pemuda itu tahu Jingga sangat gugup. Ia berdehem. "Mau nyamperin Karin? Gue sempet cerita kemarin sama dia."

"Cerita soal kita ke danau?" Iqbal mengangguk dan tersenyum.

"Dia juga udah maafin lo, Je."

Mendengar itu Jingga menatap ragu Iqbal.

"Dia gak marah?"

"Marah," balas Iqbal, pemuda itu berdiri. "Tapi, gue jelasin, gue sama lo cuma temen."

Jingga diam dan memperhatikan Iqbal yang berada di hadapannya sambil menyipitkan matanya.

"Gue cabut dulu, Je." Jingga mengangguk dan tersenyum.

"Istirahat selesai pemilu gue bakal ajak Karin ketemuan sama lo."

Lagi-lagi, gadis itu mengangguk.

"Makasih, Bal." Jingga tersenyum tipis. Ia menatap Iqbal dengan wajah sumringah. "Gue bakal belajar dari kesalahan-kesalahan yang gue lakuin, gue bakal berhenti berharap agar Karin nggak sakit hati."

"Seharusnya dari dulu gitu, kan?" tanya Iqbal.

Jingga mengangguk. "Iya, seharusnya dari dulu gitu, kita berdua cuma cocok buat dijadiin teman biasa."

***

Fani menggenggam tangan Jingga dan mengajaknya untuk berjalan pada tenda pemilu, karena sekarang waktu kelas mereka yang mendapatkan giliran memilih.

"Lo bakal pilih siapa, Je?"

"Enggak tahu, gue lihat si Farhan publik speakingnya bagus kelihatan berwibawa aja, sih."

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now