51. Semua Hal Tentangmu, Aku Menyukainya

7 2 0
                                    

Andra turun dari taksi. Dipandangnya bangunan besar nan mewah di hadapan. Kaki panjang pemuda itu melangkah memasuki area Hotel Bharata. Melihat kedatangan Andra, Pak Boni langsung menyambut dengan ramah. Kedatangan Andra secara tiba-tiba itu cukup mengejutkan Pak Boni.

“Den Andra mau ketemu sama Tuan Arga, 'kan? Kebetulan Tuan Arga sama Nyonya Dewi lagi makan siang. Mari Pak Boni antar!” sapa Pak Boni.

Andra mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, memasuki hotel bersama Pak Boni. Di area depan, tampak beberapa pekerja tengah mengganti kaca pintu hotel yang pecah. Sontak pemandangan itu mengejutkan Andra.

“Tumben banget kacanya diganti?” tanya Andra.

“Kacanya pecah, Den. Tadi pagi ada orang yang sengaja mecahin kaca pintu hotel. Untung aja pelakunya udah ketangkep,” tutur Pak Boni.

Andra menghentikan langkah. Cukup aneh mendengar penuturan Pak Boni barusan. “Gabut banget pelakunya sampe mecahin kaca pintu hotel.”

Pak Boni mendekat pada Andra. Ia melirik sekeliling sebelum bicara. “Pelakunya mantan manajer hotel yang ketahuan korupsi. Sekarang udah dibawa ke kantor polisi.” Pak Boni menceritakan apa yang telah terjadi.

Andra mengangguk mengerti. Kemudian, kembali berjalan menuju ruangan tempat sang ayah berada. Beberapa staff hotel yang kebetulan berpapasan dengan Andra dan Pak Boni memberi salam dengan tersenyum ramah.

Sesampainya di ruangan yang dituju, Andra masuk bersama Pak Boni. Di sana, terlihat Tuan Arga dan Nyonya Dewi tengah makan beberapa hidangan penutup. Melihat kedatangan Andra, Tuan Arga menghentikan kegiatannya. Sementara Nyonya Dewi hanya melirik sinis.

“Tumben ke sini. Ada apa?” tanya Tuan Arga pada Andra, tanpa basa-basi.

“Aku mau ngembaliin ini ke Papa.” Andra menjawab dengan menyerahkan black card pada Tuan Arga.

Tuan Arga terpaksa menerima black card tersebut. Ia memandang Andra dengan wajah dingin seperti biasa. Sejujurnya, Andra merasa tidak nyaman dengan tatapan tersebut. Namun, karena sudah terbiasa, ia seperti tak peduli.

“Kalo gitu, aku pulang dulu!” pamit Andra. Lalu, berjalan meninggalkan Tuan Arga.

“Udah makan?” tanya Tuan Arga yang seketika membuat Andra menghentikan langkah.

Hanya dua kata yang keluar dari mulut Tuan Arga. Terdengar biasa di telinga orang lain. Tapi, mampu membuat Andra merasa senang. Andra merasa, bahwa sedikit demi sedikit, Tuan Arga mulai peduli padanya.

Andra memandang sang ayah dengan bibir tersenyum. “Udah, Pa.”

Tuan Arga mendekat pada Andra. Diraihnya pundak sang putra. “Akhir-akhir ini, Cecil dan keluarganya baik sama kamu, 'kan?”

“Iya. Darimana Papa tahu?” balas Andra kaget.

“Jangan mau dimanfaatin sama mereka! Mereka deketin kamu karena usaha mereka lagi krisis. Papa tahu kamu bodoh. Tapi, jangan pernah mau dibodohi sama ibu kandung kamu sendiri!” ungkap Tuan Arga yang terdengar seperti sebuah peringatan sekaligus penghinaan.

***

Andra berjalan seorang diri menyusuri trotoar. Tangannya mengepal kuat. Hatinya kembali kalut bercampur kecewa. Meski Andra tak sepenuhnya memercayai perkataan sang ayah. Namun, jika suatu saat ia menemukan kebenaran yang sama, rasanya ia tak sanggup menghadapi kebenaran tersebut. Lagi-lagi, pemuda itu merasa hidupnya konyol dan menyedihkan.

Andra menghentikan langkah saat melihat seorang anak laki-laki bermain layang-layang di tengah taman. Anak laki-laki tersebut bermain seorang diri tanpa ada orang dewasa yang menemani. Seketika ia teringat pada dirinya beberapa tahun silam. Andra melihat anak tersebut menoleh padanya. Wajah bocah itu berubah menjadi wajahnya.

All About You [END]Where stories live. Discover now