BAB 29 [Foto Bareng]

74 14 0
                                    

Jari-jemarinya terkepal erat oleh kedua tangannya sendiri, suhu pagi yang biasa saja tidak hangat dan juga tidak dingin, tapi malah membuatnya menggigil hebat. Rasa gugupnya tak bisa gadis itu sembunyikan, ia juga kehabisan kata-kata saat seseorang naik di podium sembari memegang pengeras suara dengan jas hitam.

Satu gadis lainnya yang duduk bersamanya, meraih tangan gadis itu sembari berujar menyemangati. "Gue yakin lo bisa, Je," katanya, karena dirinya juga ikut gugup tentang hasil yang akan ia dapatkan nanti.

"Sebenernya gue pernah foto bareng sama Iqbal." Fani terkejut. Fakta itu membuatnya sontak memegang dahi Jingga, memeriksa apakah Jingga sedang berhalusinasi, ini terlalu pagi untuk mengkhayal.

"Huft, gak panas, sih. Tapi, dingin."

"Gue gak bohong, gue tunjukin, nih." Jingga mengambil ponselnya dan menekan dua kali layar dan nampak di sana ada dua orang sedang berdiri.

Ia tidak menyangka. "Eh, serius?" tanyanya memastikan.

"Berarti gak gugup lagi dong, karena impian lo udah kecapai."

Fani bertepuk tangan kecil. "Yey!" soraknya.

"Gak! Tempatnya kurang strategis, Fani. Gue malah pengen di sini, biar bisa dilihat orang-orang, selain itu juga Karin bisa saksiin sendiri, bahwa Iqbal itu-"

"Cek, cek! Hai semua."

Dia Akmal sang ketua OSIS sekaligus pembawa acara yang juga siswa paling banyak menyumbang medali berbagai olimpiade yang ia ikuti.

"Wah, sepertinya semua orang deg-degan, Mal." Satu gadis menyahut dan naik ke atas podium. Semua yang melihat bertepuk tangan. Dia Karin, gadis itu memakai dress cantik berwarna putih dan tersenyum lebar.

Fani mendengus, ia menepuk pundak Jingga.

"Kayaknya hari ini lo butuh healing, Je."

"SSST!" Gadis itu hari ini ingin mengesampingkan masalahnya dengan Karin. Gadis itu masih gugup.

Akmal dan Karin mulai melakukan tugas mereka dengan baik dari membacakan rangkaian acara, penyambutan kepala sekolah, pembagian hadiah juara lomba classmeeting dan hingga acara inti, pengumuman para juara kelas dan umum yang terdiri juara satu, dua dan tiga umum di masing-masing angkatan.

Keduanya turun dari podium setelah membacakan sambutan dan wakil kesiswaan naik ke atas podium sambil tersenyum ke arah para siswa kelas sepuluh dan sebelas, kebetulan kelas dua belas sudah fokus pada persiapan mereka masuk dalam perguruan tinggi.

Jingga yang berpakaian dress hitam mengeratkan genggamannya pada Fani. Mereka hari ini dibebaskan berpakaian asal sopan, Fani yang melihat Jingga gugup tersenyum tenang.

"Tenang, Je. Mama lo juga gak bakal nuntut, kan? Sekolah kita juga gak ada peraturan bawa orang tua saat penerimaan rapot."

Jingga mengangguk.

"Iya, tapi ... gue pengen foto bareng Iqbal lagi."

"Nanti kalau lo gak juaranya ntar minta tolong sama Akmal aja, biar lo bisa fotbar sama Iqbal," balas Fani menenangkan.

"Assalamualaikum!" Suara itu terdengar semangat, membuat para siswa ikut bersemangat membalas.

"SMANSA WIDJAJA!" teriaknya.

"KALAH MENANG BIASA!"

"BERAKHLAK MULIA! SEHAT JASMANI, BERPRESTASI DAN TANGGUH!"

Mereka bertepuk tangan, beberapa orang bersiul dan bersorak ria.

"Fan, gue mau pipis," keluh Jingga.

"Gue temenin, ya?"

Jingga menggeleng. "Tanggung."

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now