66. Hari yang Buruk Bagi Andra

8 2 0
                                    

Sore hari telah menyapa. Langit berwarna oren menjadi pemandangan sore yang cukup menyegarkan mata. Andra berdiri di depan tempat parkir dengan melihat beberapa murid perempuan lewat. Di antara para para murid tersebut, tampak Windy berjalan bersama Rindu menuju tempat parkir. Andra tersenyum melihat kedatangan sosok yang ditunggunya.

“Win, habis ini belajar bareng, yuk!” ajak Andra dengan menghampiri Windy.

“Bukannya lo harus nyusul ujian semester ganjil di ruang guru? Kenapa malah di sini?” heran Windy.

“Bu Meta ada urusan mendadak. Jadi, sore ini nggak bisa ngawasin gue. Katanya besok pagi aja sebelum masuk kelas,” terang Andra.

Windy mengangguk mengerti. Kemudian, ia kembali berjalan. Andra meraih tangan Windy untuk menghentikan langkah gadis itu.

“Hari ini, lo pengen belajar di mana? Di ruang belajar perpustakaan umum atau di rumah gue? Atau di rumah lo aja?” tawar Andra.

Windy melepaskan tangan Andra dari lengannya. Seperti sebelumnya, gadis itu berusaha menghindari tatapan mata Andra. “Gue ada janji sama Kak Ricky. Lo belajar sendiri aja!”

Windy melangkahkan kakinya kembali, meninggalkan Andra. Sikap Windy yang seperti ini membuat Andra bingung bercampur kesal. Rasanya, Andra sudah tak bisa menahannya lagi. Bahkan sampai detik ini, Windy belum membuka blokiran semua media sosialnya.

Andra mengejar Windy. Kali ini, pemuda itu berdiri tepat di depan Windy untuk menghalangi jalan.

“Minggir!” pungkas Windy.

“Gue nggak akan minggir sebelum lo jelasin ke gue, kenapa akhir-akhir ini lo berusaha ngehindarin gue!” balas Andra tegas.

Windy berbalik, mencari jalan lain untuk pulang. Sepertinya, ia harus meninggalkan sepedanya di sekolah dan pulang dengan angkutan umum. Andra masih tak menyerah. Ia kembali mengejar Windy. Diraihnya lengan mulus Windy.

“Kalo gue ada salah, lo kasih tahu, dong! Gue mana paham salah gue di mana, kalo lo kayak gini,” pinta Andra dengan suara memelas.

Sejujurnya, Windy tak tega memperlakukan Andra seperti ini. Tapi, apa boleh buat. Kenyataan mengharuskannya untuk sadar diri, bahwa ia dan Andra berada di kelas sosial yang berbeda.

“Windy!” panggil Ricky dari halaman sekolah seraya melambaikan tangan.

Windy dan Andra menoleh ke arah Ricky. Melihat kedatangan Ricky, perlahan Andra melepaskan lengan Windy. Sedangkan Windy melangkahkan kaki menuju Ricky. Detik itu juga, perasaan Andra seperti dipatahkan. Hari ini, ia begitu bersemangat berangkat ke sekolah. Tapi, pemuda tampan itu harus melihat gadis yang dicintai berjalan ke arah laki-laki lain dan tak memedulikannya.

***

Nyonya Dewi menyeret koper keluar dari kamar. Raut wajahnya terlihat marah. Setelah pertengkarannya dengan sang suami beberapa saat lalu, wanita cantik itu memutuskan untuk pergi. Ia merasa suaminya sudah tak peduli lagi padanya. Seorang wanita berusia lima puluhan menghampiri Nyonya Dewi, berusaha mencegah istri dari Arga Bharata itu pergi.

“Nyonya Dewi mau kemana?” tanya wanita yang akrab disapa Bu Tika.

“Aku mau pergi dari sini!” balas Nyonya Dewi ketus.

Wanita itu melangkah menuruni tangga. Disusul Bu Tika di belakangnya. Beberapa pelayan yang melihat saling memandang. Mereka tak tahu harus berbuat apa melihat aksi majikan mereka.

“Dewi, kamu mau kemana? Kenapa pake bawa koper segala?” lontar Tuan Arga dari depan pintu ruang tengah.

Nyonya Dewi tak menanggapi pertanyaan sang suami. Ia masih berjalan dengan menyeret koper. Tentu saja Tuan Arga tak tinggal diam melihat hal itu. Pria itu lantas meraih tangan sang istri untuk menghentikannya. Namun, Nyonya Dewi berusaha melepaskan tangan Tuan Arga dan terus melangkah.

All About You [END]Where stories live. Discover now