23. Tidak Peka

26 5 0
                                    

Helen berdiri di depan sebuah gedung sambil mondar-mandir. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Seharusnya, ia sudah berada di salah satu ruangan gedung mewah tersebut untuk belajar kelompok. Tapi, gadis itu enggan masuk. Rasanya, ia tak sanggup lagi bergabung dengan kelompok belajar yang memiliki standar tinggi itu. Ia sudah cukup malu atas kejadian di hari pertamanya.

“Kenapa masih di sini?”

Suara berat seseorang mengagetkan Helen. Ia menoleh dan mendapati Ramon berdiri dengan tampang angkuhnya.

“Ramon?” gumam Helen.

“Lo telat? Diem di sini nggak bakal bikin lo paham materi pelajaran!” ucap Ramon yang terdengar dingin dan ketus.

“Ayo masuk bareng!” Ramon meraih tangan Helen dan menariknya memasuki gedung.

Helen sama sekali tak memberi penolakan. Gadis tersebut seolah pasrah saat tangan pemuda yang satu sekolah dengannya itu membawanya masuk. Dalam kegiatan berjalannya, Helen memandang Ramon yang tampak begitu tampan dari dekat. Selama ini, Helen kurang memerhatikan Ramon. Bahkan kebanyakan murid dari kelasnya kurang menyukai Ramon yang terkenal angkuh dan dingin.

Sesampainya di depan ruang belajar kelompok, Ramon melepaskan tangan Helen. Lalu, membuka pintu. Di dalam ruangan, tampak Pak Andri sedang menjelaskan materi. Melihat kedatangan Ramon dan Helen, pria itu menghentikan kegiatannya.

“Kenapa baru dateng?” tanya Pak Andri.

“Kejebak macet,” jawab Ramon seraya meraih tangan Helen lagi.

Pemandangan Ramon yang menggandeng tangan Helen cukup menyita perhatian beberapa murid perempuan yang ada di ruangan. Mereka tak menyangka jika Ramon dan Helen cukup dekat hingga datang ke kelompok belajar bersama. Bahkan terlambat bersama.

“Lo duduk di sini!” kata Ramon dengan menatakan kursi untuk Helen.

Helen sedikit kikuk dan gugup dengan sikap Ramon. Ia seolah melihat sosok Ramon yang cukup perhatian. Helen duduk di kursi yang dipilih Ramon. Lalu, disusul Ramon yang duduk di sampingnya.

Ramon mulai mengeluarkan alat tulis dari tas untuk mengikuti materi yang tengah dijelaskan Pak Andri. Helen melirik Ramon dengan dada yang bergemuruh. Gadis itu memegang dadanya dengan rasa kagum pada sosok Ramon.

***

Windy, Juli dan Ricky duduk di ruang tamu apartemen Andra. Rencana awal Windy adalah memberikan kado ulang tahun untuk Andra. Tapi, sepertinya rencana itu berbuntut panjang karena adanya Pak Yudha di sana. Pak Yudha tampak begitu antusias merayakan ulang tahun sang keponakan yang kini akan segera memasuki usia dewasa.

Johan yang tadinya berencana tidur, terpaksa harus bangun karena kedatangan Windy bersama dua anteknya. Sungguh Johan malas karena harus melakukan apa yang tidak diinginkan.

“Ayo, silakan dimakan!” kata Pak Yudha pada para tamu tak diundang. Lalu, pria itu berjalan menuju dapur untuk mengambil sesuatu.

Windy dan Ricky hanya mengangguk sembari tersenyum. Sedangkan Juli sibuk makan tart dengan bibir belepotan. Andra duduk di seberang meja sembari melihat Windy, Ricky dan Juli yang duduk di satu sofa panjang.

“Kalo diperhatiin, mereka kayak keluarga kecil bahagia, ya?” ucap Pak Yudha dari dapur dengan membawa satu nampan jus jeruk.

Dengan mengenakan celemek dan topi ulang tahun, kepala sekolah SMA Adhyaksa itu meletakkan jus buatannya ke atas meja. Imej Pak Yudha yang keren ketika di sekolah seketika luntur. Sejujurnya, Windy ingin tertawa melihat penampakan sang kepala sekolah. Tapi, ia menahannya.

“Windy, ini pacar kamu, ya?” tanya Pak Yudha yang seketika langsung mendapat hantaman bantal dari Johan.

“Enggak, Pak. Ini ... ini Kakak aku, Pak,” jawab Windy.

All About You [END]Where stories live. Discover now