28. Calon Menantu yang Berbakti

19 3 0
                                    

Johan menunggu Andra dengan duduk di atas motor Andra. Dengan earphone yang melekat di kedua telinga, sesekali pemuda 17 tahun itu bersenandung pelan, mengikuti irama musik dari earphone-nya. Tak lama kemudian, Andra datang bersama beberapa murid lain ke tempat parkir. Melihat penampakan Johan yang sudah menunggu membuat Andra mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Lo masih mau nebeng tidur di tempat gue?" tanya Andra.

Johan melepas earphone-nya. Seperti biasa, ia memandang Andra dengan tatapan menyebalkan. "Kenapa? Lo keberatan?"

"Kalo gitu, lo pulang duluan! Gue mau ke perpustakaan umum dulu sama Windy." Andra melempar kunci motornya pada Johan. Dengan sigap, Johan menangkap benda tersebut.

Andra berjalan meninggalkan tempat parkir. Johan melihat punggung Andra yang semakin menjauh. Terkadang, Johan merasa kasihan melihat Andra. Sejak kepergian sang kakek, hidup Andra seolah tanpa arah. Beberapa hari sebelum meninggal, sang kakek berpesan pada Johan agar menjaga dan menemani Andra.

"Gue mungkin nggak akan sanggup kalo harus ngejalanin hidup kayak lo," bisik Johan.

Johan menaiki motor Andra dan mengenakan helm. Dilajukan motor tersebut dengan kecepatan normal. Johan melewati beberapa murid yang berjalan menuju pintu gerbang.

Setelah keluar dari pintu gerbang sekolah, Johan menambah kecepatan dan melaju membelah jalan raya. Pemuda itu mulai menikmati perjalanannya dengan sesekali bersenandung pelan.

Saat melewati pertigaan, tiba-tiba ada seorang anak berlari ke tengah jalan untuk mengejar bola. Dengan cepat, Johan mengerem motor yang dikendarainya. Namun, ada yang aneh. Rem motor milik Andra itu sama sekali tak berfungsi. Demi menghindari anak kecil tersebut, Johan langsung berbelok secara mendadak. Alhasil, kini ia malah bertabrakan dengan sebuah mobil pick up yang melaju dari arah berlawanan.

Tubuh Johan terpental beberapa meter dari tempat kejadian. Sementara motor yang dikendarai rusak cukup parah. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut langsung berkerumun untuk memastikan keadaan Johan yang kini tergeletak di tepi jalan.

"Kak Johan! Kak Johan!"

Indera pendengaran Johan mendengar suara seseorang yang tak asing memanggil namanya. Samar-samar, Johan melihat seorang gadis berambut sebahu di depannya dari balik kaca helm.

"Cepet telepon ambulans!" teriak gadis itu heboh pada orang-orang sekitar.

Perlahan, pandangan Johan mulai buram seiring dengan rasa sakit yang dirasakan. Gadis dengan tagname Rindu Apriani yang ada di dekatnya itu semakin heboh dan khawatir.

***

Andra dan Windy keluar dari perpustakaan umum bersama. Seperti biasa, mulut Andra sesekali masih berkomat-kamit menghafalkan beberapa rumus matematika. Kegiatan belajar bersama hari ini selesai 30 menit lebih cepat karena Windy harus membantu sang ibu menyiapkan bahan dan bumbu untuk persiapan membuat pesanan tumpeng besok pagi.

"Jangan lupa belajar!" kata Windy mengingatkan.

"Siap, Bu Bos!" balas Andra sembari memberi hormat.

Windy berjalan menuju tempat parkir. Andra melihat punggung gadis itu dengan tersenyum. Semakin banyak menghabiskan waktu bersama Windy, Andra jadi semakin menyukainya. Windy yang terkesan galak saat mengajar dan menjelaskan materi, terkadang juga menunjukkan sisi manis.

Andra mengeluarkan ponsel dari tas untuk menelepon Johan. Pemuda itu berniat menyuruh sang sepupu agar menjemputnya. Namun, bukannya Johan yang menjawab panggilan telepon darinya, melainkan Pak Yudha. Tentu saja hal itu mengejutkan Andra, mengingat Johan tengah merajuk pada kedua orang tuanya.

All About You [END]Where stories live. Discover now