64. Kebingungan Windy

5 2 0
                                    

Tuan Arga menarik tangan Nyonya Dewi menuju tempat parkir. Pria itu tampak marah setelah mengetahui sikap sang istri pada putranya. Hatinya seperti terombang-ambing antara harus membela sang istri atau sang putra. Sesampainya di tempat parkir, Tuan Arga baru melepaskan tangan Nyonya Dewi.

“Dewi, aku mohon sama kamu! Sekali ini aja, tolong bersikap sedikit lembut ke Andra! Dia masih sakit,” pinta Tuan Arga, yang terkesan bingung.

“Dia yang mulai duluan, Mas!” sanggah Nyonya Dewi, berusaha membela diri.

“Dewi, aku mohon!” Tuan Arga menggenggam tangan sang istri.

“Pokoknya, aku nggak mau, kalo Andra pulang ke rumah kita!” tukas Nyonya Dewi.

“Rumah kita?”

Terdengar suara seseorang menyahuti perkataan Nyonya Dewi. Tuan Arga dan Nyonya Dewi menoleh ke sumber suara berasal. Netranya mendapati Johan dan Pak Yudha keluar dari mobil dengan sesuatu di tangan.

“Kak Yudha? Johan?” bisik Tuan Arga.

Johan dan Pak Yudha mendekat. Pasangan ayah dan anak itu menatap Nyonya Dewi sinis. Keduanya yang tak sengaja mendengar percakapan Nyonya Dewi dan Tuan Arga, menunjukkan rasa tidak sukanya.

“Itu rumah Andra! Andra berhak pulang dan tinggal di sana!” celetuk Johan dengan nada tinggi.

Pak Yudha menyenggol siku Johan, menyuruh sang putra agar menahan emosi. Jika saja tak dilarang Pak Yudha, mungkin Johan sudah meneriaki dan mengumpati ibu tiri sepupunya itu.

“Arga, Andra ada di ruangannya, 'kan?” tanya Pak Yudha.

“Ada. Kebetulan, dia sendirian di sana. Aku mau nganterin Dewi pulang dulu! Jadi, tolong jagain Andra sebentar!” jawab Tuan Arga.

“Pasti.” Pak Yudha tersenyum.

Tuan Arga dan Nyonya Dewi berjalan menuju mobil. Pak Yudha melihatnya seraya menggelengkan kepala. Ia cukup tahu, bagaimana sikap sang adik. Setelah bercerai dari ibunya Andra, Tuan Arga menyendiri cukup lama. Kemudian, ia bertemu dengan Nyonya Dewi dan mulai membuka hati. Mencoba menjalani kehidupan baru sekalipun dengan cara mengacuhkan Andra.

“Arga, inget apa yang pernah aku bilang ke kamu!” teriak Pak Yudha sembari mengacungkan jempol.

Tuan Arga menoleh dan melempar senyuman. Melihat sikap sang paman, Johan dibuat tercengang. Sejak Andra sakit, Tuan Arga memang bersikap tak seperti biasanya. Jika biasanya ia terkesan dingin pada Pak Yudha sekeluarga, kini sikap itu berbanding terbalik. Sepertinya, dua anak Bharata kembali saling merangkul dan mulai melupakan apa yang pernah terjadi di masa lalu.

***

Seorang perawat mencabut jarum yang menghubungkan selang infus dari tangan kiri Andra. Hampir satu bulan dirawat di rumah sakit, kini Andra sudah diperbolehkan pulang. Pemuda itu tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia sudah cukup muak berada di rumah sakit dan makan makanan hambar rumah sakit.

Pak Boni membawakan beberapa barang Andra. Sementara Andra berjalan keluar dari ruang rawat dengan dituntun Johan. Sesekali Andra melihat sekeliling, seolah mencari seseorang yang diharapkan datang.

“Lo nyariin Windy?” celetuk Johan yang seolah bisa membaca pikiran Andra.

“Kalo iya, emangnya kenapa? Kalo enggak, emangnya kenapa?” balas Andra dengan nada ketus.

“Seriusan, ya, lo habis sadar dari koma makin pinter ngomong sama ngeselin,” kesal Johan.

Andra tertawa mendengar perkataan sang sepupu. Johan seolah tak bisa menahan unek-uneknya. Walau selalu melakukan apa yang Andra katakan. Namun, Johan selalu mengomel terlebih dahulu. Ya, sama halnya saat Andra menjadi pelayan pribadi dadakannya ketika ia dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu.

All About You [END]Where stories live. Discover now