26. Johan dan Gitarnya

18 4 0
                                    

Ricky keluar dari kediaman keluarga Pak Danu. Ia berniat untuk mengajak Windy jalan-jalan. Sayang sekali, Windy belum pulang. Menurut keterangan dari Rindu, Windy sedang belajar di ruang belajar perpustakaan umum. Ricky sudah mengirim pesan pada Windy sejak jam enam tadi. Namun, tak ada balasan. Saat Ricky mencoba menelepon, Windy juga tak menjawab panggilan telepon darinya.

“Jam segini kenapa belum pulang sih?” gerutu Ricky yang masih sibuk mengotak-atik ponsel.

Dari seberang jalan, seorang wanita muda bersama gadis kecil melambaikan tangan pada Ricky. Pria 26 tahun itu lekas menyeberang jalan untuk menghampiri kakak dan keponakannya.

“Ricky, tolong beliin nasi goreng, ya!” pinta wanita yang akrab disapa Tante Ira itu.

“Alea ikut, ya, Om!” ucap gadis kecil yang berdiri di samping Tante Ira.

Tanpa pikir panjang, Ricky mengiyakan permintaan sang kakak. Sebagai seorang adik, Ricky tentu ingin menikmati hasil kerja kerasnya bersama sang kakak yang kini menjadi satu-satunya keluarga yang dimiliki.

Ricky menggendong Alea memasuki mobil yang terparkir di halaman rumah. Pria berkulit putih itu melajukan kendaraan roda empat tersebut menuju tempat kedai nasi goreng langganan Tante Ira.

Sepanjang perjalanan, sesekali Ricky melirik ponselnya sambil menyetir. Alea yang duduk di kursi kemudi samping Ricky hanya melihat sang paman dengan wajah polosnya.

“Om Ricky pacaran sama Kak Windy, ya?” tanya Alea tiba-tiba.

Ricky terkikih mendengar pertanyaan dari sang keponakan. Bahkan anak lima tahun saja bisa melihat perasaan Ricky pada Windy. Namun, sepertinya Windy tak menyadari hal itu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sepuluh menit, kini Ricky menghentikan laju mobilnya di depan sebuah kedai nasi goreng yang berada di dekat area jajanan kaki lima. Ricky keluar dari mobil dengan menggendong Alea. Dari kejauhan, Ricky melihat sosok yang dicarinya sedari tadi. Ya, ia melihat Windy tengah berdiri di depan sebuah kedai jajanan kaki lima.

“Lho, kok Windy bisa ada di sini?” bisik Ricky heran.

“Om Ricky lihat apa?” tanya Alea.

“Om lihat Kak Windy. Kita samperin, yuk!” jawab Ricky.

Alea mengangguk, memberikan persetujuan. Ricky melangkah memasuki area jajanan kaki lima yang ramai oleh pengunjung. Pria itu semakin mempercepat langkahnya. Jalanan yang ramai membuat Ricky cukup kesulitan mengejar Windy. Sesekali ia berteriak memanggil nama Windy. Sayangnya, Windy tak mendengar.

“Itu anak mau kemana, sih?” bisik Ricky masih terus berjalan.

Hingga Windy menyeberang jalan, Ricky baru melihat sosok yang menggandeng tangan Windy. Seorang pemuda tinggi yang masih mengenakan seragam SMA Adhyaksa.

“Andra?” bisik Ricky.

Ricky masih terdiam di tempat, melihat Windy dan Andra yang asik mengobrol. Ada rasa kurang suka di benak Ricky. Walau Windy sudah memberitahu tentang alasan kedekatannya dengan Andra, tetap saja Ricky masih khawatir. Ya, ia khawatir Windy terlalu larut hingga benar-benar peduli dan dekat dengan Andra.

“Windy!” teriak Ricky.

Dari seberang jalan, Windy menoleh dan celingukan, seolah mencari sosok yang memanggilnya. Ricky melambaikan tangan untuk memberitahu Windy, bahwa orang yang memanggil Windy barusan adalah dia.

Saat jalanan sepi, Ricky lekas menyeberang. Masih dengan Alea digendongannya, pria itu menghampiri Windy.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Ricky.

All About You [END]Where stories live. Discover now