61. Antara Baik dan Terlalu Bodoh

6 2 0
                                    

Berita tentang apa yang telah menimpa Andra, dalam sekejap langsung menyebar di SMA Adhyaksa. Banyak yang berharap Andra segera siuman agar bisa kembali ke sekolah. Tak hanya mereka yang berasal dari kelas yang sama dengan Andra, tapi juga mereka yang berasal dari kelas lain. Bahkan anak-anak dari kelas IPS, juga berharap yang terbaik untuk Andra.

Terhitung sudah tiga hari sejak peristiwa penikaman. Windy masih duduk seorang diri tanpa teman sebangku. Gadis itu mulai merindukan Andra yang kerap merepotkannya dengan banyak bertanya tentang materi yang baru selesai dijelaskan oleh guru. Bahkan, terkadang Windy menangis dalam diam setiap melihat tempat duduk kosong di sampingnya. Tempat duduk itu kini penuh dengan tempelan kertas warna-warni yang bertuliskan harapan teman-teman Andra untuk Andra.

“Win, gue sama yang lain ada rencana mau jenguk Andra entar sore. Lo mau ikut, nggak?” tanya Minan, menghampiri Windy.

“Iya, gue ikut,” jawab Windy.

Guys! Guys! Gue ada kabar yang masih anget, nih!” teriak Ovy heboh sembari memasuki kelas.

“Kabar apaan, woi?” sahut Galih dari tempat duduknya.

Ovy duduk di kursi paling depan. Beberapa murid lain mendekat untuk mendengarkan ocehan pemuda berbibir tipis itu. Mereka dibuat penasaran dengan kabar yang didapatnya.

“Ternyata, orang yang nikam Andra tuh mantan manajer Hotel Bharata. Kronologinya gini, Guys. Awalnya, si manajer hotel itu ketahuan korupsi. Terus, dipecat sama bokapnya Andra. Nah, si mantan manajer tadi sakit hati dan nyimpan dendam ke bokapnya Andra. Suatu hari, dia ngerusak pintu kaca hotel, gara-gara nggak diizinin masuk buat ketemu sama bokapnya Andra. Akhirnya, dia dijeblosin ke penjara sama bokapnya Andra. Pas di penjara, penyakit mag kronisnya si mantan manajer itu kambuh. Terus, dia dibawa ke rumah sakit. Eh, pas di rumah sakit, si mantan manajer tadi kabur dan datengin bokapnya Andra buat bales dendam. Di saat itulah, kebetulan Andra ada di hotel. Andra berusaha ngelindungin bokapnya dan berakhir dia yang ditikam. Cerita selesai.” Ovy mengambil minuman milik teman sebangkunya setelah mengoceh beberapa saat.

Semua yang berada di kelas mengangguk mengerti selepas mendengar ocehan Ovy. Bahkan Windy juga baru mengetahui fakta tersebut. Karena Johan tak menceritakan detil peristiwa penikaman yang menimpa Andra pada Windy.

“Lo bisa tahu cerita ini dari siapa, Vy?” tanya Vera.

“Dari Om gue. Kebetulan, Om gue yang ngurus kasus penikaman Andra,” jawab Ovy.

Windy menoleh, memandang tempat duduk Andra. Entah harus disebut bodoh atau terlalu baik. Menurut Windy, Andra terlalu menyayangi ayahnya sekalipun sang ayah tidak peduli padanya. Setelah mengetahui fakta dibalik peristiwa penikaman yang terjadi, Windy merasa itu tidak adil. Selama ini, Andra sudah banyak menderita karena sang ayah.

“Dasar bego!” gumam Windy.

***

Jill menggenggam tangan Andra. Tangan hangat yang kerap menggenggam tangannya itu, kini terasa dingin. Ada banyak hal yang ingin Jill katakan pada Andra. Namun, kini Andra bahkan tak bisa diajak bicara. Pemuda itu masih tertidur dalam rasa sakitnya.

“Andra, lo harus bangun! Ada banyak orang yang nungguin lo,” kata Jill dengan mata berkaca-kaca.

Jill mengeluarkan beberapa kerikil dari dalam saku jaket. Masih hangat di ingatan gadis itu, saat ia dan Andra melempar kerikil ke pantai. Kegiatan kekanak-kanakan itu seolah menjadi awal kedekatannya dengan Andra. Diletakkannya salah satu kerikil itu di samping tangan Andra yang berbalut infus.

“Sebenernya, gue sayang banget sama lo. Gue selalu berharap, bisa jadi seseorang yang bermakna di hidup lo,” ungkap Jill, yang kini sudah tak bisa menahan air matanya lagi.

All About You [END]Där berättelser lever. Upptäck nu