BAB 68 [Kenyataan Sebenarnya]

89 10 0
                                    


"ENO? What th-skmkakkaph!" Fani segera menutup mulut Jingga, membuat gadis itu memberontak. Melihat hal itu, Fani dibuatnya terkekeh.

"Sstt!" bisik Fani.

"Je, Fan? Lo berdua nggak apa-apa, kan?" Terdengar suara di seberang sana, Jingga yang geram ingin memberitahu Seira, bahwa Fani hanya memberikan lelucon gila.

Fani dengan sigap, tidak membiarkan Jingga berbicara duluan, segera meraih ponsel Jingga dan kemudian mendekatkan mulutnya pada ponsel tersebut. "Iya, nggak apa-apa, Sei. Kita lanjut lagi nanti ya, gue sama Jingga lagi ada kerjaan. Bye, Sei!"

"Ha-"

Tut.

Jingga menggeram, gadis itu mengambil ponselnya paksa dari Fani. "Lo mau jodohin Eno sama Seira?!" Mata gadis itu membelalak. Begitu tidak menyangka dengan pola pikir Fani yang di luar nalar.

"Emang kenapa?"

"Eno itu temennya Iqbal dan gue nggak mau berurusan sama mereka lagi."

000

Karin duduk di samping Iqbal dan memandangi Iqbal yang sedang menghirup kopi dengan buku kimia di tangannya, pemuda itu tersenyum sesekali dan meletakkan bukunya, karena bingung mengapa gadis di hadapannya hanya menatapnya dalam.

"Kenapa? Apa ada yang kamu khawatirkan? Kamu baik-baik aja?"

Karin menggeleng. "Aku cuma kepikiran aja soal kamu, kenapa seolah-olah kamu mulai menjauh dari aku? Kita seminggu ini juga nggak ada interaksi dekat."

Iqbal meraih tangan Karin, pemuda itu menatap dengan yakin.

"Dengerin aku, Sayang ...." Ada jeda dari kalimatnya sebelum Iqbal mengeluarkan kata-katanya. "Kamu harus paham, aku lagi banyak kesibukan. Kamu tau sendiri kan, aku fokus belajar buat ujian-"

"Aku juga ujian, tapi nggak sesibuk kamu. Aku juga organisasi bahkan lebih padat dari kamu, tapi aku selalu ngabarin. Aku denger kamu berusaha dekat dengan anak kelas Bahasa itu, ya?"

"Jingga?" Iqbal terkekeh. "Kamu tau sendiri, Kar. Aku bahkan benci sama Jingga."

Karin menatap Iqbal lurus dan mengangguk pelan, Iqbal ada benarnya juga.

"Tapi, kamu nggak biasanya manggil aku 'Kar', kamu berubah tau."

"Enggak, aku nggak bakal berubah, Sayang. Aku selalu sayang kamu."

Bohong, pemuda itu berbohong. Kenyataannya hati Iqbal hanya untuk Jingga, meskipun demikian Iqbal berusaha untuk menutupinya, dirinya tinggal menunggu jawaban Jingga dan balasan cintanya, setelah itu Iqbal akan meninggalkan Karin, seperti Karin berselingkuh kala itu, hati Iqbal sudah benar-benar terluka.

"Aku boleh pinjem ponsel kamu?"

Iqbal gelagapan dan mengambil ponselnya, lalu dengan cepat ia sembunyikan di celananya.

"Enggak biasanya kamu gini," ujar Karin.

"Ada sesuatu yang kamu sembunyiin, ya? Jujur, Yang," desak Karin.

"Enggak ada."

Karin terkekeh, "Kamu aneh."

"Aku nggak aneh."

"Tapi, aku yang rasainnya. Aku yang nilainya," ungkap Karin. Seminggu ini pikirannya tidak bisa tenang. Gadis itu takut, Iqbal berubah.

"Aku nggak berubah!"

"Sekarang aku bingung, kamu seminggu lalu bohong, kamu bilang Bapak kamu sakit."

"Aku nggak bohong, Bapakku emang sakit," balas Iqbal.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now