13. Si Nomer Dua

22 4 0
                                    

Papan pengumuman SMA Adhyaksa ramai oleh para murid yang ingin melihat peringkat 100 terbaik tiap jurusan dari hasil evaluasi bulan ini. Mereka berbondong-bondong mendatangi papan pengumuman dengan penuh semangat. Beberapa yang masuk 100 besar murid dengan nilai terbaik bulan ini terlihat bahagia dan bangga. Sedangkan yang tidak masuk hanya bisa pasrah, menunggu jadwal remedi dari wali kelas.

Windy dan Helen membelah kerumunan untuk melihat peringkat teratas jurusan IPA. Seperti biasa, peringkat satu evaluasi bulan ini masih belum berubah. Nino masih menjadi nomer satu. Sedangkan Windy berada di posisi kedua. Posisi ketiga diisi oleh murid dari kelas 12 IPA 1, yaitu Ramon Alberto. Sedangkan peringkat keempat jatuh ke tangan Minan Eduardo.

“Nino mulu yang nangkring di peringkat satu jurusan IPA,” kesal Windy.

“Win, bantuin gue nyari nama gue dong!” pinta Helen dengan memeriksa barisan kertas keempat yang berisi urutan peringkat 31 sampai 40.

Windy ikut mencari nama Helen di barisan kertas keempat. Sayangnya, tak ada juga nama Helen di sana. Kini, Helen melihat barisan kertas kelima dan Windy keenam. Ternyata, nama Helen berada di peringkat 53. Melihat hal itu, Helen langsung frustasi.

“Gawat! Gue peringkat 53, Win! Beneran disita nih HP gue,” heboh Helen.

Windy tak menanggapi perkataan sang sahabat. Gadis itu sibuk melihat daftar peringkat 61 sampai 70 dengan teliti. Namun, nama seseorang yang dicarinya tak ada di daftar tersebut. Kini, Windy beralih ke daftar peringkat 71 sampai 80. Tapi masih tak menemukan nama yang dicari. Rasanya, Windy tak bisa percaya.

Tanpa pikir panjang, Windy langsung mencari ke daftar peringkat 91 sampai 100. Dan benar saja, akhirnya ia menemukan nama yang dicari berada di peringkat 99. Ya, nama yang dicari Windy adalah nama ‘Andra Bharata’.

Windy menghela napas dengan ekspresi malas. Apa yang dilakukannya selama ini tak membuahkan hasil. Peringkat 99? Windy bahkan malu melihatnya. Jika saja Windy tak tahu apa yang telah terjadi pada Andra, mungkin saat ini Windy sudah memaki Andra dan melempari Andra dengan buku-buku tebal ulasannya.

“Gue harus lebih tegas sama Andra,” bisik Windy.

“Hai si nomer dua!” goda Nino menghampiri Windy dengan tersenyum nakal.

“Lo nggak usah sok! Gue pasti bisa nyalip lo bulan depan,” balas Windy.

Nino terkikih melihat ekspresi Windy yang tampak kesal. Selama ini, Windy belajar keras agar bisa mengalahkannya. Tapi, kemampuan luar biasa seorang Windy masih belum bisa menandinginya.

Tak lama berselang, Galih datang dengan kehebohan. Seperti biasa, mulut Galih yang bak mercon langsung mengoceh. Si biang rumpi kelas 12 IPA 2 itu memulai acara sebar gosipnya.

“Eh, udah pada tahu belum, minggu depan bakal digelar Pekan Olahraga Sekolah, lho,” ujar Galih berdiri di antara Windy dan Nino.

“Gue mau jadi perwakilan tim lari estafet aja deh. Nggak mau ikut olahraga yang ruwet,” sahut Vera, ikut menimbrung.

“Lo mau jadi perwakilan tim apa, Win?” tanya Helen seraya menyenggol siku Windy.

“Kayaknya gue mau masuk tim lari estafet aja,” jawab Windy.

Beberapa saat kemudian, Minan datang ikut bergabung. Ia menyingkirkan Galih yang menghalangi pandangannya dari papan pengumuman. Mengetahui ia berada di posisi keempat, Minan hanya menghela napas.

“Posisi lo disalip sama kebanggaan kelas dakjal, Bro!” Galih menuturkan.

Minan hanya diam, tak memberikan respon yang berarti pada Galih. Lalu, ia mendekat pada Windy. “Win, lo dipanggil sama Pak Yudha,” kata Minan.

All About You [END]Where stories live. Discover now