BAB 26 [Makian]

95 12 0
                                    

"GO! GO! KELAS SEBELAS BAHASA SEMANGAT!!"

Mereka berteriak heboh. Teriakan menyemangati yang dilakukan para siswi kelas sebelas Bahasa, membuat kubu kelas MIPA 2 tak ingin kalah. Mereka juga ikut berteriak seolah tak ada hari esok.

"SEBELASSSSS MIPAAAA DUAAAA!"

Anak kelas sebelas Bahasa menoleh kesal dan menatap ke kubu lain, mereka kembali berteriak.

"SEBELAS BAHASA!! SEMANGAT!"

"SEMANGAT! SEMANGAT!"

"SEBELAS BAHASAA SATU! SEMANGAT!!"

"MIPA DUA MENANGGGGGG!!!!"

Jingga menutup kedua telinganya, gadis itu menatap kerumunan teman sekelasnya yang berteriak keras menyemangati pemain kelas bahasa yang sedang bertanding sepak bola.

Jingga memundurkan tubuhnya, ia memandangi kelas sebelah yang juga ikut berteriak tak kala keras, gadis itu melirik ke sana kemarin dan menemukan tak jauh darinya, di sana ada Iqbal sedang duduk di bawah pohon sendirian.

Jingga tersenyum, ia melambaikan tangannya, tapi Iqbal sama sekali tak meliriknya.

Gadis itu menepuk jidatnya dan meringis bodoh, Iqbal tidak akan bisa mendengar dan melihatnya di puluhan orang di sini.

Ia menepuk pundak Cika temen sekelasnya, membuat gadis itu menoleh ke arah Jingga dan menatap sinis.

"Mau apa lo?!" Jingga menatap Cika dengan wajah polosnya, mau bagaimanapun gadis itu juga tidak tahu harus ke siapa bertanya, karena ia sama sekali tidak mengenal temen-temennya atau sekadar berbincang. Jingga selalu menghabiskan harinya sendirian sebelum Fani menjadi temannya.

"Lo lihat Fani?" Cika mengangkat bahunya tidak tahu, Jingga menghela napasnya dan keluar dari kerumunan dan bisa sedikit bernapas lega, karena kerumunan itu membuatnya merasa sesak.

Ia berjalan cepat dan meninggalkan teman-temannya itu.

"Aw!" Jingga sigap memegang dahinya. Ia meringis gadis itu mendongak melihat Eno yang mengarahkan senyumnya pada gadis itu.

Jingga berkacak pinggang. "Minggir."

"Mau ke mana lo, Je?"

"Gue mau nyamperin Iqbal," jawab Jingga sambil ingin melangkah pergi.

"Aduh, ikut gue aja."

"Eh-" Gadis itu sudah ditarik oleh Eno, membuat Jingga kebingungan.

"Lo mau bawa gue ke mana? Hei! No!"

"Duduk di tempat teduh, panas di sini."

"Mana ada!" elak Jingga.

"Kemarin hujan, belum kering masih ada hawa dinginnya." Jingga kembali mengelak dengan alasan.

"Lo mau pesen apa nanti di kantin?" tanya Eno mengalihkan pembicaraan.

""Bego! Sekarang puasa! Kantin tutup!" Jingga melepaskan tangannya yang ditarik oleh tangan Eno.

"Astagfirullah, gue lupa. Gimana kita keliling aja?" rayu laki-laki itu.

"Lo kenapa, sih, No? Oh, gue tahu, ini semua gara-gara kacamata lo gak lo pake makanya jadi eror gini? Atau jangan-jangan minus lo nambah dan buat lo agak sinting sekarang?"

"Gue cuma gabut aja," balas Eno.

Ia duduk di tepi pembatas selokan belakang kelas sebelas MIPA satu yang menghadap lapangan pertandingan sepak bola.

"Kenapa sih, cowok-cowok kalau gabut ngajak-ngajak? Udah tahu cewek itu punya perasaan. Kalau baper gimana?"

"Lo suka gue?"

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now