49. Terjebak Masa Lalu

5 2 0
                                    

Andra membenarkan celana yang dikenakan. Rasanya begitu lega setelah mengeluarkan beban yang memenuhi perut. Andra mengusap keringat yang membasahi pelipis. Ia juga membenarkan seragamnya yang sedikit kusut. Hendak makan siang bersama Windy, tentu Andra harus merapikan penampilannya.

Ketika sibuk dengan kegiatannya, telinga Andra mendengar suara obrolan murid lain. Sebuah obrolan yang cukup menyita perhatian Andra.

“Bro, udah denger kabar soal kandidat ketua OSIS, belum?” seorang murid laki-laki ber-tagname Dony Hendrawan mengawali pembicaraan sambil kencing.

“Katanya kandidatnya Hary sama Johan,” sahut murid laki-laki di samping Dony yang bernama Eros.

“Si songong Johan daftar jadi kandidat ketua OSIS? Gila, pede banget dia!” tambah Aldo yang baru masuk dan mencuci tangan di westafel.

Dony menoleh, memandang Aldo. Pemuda itu membenarkan resleting celananya. “Lo juga nggak suka sama Johan? Gue kira lo anteknya si Johan.”

Dony dan Eros tertawa. Selama ini, Aldo kerap terlihat mendekati Johan dan kadang memberikan sesuatu pada Johan. Bahkan, seragam yang dikenakan Aldo saat ini adalah seragam milik Johan.

“Enak aja ngatain gue anteknya Johan. Gue baik sama Johan karena dipaksa sama bokap gue. Kata bokap gue, gue harus bisa nyari koneksi di bidang hukum kalo mau masuk ranah hukum. Terus, catatan sekolah gue juga harus bersih.” Aldo membeberkan.

“Oh iya, nyokapnya Johan 'kan pengacara terkenal.” Eros menimpali.

“Jujur aja sih, sebenernya gue eneg banget sama Johan. Lagaknya sok banget. Peringkat lima aja songongnya selangit. Ikut olimpiade matematika dua kali nggak pernah nyabet juara. Bahkan masuk sepuluh besar aja enggak,” oceh Dony sambil membayangkan wajah Johan.

“Kita satu sekte, Bro. Seriusan, gue kadang pengen banget jedotin palanya Johan ke tembok, terus bilang gini, ‘nggak usah sok paling keren lo, bangsat’.” Aldo mempraktikkan apa yang dikatakan pada Eros. Seketika Eros langsung menyingkirkan tangan Aldo dari wajahnya.

Dony tertawa puas mendengar pengakuan Aldo. Pada akhirnya, ia menemukan orang yang sama-sama tidak menyukai Johan. Dengan begini, setidaknya Dony memiliki teman untuk menjatuhkan Johan ketika ada berita buruk tentang anak kepala sekolahnya itu.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu ruangan salah satu toilet terbuka dengan keras. Dony, Aldo, dan Eros langsung mengalihkan perhatiannya pada sosok yang baru keluar dari ruangan tersebut. Ketiganya membelalakkan mata dan mundur beberapa langkah saat sosok tersebut berjalan mendekati mereka.

“Mampus kalian berdua! Ketahuan sama Andra habis gibahin Johan habis-habisan.” Eros berbisik seraya melirik Aldo dan Dony.

Tubuh Eros, Aldo, dan Dony gemetar. Tatapan tajam dari mata Andra bagaikan laser. Menakutkan dan penuh amarah. Ekspresi wajah Andra bagaikan harimau yang siap menerkam mangsa. Terus melangkah mundur membuat punggung tiga pemuda dari kelas 11 itu menabrak westafel.

“Habis kita! Andra bakalan bantai kita,” gumam Dony.

“Elo sih pake ngajak gibahin Johan segala,” balas Aldo ikut bergumam.

“Minggir, gue mau cuci tangan!” tukas Andra.

Ucapan Andra barusan membuat Eros, Aldo, dan Dony langsung menggeser posisi. Ketiganya memberikan jalan pada Andra agar bisa mencuci tangan di westafel. Mereka sempat berpikir, Andra akan menghabisi mereka. Tapi, sepertinya Andra tidak sebar-bar itu.

Aldo, dan Dony kini bisa bernapas lega. Sementara Eros langsung ambil langkah seribu. Aldo, dan Dony berjalan pelan menuju pintu keluar, seolah mereka tak ingin langkah kakinya didengar oleh Andra. Sayangnya, ketika kaki keduanya sudah berada di ambang pintu, mendadak ada Johan yang berdiri menghadang.

All About You [END]Where stories live. Discover now