BAB 57 [Perhatian]

78 12 3
                                    

"Karin, semuanya baik-baik saja."

Antonius memberikan note resep obat, pria paru baya yang menggunakan kemeja coklat berkerah tersenyum ke arahnya. "Kalau boleh tau kenapa baju kamu basah dan siapa laki-laki yang menutup tubuhmu dengan jaket?"

Karin menerima note tersebut seraya berujar, "Aku hampir aja mati di tengah laut untung saja beberapa orang menolongku, dan untuk laki-laki yang om temui itu ... dia adalah pacarku."

Helaan napas dan senyuman miring tercetak jelas. "Sekalangan dengan kita?"

Gadis itu memutar bola matanya jengah, sudah sejak satu tahun gadis itu tidak pernah menemui Antonius, tapi pria itu masih sama tidak pernah berubah, yang gadis itu lihat hanya pada perubahan bentuk kacamata yang digunakan Antonius.

"Tidak," jawab Karin. Gadis itu berkata jujur, Iqbal hanya pemuda yang mempunyai bengkel di rumahnya, penghasilan keluarganya sebatas di sana, tapi bagi Karin itu sudah lebih dari cukup.

"Astaga!" Antonius menyadarkan tubuhnya pada kursi putar empuk berhadapan dengan Karin sembari mengusap wajahnya kasar.

Kemudian menatap dinding atas ruangannya dengan terkekeh. "Laki-laki miskin harus bersanding denganmu?"

"Tidak bisa kubayangkan."

Karin naik pitam, gadis itu menggeser kursinya ke belakang berniat pergi.

"Asal om tau ya, Iqbal laki-laki cerdas!"

"Cerdas saja tidak cukup. Dunia butuh pangkat dan hartamu!"

Karin berdecak. "Pantas saja almarhum papa tidak membiarkan om ikut ke dalam bisnisnya."

Antonius tertawa. "Sekarang bisnisnya sudah di tangan om dan kamu tanpa kakekmu tidak akan menjadi apa-apa Karin!"

Karin mengepalkan tangannya. Ingatan gadis itu ditarik ke belakang, hatinya teriris mengingat kedua orang tuanya meninggal dunia saat terbang ke Kanada diumurnya lima belas tahun dan yang membuat Karin harus dititipkan pada Kakeknya dan berakhir berdua bersama Goza atas keinginan Karin untuk mandiri.

Antonius yang melihat keponakannya yang hanya diam saja sedikit menyesal atas perkataannya pada Karin.

"Tebus obatnya dan beristirahat lah, pulang. Besok om akan menjengukmu untuk mengenalkan kamu ke seseorang dan om jamin kamu akan menyukainya."

"Tidak akan!" balas Karin, gadis itu mengambil note resep obat, lalu berjalan cepat untuk meninggalkan Antonius.

Melihat punggung Karin yang membuka pintu ruangannya, hati laki-laki itu terenyuh, perasaan sedihnya kembali muncul.

"Om tidak bermaksud untuk merendahkan ekonomi seseorang, tapi ini untuk masa depanmu Karin. Om menyayangimu, om takut papamu marah di atas sana, karena masa depan putrinya rusak."

***

Rita membukakan mulutnya, kenyataan yang baru saja ia dengar membuat wanita paru baya itu lemas sejadi-jadinya. Ia tidak kuasa menahan air matanya, Fani yang di sampingnya hanya membisu setelah menjelaskan semua kronologi yang terjadi. Dimulai bagaimana Jingga berusaha mendapatkan hati pemuda bajingan itu, lalu diberi harapan yang membuat gadis itu terus berupaya dengan impian besar Iqbal bisa menoleh ke arahnya hingga tragedi yang terjadi di mana Jingga mengorbankan nyawanya untuk menolong dua orang asing yang selalu membuat gadis itu menangis.

Eno yang mengusap pundak Fani ikut kesal, pemuda itu baru tau sekarang dan akhirnya ia mengerti kenapa Iqbal bisa tertunduk di bawah kaki Rita.

"Jingga kamu kenapa jadi seperti ini?" Dengan air mata yang terus mengalir, Rita menggenggam tangan putrinya yang dingin, lalu menciumnya sangat dalam beberapa kali untuk menyalurkan rasa sayang Rita.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now