30. Terima Kasih, Rindu

19 3 0
                                    

Rindu mengedipkan mata memandang sekitar. Dengan tangan kanan memegang satu jagung rebus, gadis itu sesekali melirik Johan yang tengah makan jagung rebus dengan disuapi Bu Siska. Sementara di sofa seberang Rindu, ada Andra dan Pak Yudha yang tengah memakan jagung rebus sembari bermain ponsel. Sungguh Rindu tak pernah menyangka akan berada di tengah orang-orang tersebut.

Sebenarnya niat awal Rindu datang ke rumah sakit memang untuk melihat keadaan Johan. Entah sudah gila atau apa, Rindu seolah tak bisa tenang. Ia terus kepikiran pada Johan yang mengalami kecelakaan di depan matanya. Sepertinya, takdir memang memaksa Rindu untuk menjenguk Johan sekalipun ia sempat berniat pulang beberapa saat lalu.

“Rindu, ayo dimakan jagungnya, Nak!” kata Pak Yudha dengan mulut penuh butir-butir jagung.

“Iya, Pak,” balas Rindu sedikit kikuk.

Johan mengunyah jagungnya sambil melihat Rindu. Ia ingat, bahwa orang yang menolongnya di hari ia mengalami kecelakaan adalah Rindu. Walau hanya melihatnya samar-samar sebelum tak sadarkan diri, tapi Johan yakin bahwa itu adalah Rindu. Suara teriakan hebohnya juga masih terngiang jelas di telinga Johan hingga detik ini.

“Johan!” panggil Bu Siska yang diam-diam melihat gelagat aneh sang putra.

Panggilan dari sang ibu seolah menyadarkan Johan dari lamunannya. Dengan segera, ia mengalihkan pandangan dari Rindu. Matanya kini memandang Bu Siska intens.

“Kamu kok malah ngelamun?” tanya Bu Siska.

“Siapa juga yang ngelamun!” balas Johan dengan bergumam.

Tak lama berselang, ponsel Bu Siska berdering. Wanita cantik tersebut lekas menjawab panggilan telepon yang merupakan telepon dari kliennya itu. Jagung rebus di tangannya langsung dilempar pada sang suami seraya berjalan keluar ruangan. Pak Yudha memandang Johan dengan menunjuk sang istri yang baru keluar.

“Telepon dari klien,” tutur Johan yang langsung paham maksud sang ayah.

Pak Yudha memeriksa ponselnya yang baru saja bergetar. Sebuah pesan dari seseorang datang. Selepas menerima pesan tersebut, Pak Yudha mengantongi ponselnya. Ia melangkah menuju tempat Rindu yang masih salah tingkah dan kikuk. Diberikannya sisa jagung rebus di tangannya pada Rindu.

“Rindu, tolong suapin Johan, ya! Bapak ada keperluan sebentar di luar,” pinta Pak Yudha.

Rindu menelan ludah mendengar permintaan sang kepala sekolah. Menyuapi Johan? Oh ayolah, Rindu bahkan merutuki dirinya sendiri berkali-kali dalam hati karena telah nekad datang ke rumah sakit untuk menjenguk Johan.

Pelan-pelan, Rindu menggerakkan tangan untuk menerima jagung pemberian Pak Yudha. Rasanya Rindu tak bisa menolak permintaan Pak Yudha walau sebenarnya ia sangat ingin menolak.

“Ta —tapi Pak, sebenernya saya—”

“Makasih, ya, Rindu! Bapak sama Andra mau keluar sebentar! Tolong jagain Johan dulu, ya!” pangkas Pak Yudha.

Pak Yudha memotong perkataan Rindu dan meletakkan sisa jagung rebus ke tangan Rindu secara paksa. Kemudian, pria itu berjalan keluar ruangan dengan disusul Andra di belakang. Rindu dan Johan memandang kepergian Pak Yudha dan Andra dengan perasaan heran bercampur bingung.

Setelah kepergian Pak Yudha dan Andra, kini hanya tersisa Johan dan Rindu di ruangan tersebut. Keduanya tampak canggung dan bingung. Rasanya, Rindu ingin melarikan diri saja dari tempat itu.

Rindu kini bangkit dari tempatnya. Ia melangkah menuju tempat Johan berada dengan langkah kaki yang berat. Johan melihat Rindu dengan berusaha memasang ekspresi datar seperti biasanya.

Rindu duduk di kursi dekat tempat Johan berada. Ia menyodorkan jagung rebus di tangannya pada Johan. Lalu, Johan menggigit jagung tersebut perlahan sambil melihat Rindu. Posisi keduanya begitu dekat hingga Johan bisa melihat dengan jelas lekuk wajah Rindu.

All About You [END]Where stories live. Discover now