54. Rintangan dan Masalah Akan Selalu Datang Sepanjang Hidup

6 2 0
                                    

Andra memasang fotonya bersama keluarga Windy di dinding ruang tamu. Pada akhirnya, ruang tamu apartemen mewah itu memajang foto keluarga. Menurut sebagian orang, adanya foto keluarga di rumah atau tidak, mungkin bukan hal penting. Namun, bagi Andra, memiliki foto keluarga adalah impiannya.

Dulu, saat masih tinggal bersama kakek dan neneknya, Andra memiliki foto keluarga. Walau foto itu hanya bertiga. Sayangnya, saat Andra pindah, Andra lupa membawa foto tersebut. Sementara rumah itu kini telah dikontrakkan oleh sang ayah.

“Rada condong ke kiri tuh,” ujar Johan, melihat apa yang dilakukan Andra dengan mulut mengunyah keripik kentang.

Andra membenarkan letak foto sesuai instruksi dari sang sepupu. Setelah dirasa pas, Andra turun dari tangga lipat. Kemudian, ia menyambar keripik kentang di tangan Johan.

“Udah kayak foto keluarga bahagia aja,” ledek Johan.

“Nggak usah ngeledek! Gue tahu lo juga pengen foto sama mereka kayak gitu,” balas Andra.

Skakmat!

Johan tak bisa berkata-kata. Walau selama ini ia tak banyak menceritakan sejauh mana hubungannya dengan Rindu. Namun, sepertinya Andra tahu lebih. Entah itu tahu dari Windy atau Rindu.

Johan meraih bibit daun bawang yang bertengger di atas meja. Pemuda itu seolah sedang mencari topik pembicaraan lain. Berharap bibit daun bawang itu memberinya ide.

“Gue baru tahu kalo lo segabut ini. Beli bibit tanaman asal-asalan, terus lo kasih ke gue.” Johan mengelus bibit daun bawang yang kini menjadi miliknya.

“Kalo nggak mau, balikin sini!”

Andra merebut bibit tanaman tersebut. Johan berusaha mempertahankan benda itu di tangannya. Sekalipun bukan barang mewah. Namun, sebenarnya Johan cukup menyukai bibit daun bawang itu.

“Lo udah ngasih ini ke gue. Berarti ini udah jadi milik gue!” kata Johan.

Andra mulai menghentikan acara rebutan bibit daun bawangnya dengan Johan. Perkataan Johan barusan seolah mengisyaratkan, bahwa ia menyukai benda pemberian Andra.

“Selain gue, siapa lagi yang lo kasih bibit tanaman kayak gini? Jangan bilang, kalo lo beli ini emang khusus buat gue,” tebak Johan sembari berkedip genit. Membuat Andra langsung menjauh.

“Windy sama Jill,” jawab Andra jujur.

Jawaban Andra membuat Johan puas. Andra telah memakan umpan yang Johan lempar. Sekalipun Andra tak pernah cerita. Tapi, Johan tahu, bahwa Andra juga cukup dekat dengan Jill. Sungguh Johan bingung memikirkan letak titik menarik dari seorang Andra. Menurut Johan, selain tampan dan pandai bermain basket, Andra tak memiliki kelebihan lain yang mencolok.

“Kadang gue heran, cewek cerdas kayak Windy sama Jill, kok bisa tertarik sama cowok goblok kayak lo.”

Johan mengungkapkan unek-uneknya tanpa basa-basi. Membuat Andra langsung melempar bantal padanya. Bagi orang lain, mungkin apa yang Johan katakan terlalu kasar. Tapi, Andra yang sudah tahu sifat Johan, merasa perkataan Johan barusan bukanlah hal yang harus dianggap serius.

“Biar goblok, secara fisik, gue ganteng, tahu!” sahut Andra percaya diri.

“Idih, pede banget lo!” Johan membalas dengan ekspresi julid.

Andra dan Johan terkikih bersama. Saling julid satu sama lain adalah cara mereka menunjukkan keakrabannya. Mereka tak pernah menyangka akan menjadi dekat seperti sekarang. Padahal, ketika Andra baru pindah beberapa waktu lalu, keduanya enggan saling menyapa.

“Oh iya, soal Nino, apa udah ada kabar?” tanya Johan yang kini mengganti topik pembicaraan lagi.

“Belum. Nggak ada yang tahu keberadaan Nino sekarang. Sejak kejadian dia dilabrak sama Cheryl, dia nggak pernah masuk sekolah. Dia juga nggak bisa dihubungi. Minan sama Bu Meta udah dateng ke rumahnya. Katanya, Nino udah nggak pulang selama tiga hari. Nyokapnya juga nggak tahu kemana Nino pergi,” beber Andra, menceritakan apa yang diketahui.

All About You [END]Where stories live. Discover now