08. Permintaan Pak Yudha

32 3 0
                                    

Helen menunggu kedatangan Windy di depan pintu gerbang sekolah. Tak biasanya gadis berambut panjang itu menunggu sang sahabat di depan gerbang. Jika sudah seperti itu, biasanya ada sesuatu yang ingin ditanyakan pada Windy. Yang pasti, pertanyaan itu tidak akan tentang pelajaran. Karena Helen, tidak suka belajar.

Beberapa saat kemudian, terlihat Windy dan Rindu berboncengan dari seberang jalan. Keduanya menunggu satpam sekolah menyeberangkan mereka. Jalanan di pagi hari memang sangat ramai. Sehingga akan sulit menyeberang sendiri.

Helen melambaikan tangan pada Windy dengan penuh semangat. Saking semangatnya, sampai tak sadar jika ia menghalangi jalan salah satu murid yang hendak lewat. Murid laki-laki tersebut berdeham agar Helen peka. Namun, Helen sama sekali tak menghiraukannya.

“Misi, Bro! Gue mau lewat!” teriak murid laki-laki dengan tagname Ramon Alberto itu.

Helen terkejut saat mendapati wakil ketua OSIS tersebut menatapnya tajam. Secepat kilat, gadis cantik itu menggeser posisinya agar Ramon bisa lewat.

Sorry!” ucap Helen malu.

Ramon berjalan melewati Helen dengan melirik gadis tersebut. Sementara Helen kembali sibuk melihat Windy yang kini telah menyeberang dan berjalan menuju tempat sang sahabat berdiri.

“Gimana?” tanya Helen yang terdengar ambigu.

“Gimana apanya?” balas Windy sembari berjalan melewati pintu gerbang.

“Pedekate lo sama Andra,” jawab Helen dengan ekspresi penasaran.

Windy menghentikan langkah. Ia menatap Helen seraya menyipitkan mata.

“Maksud lo apa?” Windy mengangkat sebelah alisnya.

“Kata Rindu, semalem lo pulang dianterin sama Andra gara-gara ban sepeda lo kempes,” jelas Helen dengan menunjukkan chat dari Rindu semalam.

“Dasar ember bocor!” gerutu Windy seraya mengeratkan gigi-giginya.

“Lo beneran dianterin pulang sama Andra, 'kan?” tanya Helen lagi.

Windy menghela napas. Matanya seperti mengeluarkan laser. Rasa kepo Helen benar-benar membangkitkan iblis yang bersemayam dalam diri Windy. Sungguh Windy sangat ingin melakban mulut sahabatnya itu.

“Lo nanya sekali lagi, gue copot nih sepatu. Terus gue lempar ke kepala lo,” ancam Windy.

“Ampun, Kanjeng Mami!” teriak Helen heboh sambil berlari.

***

Siang yang terik menemani para murid SMA Adhyaksa yang berlarian menuju papan pengumuman. Windy dan Helen ikut berlari menuju papan pengumuman yang kini telah ramai oleh para murid. Selesai makan siang dari kafetaria, keduanya langsung meluncur ke tempat tersebut. Padahal mereka sudah mendengar isi pengumumannya dari Galih. Karena imej Galih sebagai tukang gibah sudah melekat, jadi Windy dan Helen tak bisa memercayai perkataan Galih begitu saja.

“Hah? Minggu depan ada evaluasi bulanan? Selama seminggu penuh? KKM-nya 75?” kata Helen dengan heboh.

“Gawat! Baru lihat KKM-nya doang, gue yakin pasti gue remedi beberapa mata pelajaran nih,” gerutu salah satu murid perempuan dengan memegang permen lolipop.

“Gue udah ikut bimbel di tempat mahal, masih nggak paham beberapa materi. Terutama materi kimia sama fisika,” keluh murid perempuan dengan kuncir ekor kuda.

Windy berjalan keluar dari kerumunan. Walau ia tak pernah ikut remedi. Tapi, Windy tetap harus belajar keras. Misinya di tahun terakhir SMA adalah mengalahkan Nino. Windy akan mengukur kemampuannya di evaluasi bulan ini dan seterusnya.

All About You [END]Where stories live. Discover now