01. Andra Bharata dan Hidupnya yang Sunyi

99 10 19
                                    

Hari Minggu merupakan hari yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Bisa diisi dengan berbagai kegiatan, seperti jalan-jalan, piknik, menonton film bersama atau bersih-bersih rumah. Semua orang memiliki cara tersendiri untuk menghabiskan akhir pekannya.

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Windy Aryani. Di hari Minggu yang cerah tersebut, gadis berusia 18 tahun itu membantu sang ibu berbelanja di pasar tradisional.

Keramaian pasar tradisional bagaikan penyegaran pikiran Windy setelah hari Senin sampai hari Jumat bersekolah. Sedangkan hari Sabtu disibukkan dengan sesi belajar mandiri. Walau tahun ajaran baru dimulai seminggu yang lalu. Tapi, Windy sudah begitu sibuk karena menginjak tahun terakhir SMA.

“Win, Ibu mau beli ikan di tempatnya Bu Laila dulu! Kamu tunggu di sini sambil nunggu dagingnya selesai digiling, ya!” ucap Bu Rina pada sang anak.

“Siap, Bu Bos!” balas Windy dengan memberi hormat.

Bu Rina melangkah meninggalkan Windy yang tengah mengantre untuk menggiling daging. Bersama beberapa orang, gadis berambut sebahu itu duduk santai di depan tempat penggilingan daging sambil bermain ponsel. Sesekali Windy tersenyum, membaca komentar netizen di internet mengenai isu yang sedang hangat.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita berusia tiga puluhan bersama anak perempuan mendekati Windy. Melihat kedatangan wanita tersebut, Windy mendongakkan kepala.

“Tante Ira?” Windy tersenyum ramah.

“Win, aku titip Alea sebentar, ya! Perut Tante sakit banget nih,” kata Tante Ira sembari berkedip, memberi kode pada Windy. Untung saja, Windy langsung mengerti maksud sang tetangga.

“Ah, iya! Alea, kamu sama Kakak dulu, ya! Bunda kamu perutnya sakit tuh. Tunggu Bunda di sini sama Kakak, ya!” ujar Windy pada Alea, anak Tante Ira.

Alea mengangguk sambil memainkan balon di tangan. Semudah itu memang membohongi anak berusia lima tahun yang masih polos. Tante Ira sengaja tak mengajak Alea masuk ke pasar. Cukup merepotkan membawa anak kecil belanja ke pasar. Tapi, mau bagaimana lagi. Alea tak memiliki teman di rumah. Beruntung, Tante Ira bertemu Windy di tempat penggilingan daging.

“Makasih, ya, Win! Tante tinggal dulu, ya!” pamit Tante Ira.

“Iya, Tante!”

Selepas kepergian Tante Ira, Windy kini tak kesepian. Ia memiliki Alea yang bisa menjadi teman mengobrol. Windy memasukkan ponsel ke dalam tas dan mulai bermain dengan Alea. Hubungan Windy dan Alea cukup akrab dan dekat. Ketika Tante Ira sibuk, Alea kerap dititipkan pada Windy.

Tak berapa lama, salah satu pekerja di tempat penggilingan tersebut memanggil nama Windy. Gadis itu bangkit dari tempat duduk dan melangkah menuju tempat pembayaran daging giling.

“Alea, tunggu di sini bentar, ya! Kak Windy mau bayar daging dulu. Jangan ke mana-mana!” kata Windy sambil berjalan.

Alea yang sibuk memainkan balon seolah tak menghiraukan perkataan Windy. Lebih tepatnya, Alea tak mendengar karena berisiknya mesin giling di tempat tersebut. Tiba-tiba, balon milik Alea terbang terbawa angin. Gadis kecil itu langsung mengejarnya tanpa pikir panjang.

Sementara Windy yang baru menyelesaikan pembayaran daging gilingnya, terkejut melihat tempat duduk Alea kosong. Dengan satu kantong plastik daging giling di tangan, Windy berlari keluar untuk mencari Alea.

“Duh, Alea ke mana, sih?” gusar Windy sambil celingukan.

Tak jauh dari tempat Windy berada, terlihat Alea yang sibuk mengejar balon hingga ke tepi jalan raya. Alea terus berjalan di dekat jalan raya yang begitu ramai dengan kendaraan bermotor lalu-lalang. Windy lekas berlari untuk menghampiri Alea.

All About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang