35. Usia Muda dan Kekhilafannya

22 0 0
                                    

Ramon memasuki kediamannya. Hari sudah malam, namun Ramon baru pulang. Itu adalah salah satu kebiasaan Ramon. Walau pulang dari sekolah jam lima sore. Tapi, Ramon kerap pulang ke rumah pukul delapan bahkan sembilan malam. Kadang, ia sepulang sekolah langsung pergi ke tempat bimbel. Kadang juga, ia pergi ke tempat arkade untuk menyegarkan pikiran.

“Ramon!”

Seorang wanita menegur Ramon saat pemuda itu memasuki ruang tengah menuju kamar. Sosok wanita yang merupakan ibunya tersebut menghampiri Ramon sembari memandang sang putra tajam.

“Ada yang mau Ibu bicarain sama kamu,” ujar sang ibu.

Ramon tak menanggapi perkataan ibunya. Ia seolah enggan berbicara dengan wanita yang biasa dipanggil Bu Nita itu. Ramon kembali melangkahkan kaki menuju kamar. Dengan cepat, Bu Nita meraih tangan sang putra.

“Kamu itu kenapa sih, Ramon? Bisa nggak, sekali aja dengerin omongan Ibu!” Bu Nita meninggikan suara, tampak putus asa atas sikap Ramon.

Ramon melepaskan tautan tangan Bu Nita. Hidup dengan keadaan yang berbeda dari sebelumnya tak membuat Ramon merasa bahagia. Sebenarnya, ada banyak hal yang mengganjal di hati Ramon sejak sang ibu memutuskan untuk menikah yang keempat kalinya.

“Ramon, kenapa kamu berbuat sampe sejauh ini demi bajingan berengsek itu?” teriak Bu Nita frustasi.

Ramon mengepalkan tangan. Sosok yang disebut bajingan berengsek oleh sang ibu tak lain adalah ayahnya. Sebagai anak, Ramon merasa tak terima. Bagi Ramon, seberengsek apapun ayahnya, orang itu tetap ayahnya yang tak akan pernah bisa digantikan oleh siapa pun.

“Kamu masih sering ketemu sama bajingan itu, 'kan?” tebak Bu Nita.

“Jawab Ibu, Ramon!” bentak Bu Nita.

“Bajingan itu punya nama, Bu!” balas Ramon ikut membentak.

Suara bentakan Ramon membelah rumah besar tersebut. Bahkan para ART yang tengah beristirahat di kamar sampai keluar untuk melihat apa yang terjadi. Seperti biasa, pertengkaran Ramon dengan sang ibu selalu menjadi tontonan dan topik hangat para ART.

“Nita, udah! Jangan terlalu kasar sama Ramon! Ramon baru aja pulang, dia pasti kecapekan,” lerai seorang pria tua yang merupakan suami Bu Nita.

“Kamu kira demi siapa Ibu ngelakuin semua ini, hah? Semua ini demi kamu, Ramon! Tapi kamu dengan bodohnya malah bikin masalah,” teriak Bu Nita frustasi.

Ramon kembali berjalan. Matanya berkaca-kaca, menahan rasa amarah dalam dada. Ramon begitu membenci kehidupannya. Walau kini ia hidup nyaman di rumah besar dan mewah bersama sang ibu dan ayah tirinya. Namun, Ramon merasa tak bahagia. Ada banyak hal yang membuat pemuda itu membenci semuanya. Terutama Bu Nita yang melarangnya dengan keras bertemu dengan ayah kandungnya.

Ramon menutup pintu kamarnya dengan keras. Tubuhnya merosot di atas lantai dengan mencium lutut. Pemuda itu terisak pelan. Sejak kedua orang tuanya bercerai, Ramon ikut ibunya. Dalam kurun waktu 10 tahun, Bu Nita menikah hingga empat kali, membuat Ramon mendapat julukan anak dengan empat ayah.

***

Para murid di SMA Adhyaksa sedang heboh. Secara mendadak, mereka mendapat kabar bahwa Ramon yang merupakan salah satu murid andalan SMA Adhyaksa pindah sekolah. Pihak sekolah tak memberi penjelasan lebih rinci tentang penyebab pindahnya Ramon. Menurut kabar yang beredar, Ramon pindah sekolah karena keluarganya pindah ke luar kota. Sang ayah tiri yang sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai dosen di salah satu universitas memutuskan untuk mengurus usaha makanan cepat saji yang ada di luar kota.

Helen terdiam setelah mendengar kabar tersebut. Apa yang dilakukan Ramon kemarin bersamanya, ternyata ucapan selamat tinggal. Sebelum berpisah, Ramon sempat mengakui semuanya pada Helen sekalipun Helen tak bertanya.

All About You [END]Where stories live. Discover now