02. Windy Aryani Beserta Sirkel Gibahnya

62 9 26
                                    

Suasana riuh di hari Senin menjadi pemandangan khas hampir semua sekolah. Para murid melangkah bersama memasuki kelas setelah melaksanakan upacara bendera. Beberapa murid bergerombol sembari bercanda satu sama lain.

Suasana kelas yang awalnya sunyi, kini berubah ramai ketika para penghuni kelas telah kembali. Sebagian murid perempuan sibuk berkaca dan memoles wajah dengan bedak. Sementara sisanya sibuk mengobrol dengan teman sebangku.

Seorang murid laki-laki dengan tagname Gionino Saputra mempersiapkan beberapa buku dan alat tulis di meja guru sebelum sang pemberi ilmu masuk kelas.

“No, buku kumpulan materi kimia yang lo pinjem dari perpustakaan umum, udah lo balikin belum?” tanya murid perempuan berambut sebahu menghampiri Nino.

“Belum,” jawab Nino masih dengan kegiatannya.

“Kalo gitu, gue pinjem, ya?” pinta murid yang akrab disapa Windy itu.

Nino mengangguk sebagai jawaban. “Tapi bukunya ada di rumah. Entar sepulang sekolah gue ambilin.”

“Bu Meta dateng!” teriak murid laki-laki yang bernama Galih Febriano sembari berlari menuju tempat duduk.

Murid lain yang sibuk dengan kegiatan masing-masing segera kembali ke tempat duduk. Nino dan Windy juga kembali ke tempat duduk mereka.

Beberapa detik kemudian, seorang wanita berusia awal tiga puluhan memasuki kelas bersama seorang murid laki-laki. Wanita yang akrab disapa Bu Meta itu meletakkan beberapa buku di tangannya ke atas meja. Minan Eduardo selaku ketua kelas memberi aba-aba untuk memberikan hormat pada sang wali kelas. Semua murid dengan kompak memberi hormat dan salam pada Bu Meta.

Selesai dengan ritual wajib sebelum kelas dimulai, para murid kembali duduk dengan sopan. Beberapa murid perempuan saling berbisik dengan teman sebangku mereka, mengomentari sosok tampan yang berdiri di samping sang wali kelas.

“Hari ini, kelas kita kedatangan teman baru,” ujar Bu Meta.

“Andra, ayo kenalin diri kamu!” perintah Bu Meta pada murid baru tersebut.

“Nama gue Andra Bharata. Salam kenal semua!” ucap Andra memperkenalkan diri.

“Andra, kamu duduk di tempat duduk kosong yang di sana, ya!” tutur Bu Meta seraya menunjuk tempat duduk kosong yang ada di dekat jendela.

Andra berjalan menuju tempat duduk yang sudah ditunjuk. Hampir semua murid perempuan terpana melihat sosok Andra yang memiliki fisik nyaris sempurna. Bahkan Windy yang biasanya cuek, tampak memerhatikan Andra sedari masuk kelas tadi.

“Woah, list cogan di kelas kita nambah nih!” bisik murid perempuan yang akrab disapa Helen pada teman sebangkunya, Windy.

“Win, tumben ngeliatin terus? Tipe lo, ya?” goda Helen pada sang sahabat.

Windy langsung mencubit pinggang Helen. Cubitan itu membuat Helen terkikih, karena merasa ekspresi Windy begitu lucu. Selama ini, Windy tak pernah tertarik pada murid laki-laki. Apalagi berpikiran untuk memiliki pacar.

Di antara ratusan murid laki-laki di sekolah, hanya Nino dan Minan yang cukup dekat dengan Windy. Alasannya tentu saja karena dua murid laki-laki itu sosok murid teladan yang bisa Windy ajak diskusi untuk membahas pelajaran yang kurang dipahami.

“Bukan soal tipe ideal atau apa. Tapi ...”

Windy memelankan suara. Helen mendekat pada Windy dengan rasa penasaran yang tinggi. “Tapi apa?”

“Tapi Andra itu cowok yang nolongin Alea kemarin di pasar,” beber Windy.

“Eh, seriusan?” Helen membulatkan mata tak percaya.

All About You [END]Where stories live. Discover now