48. Berusaha Sampai Berhasil

5 3 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Helen sudah berangkat ke sekolah. Gadis itu terpaksa mengerjakan tugas di sekolah. Semalaman suntuk ia berusaha untuk mengerjakan dengan berbekalkan rumus-rumus yang ada. Sayangnya, jawaban yang Helen dapatkan tak sesuai dengan pilihan yang ada. Terlebih, pikiran Helen juga terganggu karena sikap kasar Nino. Helen sudah sangat berharap pada Nino. Ia bahkan sampai keluar dari kelompok belajarnya agar bisa belajar bersama Nino.

Helen menulis rumus yang terdapat di buku catatan. Lalu, memasukkan angka-angka dari pertanyaan yang ia kerjakan. Dihitungnya dengan kalkulator agar lebih cepat. Seperti sebelumnya, jawaban yang didapat tak ada di pilihan jawaban yang tertulis. Hal semacam itu sudah terjadi entah berapa kali.

“Ah, sialan!” kesal Helen sembari melempar pensil.

Pensil yang dilempar mengenai kepala Minan yang kebetulan baru masuk kelas. Pemuda bermata sipit itu menoleh. Netranya mendapati Helen yang tengah gusar dengan buku-bukunya. Sepertinya, Helen tidak menyadari jika pensil yang dilempar ke sembarang arah, mengenai kepala sang ketua kelas.

Minan memungut pensil Helen yang tergeletak di lantai dengan menggelengkan kepala. Kemudian, ia melangkah menuju tempat duduk Helen untuk memberikan pensil malang itu pada pemiliknya.

“Nih, pensil lo!” ucap Minan dengan menyodorkan pensil pada Helen.

Helen mendongakkan kepala. Ia terkejut ketika melihat Minan. Helen benar-benar tak menyadari kedatangan Minan di kelas yang masih sepi itu.

“Ah, iya. Thanks, Nan,” balas Helen sembari menerima pensil dari Minan.

“Lo lagi ngapain, sih? Sampe kayak frustrasi gitu,” tanya Minan yang terlihat penasaran.

“Ini Nan, gue lagi ngerjain tugas matematika. Udah gue masukin semua angkanya ke rumus. Tapi, hasilnya tetep nggak ada di pilihan ganda,” jawab Helen.

Minan meletakkan tasnya ke meja. Lalu, ia duduk di kursi kosong samping Helen. Dilihatnya soal yang terpampang di buku Helen. Minan kini mengambil pensil Helen dan menulis beberapa rumus.

“Sebenernya, soal ini pake dua rumus. Lo harus nyari nilai dari x-nya dulu pake rumus ini. Baru deh, hasilnya lo masukin ke rumus yang itu,” jelas Minan.

Helen mengangguk mengerti. Setelah berjuang semalaman, akhirnya Helen tahu dimana letak kesalahannya. Sebagai salah satu murid terbaik SMA Adhyaksa, Minan termasuk kategori yang jarang mau menjelaskan materi pada orang lain. Namun, sepertinya kali ini pemuda itu menunjukkan rasa pedulinya pada Helen.

Thanks, ya, Nan!” ucap Helen.

Minan mengangguk. Lalu, beranjak dari tempat duduk. Saat kakinya baru berjalan beberapa langkah, ia berhenti. Dilihatnya Helen yang kini sibuk mengerjakan tugas. “Bukannya lo belajar sama Nino? Emangnya Nino nggak ngejelasin ke elo?”

Helen baru akan menjawab pertanyaan Minan. Mendadak, Nino masuk kelas dengan wajah murung. Hari ini, Nino tampak sangat berbeda dari biasanya. Sosok Nino yang ceria dan hangat, entah hilang kemana.

“Si juara satu mana peduli sama murid goblok kayak gue!” Helen menjawab pertanyaan Minan sembari melirik Nino.

Dari jawaban Helen, Minan bisa menyimpulkan, bahwa Helen dan Nino sedang ada masalah. Minan tidak ingin mencampuri urusan yang bukan kawasannya. Ia kembali berjalan menuju tempat duduknya.

***

Rindu melihat papan pengumuman bersama murid dari sesama kelas 10. Gadis itu mencari namanya di daftar 10 murid yang menerima beasiswa. Rindu sudah mengikuti tes tulis dan lisan agar bisa mendapatkan beasiswa tersebut. Sayangnya, namanya tak ada di daftar. Justru ia melihat nama Melani, teman sebangkunya.

All About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang