BAB 60 [Kejutan Hari Pertama Sekolah]

58 12 0
                                    


Jika kehidupan yang indah harus berjalan dan bergerak, karena adanya kalimat datang dan pergi. Seharusnya yang paling kuat kutahan adalah kedatangannya. - Jingga

***

Pemuda itu tersenyum simpul. Tangan kanannya bersama sendok mendayu-dayu ke udara mengibaratkan terbang ke langit bersama siulan huruf 'u' yang panjang. Dengan penuh telaten pemuda itu mengarahkannya pada Jingga.

Melihat dan mendengar aksi yang menakjubkan itu, Jingga tertawa kemudian membuka mulutnya untuk merima satu sendok makanan.

"Pinter juga anak Rita."

Jingga melotot sembari memukul dan mencubit pinggang pemuda itu. "Hey, kalau kedengaran mama gimana?" tanyanya menengok ke sana kemari.

"Mamamu dan yang lain udah pulang. Sekarang adanya Jingga, Iqbal dan satu kampret."

Eno yang sejak tadi memutar bola matanya jengah melihat aksi kurang ajar Iqbal sontak saja melotot.

"Gue ada nama, nama gue Eno. Eno ganteng!"

"Nama aja yang ganteng, orangnya enggak," ledek Iqbal.

Jingga menggeleng, ia tidak setuju dengan kalimat Iqbal kali ini.

"Gue mau jujur, Bal. Eno lebih ganteng dari lu."

Eno yang dongkol tiba-tiba senyumnya merekah tak keruan.

Iqbal terkekeh. "Kalau Eno ganteng, harusnya lu suka dia dong bukan gue. Gimana, sih?"

Iqbal menaikkan satu alisnya sambil menunggu jawaban dari Jingga.

"Enggak tau, hati gue milihnya elo," ujar Jingga serius menoleh pada Iqbal. Ia kemudian melanjutkan kalimatnya dengan wajah mengejek. "Gue gak jatuh cinta, karena wajah burik lu ... tapi keperibadian lo."

"Gue burik, ya?" tanya Iqbal sambil menaikkan satu alisnya lagi.

"Jawab, hum?"

"Gue burik? Gitu?"

"Udah akui aja lu burik, Bal." Eno menyahut meledek sahabatnya itu.

Iqbal memilih tak mendengarkan dan menganggap Eno angin lalu. "Gue burik? Jawab Jingga."

Jingga mengangguk polos membuat satu tawa meledak, Eno yang tak kuasa melihat wajah Iqbal yang masam. ia sontak berdiri dan menjulurkan lidahnya pada Iqbal.

"Aduh, aduh. Hati Babang sakit, Dek."

Iqbal berdehem, kemudian kembali menyuapkan makanan untuk Jingga.

"Gue bercanda. Lo ganteng, Bal. Gue sampe cinta mati sama lo." Jingga berujar serius, sedangkan Eno masih tergelak tawa sambil memegang perutnya, membuat Iqbal menatap tajam, karena kesal.

"Gue udah tau, nggak perlu lo perjelas lagi." Iqbal mengaduk-aduk makanan Jingga, membuat gadis itu menoleh pada Eno dan menyuruhnya untuk diam.

Eno yang melihat itu akhirnya kembali duduk dan bermain ponselnya.

"Enggak lo masukin hati, kan?"

"Buat apa?"

"Gue emang gak ganteng."

Jingga mendengar Iqbal yang pasrah sontak saja tertawa. "Sumpah lu ganteng, Bal. Sumpah. Lo juga gemesin."

"Makasih, ya."

Gadis itu menggaruk-garuk kepalanya, ia benar-benar takut apabila Iqbal masih memikirkan kalimat itu. Sejujurnya, gadis itu berniat untuk bercanda. Iqbal tidak kalah tampan dari Eno. Wajahnya yang terlihat manis, membuat jantung Jingga tak kuasa berdetak kencang.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now