56. Video Untuk Windy

11 2 0
                                    

Andra menyeret Johan memasuki area festival. Dengan ekspresi masam, Johan terpaksa mengikuti Andra seraya mengumpat dalam hati. Entah apa yang diinginkan oleh sang sepupu. Pemuda itu mendadak menjemput Johan di tempat bimbel dan memaksa Johan pergi ke festival budaya bersamanya.

“Menurut lo, enaknya beli jajanan apa?” tanya Andra tampak kebingungan memilih jajanan kaki lima yang ada.

“Jadi, lo ngajak gue ke sini cuma buat nanya ke gue soal jajanan kaki lima doang?” kesal Johan.

Andra mengangguk dengan wajah tanpa dosa. Ingin rasanya Johan menggampar wajah tanpa dosa Andra. Tapi, dengan Andra menjemput, ada untungnya juga. Setidaknya, Johan bisa jalan-jalan menikmati suasana festival budaya tanpa khawatir mendengar ocehan dari sang ibu.

Andra meraih tangan mulus Johan dan menariknya entah kemana. Johan hanya bisa pasrah mengikuti Andra. Tingkah Andra layaknya anak kecil yang menyeret sang ibu agar mengikuti kemanapun ia pergi.

“Kita mau kemana, sih?” tanya Johan.

“Ikut aja! Nggak usah bawel!” balas Andra sembari membelah kerumunan.

Setelah berjalan melewati beberapa kedai jajanan kaki lima, Andra membawa Johan memasuki area pameran benda-benda antik. Selain benda antik, ada juga benda-benda peninggalan sejarah dan budaya yang dipajang dalam kotak kaca.

“Tumben banget lo dateng ke tempat gini? Bukannya lo—”

Johan belum menyelesaikan ucapannya, tapi Andra sudah menarik tangannya lagi. Andra memberikan ponsel pada Johan. Kemudian, pemuda itu bergaya di samping sebuah patung.

“Fotoin gue!” perintah Andra.

“Jadi, lo ngajak gue ke sini buat jadi kang foto lo?” tanya Johan jengkel.

“Udah! Nggak usah protes!”

Walau menampakkan ekspresi jengkel, Johan tetap melakukan apa yang Andra katakan. Ia memfoto Andra hingga beberapa kali. Selesai berfoto, Andra menghampiri Johan untuk melihat hasil jepretan fotonya.

“Woah, keren juga hasilnya,” kagum Andra.

“Iya dong! Yang jadi kang foto 'kan calon fotografer handal,” bangga Johan.

“Kalo gitu, sekarang waktunya lo jadi cameraman!” celetuk Andra yang kembali memberikan ponselnya pada Johan.

“Bikin kayak seolah-olah gue lagi sama yang nonton video, ya! Kayak boyfriend material gitu!” tambah Andra yang kini sudah berjalan mengelilingi beberapa kotak kaca.

Melihat betapa bersemangatnya Andra, Johan hanya bisa menggelengkan kepala. Entah apa tujuan Andra membuat video tersebut. Namun, melihat betapa antusiasnya, pasti berhubungan dengan Windy. Johan sangat yakin akan hal itu. Walau di depan Andra, Johan selalu mengatai Andra. Namun, sebenarnya Johan cukup senang melihat Andra yang kini terlihat lebih ceria dan bersemangat.

“Kalo lari jangan jauh-jauh dong! Cameraman-nya belum makan nih!” teriak Johan dengan terkikih.

***

Windy merebahkan tubuh di atas ranjang. Sungguh Windy merindukan kehangatan kasur empuknya setelah membantu sang ibu mengupas bawang. Tak hanya Windy, Rindu juga membantu sang ibu memotong sayuran untuk mempersiapkan pesanan nasi kotak. Berhubung Pak Danu belum bisa kembali bekerja, jadi Bu Rina menerima banyak pesanan nasi kotak dan tumpeng.

Windy meraih ponselnya yang ada di atas laci dekat ranjang. Entah untuk sekadar memeriksa media sosial atau melihat video-video lucu. Yang jelas, Windy butuh penyegaran pikiran setelah bergelut dengan bawang. Saat Windy menyalakan layar ponsel, tampak sebuah pesan datang dari Andra. Gadis itu lantas membuka pesan tersebut. Ternyata, sebuah video.

All About You [END]Where stories live. Discover now