31. Berbagi Kisah

21 4 0
                                    

Hari Senin kembali menyambut. Andra keluar dari lift dan mengenakan seragam sekolah rapi. Dengan tangan kanan memegang tali tas di bawah bahu, ia berjalan keluar area apartemen. Di halaman depan, sudah ada Pak Yudha yang menunggu dengan sesekali melirik arlojinya.

“Andra!” panggil Pak Yudha seraya melambaikan tangan.

Andra menghentikan langkah. Ia memandang Pak Yudha dengan ekspresi malas. Pagi ini, Andra berencana untuk berangkat ke sekolah dengan angkutan umum. Pemuda itu seolah tak mau bergantung pada Pak Yudha.

“Ayo berangkat bareng!” ajak Pak Yudha dengan menghampiri Andra.

“Pak Yudha nggak usah repot-repot jemput aku! Aku bisa berangkat ke sekolah pake angkutan umum,” tolak Andra yang kembali menjaga jarak dari Pak Yudha.

“Andra, tunggu!” Pak Yudha meraih lengan putih Andra.

“Andra, Bapak tahu kamu ngerasa bersalah atas apa yang terjadi sama Johan. Tapi, Bapak sama sekali nggak nyalahin kamu. Setelah Bapak berhasil nemu—”

“Udah siang! Nanti aku telat,” pangkas Andra sambil melepaskan tautan tangan Pak Yudha.

Seperti biasa, sikap kepala batu Andra sedang kumat. Pak Yudha tak bisa terlalu memaksa sang keponakan untuk menurut. Apapun yang Pak Yudha lakukan tak akan mengubah apa-apa. Apa yang dilakukannya di masa lalu cukup memengaruhi hidup kedua cucu Bharata.

“Selamanya, Bapak tetep jadi pengecut. Bahkan sampe mati pun nggak akan berubah,” bisik Pak Yudha memandang punggung Andra yang perlahan menjauh.

Pak Yudha membalikkan tubuh. Ia hendak memasuki mobil. Tapi, mendadak pria itu menghentikan kegiatannya tatkala melihat sosok yang dikenal.

“Cecil?” bisiknya.

Entah sudah berapa lama Nyonya Cecil berada di sana. Yang jelas, wanita itu melihat dan mendengar apa yang Pak Yudha dan Andra bicarakan. Mata indah Nyonya Cecil menatap sosok yang dahulu pernah mengisi ruang di hatinya itu. Dua orang yang pernah bertunangan tersebut pada akhirnya kembali bertemu setelah 10 tahun.

Hari kelam yang ingin Nyonya Cecil lupakan kembali berputar di kepala. Sebuah hari yang menyedihkan dan memalukan sepanjang hidupnya karena ulah pria di hadapannya. Nyonya Cecil mengepalkan tangan kuat, menahan rasa benci pada pria yang menjadi cinta pertamanya itu.

“Mama!” teriak Ardhan seraya mengayuh sepedanya menuju tempat sang ibu berdiri.

Teriakan Ardhan berhasil menyadarkan Nyonya Cecil dari kenangan masa lalunya bersama Pak Yudha. Nyonya Cecil yang ingin hidup dengan melupakan masa lalunya dan memutus hubungan dengan keluarga Bharata, kini kembali terjebak dengan orang-orang dari keluarga kaya itu. Imbas dari rasa benci Nyonya Cecil bahkan sampai membuatnya juga ingin melupakan Andra yang merupakan putra kandungnya dengan anak kedua Bharata.

“Mama, ayo temenin aku beli es krim!” rengek Ardhan dengan meraih tangan Nyonya Cecil.

“Iya. Ayo kita beli es krim!” balas Nyonya Cecil seraya berjalan di belakang sepeda Ardhan.

Pak Yudha terdiam sesaat. Ia berpikir tentang rasa sakit yang Andra rasakan. Tinggal dekat dengan sang ibu, namun diperlakukan layaknya orang asing. Pak Yudha semakin memaklumi sikap dingin Andra padanya.

***

Kelas 12 IPA 2 tengah ribut. Jam kosong yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar atau mengulas soal, malah menjadi waktu mantap untuk gibah dan mempercantik diri. Beberapa murid gila belajar sibuk mengulas soal dan memperdalam materi sambil menyumpal telinganya dengan earphone atau headset. Seperti yang dilakukan oleh Windy, Minan dan Nino. Sedangkan murid pemalas seperti Andra tentu saja tidur. Sementara raja gibah seperti Galih, Ovy dan Bian sibuk bergibah ria, membicarakan rumor hangat.

All About You [END]Where stories live. Discover now