12. Murid Kesepian

29 4 0
                                    

Andra bangkit dari tempatnya. Ia berjalan melewati gadis tersebut tanpa mengatakan sesuatu. Gadis yang tak lain adalah Jill itu meraih lengan Andra untuk menghentikan langkah kaki pemuda tersebut.

“Lo mau ke mana?” tanya Jill.

“Pulang,” jawab Andra singkat.

Perlahan, Jill melepaskan tautan tangannya dari lengan Andra. Kemudian, gadis itu memandang hamparan pantai yang luas dan tampak indah dengan bayangan matahari berwarna oren yang hendak tenggelam.

“Kalo lagi kesel, biasanya gue ngelempar batu ke air. Nggak tahu kenapa, rasanya beban pikiran gue sedikit berkurang setelah ngelakuin itu,” ungkap Jill.

“Evaluasi bulanan emang berat. Tapi, asal mau belajar, pasti bisa dapet nilai di atas KKM kok,” lanjut Jill.

Kini, Jill menatap Andra dengan mata teduhnya. Ia memberikan satu batu berukuran kecil pada Andra. “Lo bisa nyoba. Siapa tahu metode dari gue bisa sedikit ngebantu lo.”

Andra menerima batu pemberian Jill. Lalu, ia melempar batu tersebut ke air. Dengan melempar batu itu ke air, Andra berharap masalahnya ikut menghilang bersama batu tersebut.

Jill tersenyum melihat apa yang Andra lakukan. Metode kekanak-kanakannya ternyata cukup menarik bagi seorang Andra Bharata.

“Lo masih punya batu lagi?” tanya Andra.

“Hah? Lo minta lagi?” balas Jill kaget.

Andra mengiakan sembari mengangguk pelan. Jill lekas merogoh saku hoodie-nya untuk mengambil beberapa batu kecil. Setelah batu-batu itu berada dalam genggaman, gadis cantik tersebut memberikannya pada Andra.

“Gue kasih setengah dari batu yang gue punya karena waktu itu lo sempet nolongin gue.” Jill menambahkan dengan terkikih.

Andra melempar semua batu pemberian Jill dengan penuh semangat. Bahkan lemparannya ada yang sampai jauh, membuat Jill takjub dengan keseriusan Andra dalam melempar batu tersebut.

Jill memerhatikan wajah Andra dari samping yang begitu indah bak seni pahatan. Bukannya Jill tidak tahu perihal rumor yang beredar di sekolah mengenai Andra. Tapi, sejak awal Jill tak peduli dan tak sepenuhnya percaya. Terlebih, itu hanya sebuah rumor yang tak berdasar. Dibanding dilabeli sebagai murid bermasalah. Menurut Jill, Andra lebih pantas dilabeli murid kesepian.

Selesai dengan kegiatannya, Andra tersenyum dan memandang Jill. Mata keduanya bertemu tatap hingga beberapa detik. Belum sampai sepuluh detik, Jill mengalihkan pandangannya ke arah lain terlebih dahulu.

Thanks! Metode dari lo cukup ngebantu gue,” tutur Andra.

“Sama-sama. Itu berarti, kita udah impas sekarang,” balas Jill dengan sesekali curi pandang.

Andra mengangguk pelan. Kemudian, pemuda itu melangkah pergi. Jill melihat punggung Andra dengan banyak pertanyaan bergelantungan di benaknya. Andra tampak misterius di mata Jill.

“Andra!” teriak Jill.

Mendengar suara teriakan Jill, Andra menghentikan langkah kaki dan membalikkan tubuh.

“Nama gue Jill! Gue dari kelas 12 IPS 1,” sambung Jill dengan mengacungkan jempol.

***

Akhir pekan menyambut. Andra menghabiskan akhir pekannya dengan bermalas-malasan di atas tempat tidur sambil bermain gim. Di hari yang cerah itu, Andra seolah enggan keluar untuk sekadar mencari udara segar. Keluar di keramaian pun, Andra tetap merasa kesepian.

Dalam acara bermalas-malasannya, suara ketukan pintu dari luar memecah keheningan apartemen mewah Andra. Entah siapa yang bertamu di tempatnya. Walau sebenarnya malas untuk beranjak dari zona nyamannya, Andra tetap memaksakan diri untuk berdiri dan berjalan. Dibukanya pintu apartemen dengan ekspresi malas.

All About You [END]Where stories live. Discover now