44. Ada Apa Dengan Windy?

9 2 0
                                    

Andra membawa kembali buah-buahan yang dibeli beberapa waktu lalu. Timing yang ia pilih untuk menjenguk ayah Windy sepertinya kurang pas. Apalagi sudah ada Ricky di sana. Andra pikir, mungkin besok atau lusa saja ia datang lagi. Hari juga sudah mulai malam.

Sesampainya di depan komplek apartemen, taksi yang ditumpangi Andra berhenti. Andra lekas membayar ongkos taksi dan turun dari taksi. Ia berjalan memasuki area apartemen dengan buah-buahan di tangan.

“Kak Andra!” panggil Juli dari depan pos keamanan.

Andra menoleh ke arah sumber suara berasal. Terlihat Juli dan Pak Ali melambaikan tangan padanya. Andra tersenyum dan mempercepat langkah menuju pos keamanan.

“Kak Andra baru pulang sekolah, ya?” tanya Juli.

“Iya.”

Andra menyamakan posisi dengan Juli. Lalu, diberikannya buah-buahan di tangannya pada Juli. “Nih buat kamu!”

Dengan senang, Juli menerimanya. Senyuman Juli yang polos dan penuh kebahagiaan seolah menjadi obat bagi kerisauan hati Andra.

“Makasih, Kak Andra!” ucap Juli.

“Oh iya, Pak Ali udah denger kabar soal kecelakaannya Pak Danu, belum?” tanya Andra yang kini mengalihkan pandangan pada Pak Ali.

“Danu? Maksud kamu Danu ayahnya Windy?” balas Pak Ali terkejut.

“Iya, Pak.”

Pak Ali seketika tampak cemas dan khawatir. Ia sudah menganggap Pak Danu seperti adik kandungnya sendiri. Jika memiliki sesuatu, Pak Danu tak pernah lupa berbagi dengannya. Begitu pula sebaliknya.

“Terus, gimana keadaannya sekarang?” tanya Pak Ali.

“Aku kurang tahu, Pak. Tadi, aku mau ke sana. Cuma ... tiba-tiba ada urusan mendadak,” jawab Andra.

“Mudah-mudahan Danu baik-baik aja! Dia tulang punggung keluarga. Windy sama Rindu juga masih sekolah,” harap Pak Ali.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya datang menghampiri Andra, Pak Ali dan Juli. Pria tersebut menepuk pundak Andra dari belakang. Tentu saja hal itu membuat Andra langsung membalikkan tubuh. Terlihat penampakan Pak Boni dengan senyuman ramahnya.

“Den Andra kemana aja? Pak Boni tungguin di depan apartemen dari tadi. Kenapa Den Andra nggak angkat telepon Pak Boni?” tanya Pak Boni dengan logat Jawa khasnya.

“Maaf, Pak! Tadi aku ada urusan. Oh iya, ada apa Pak Boni ke sini?” balas Andra penasaran.

“Pak Boni ke sini mau ngasih ini ke Den Andra. Surat-surat kelengkapan kendaraan sama SIM-nya udah ada di dalem mobil.” Pak Boni memberikan sebuah kunci mobil pada Andra.

“Tapi, aku nggak pernah minta Pak Boni buat beli mobil,” ungkap Andra heran.

“Tuan Arga yang nyuruh, Den,” jawab Pak Boni.

Andra menerima kunci mobil pemberian Pak Boni dengan terpaksa. Ia tidak ingin menyulitkan pekerjaan Pak Boni, karena Andra tahu benar bagaimana sifat ayahnya. Urusan semacam ini memang harus Andra sendiri yang bicara langsung dengan sang ayah.

“Ya udah, kalo gitu aku terima,” lanjut Andra.

“Kalo gitu, Pak Boni pergi dulu, ya, Den!” pamit Pak Boni.

“Mari, Pak!” Pak Boni juga berpamitan dengan Pak Ali yang berdiri di belakang Andra.

***

Andra memasuki kelas bersama murid lain. Biasanya, Windy sudah datang dan sibuk dengan bukunya. Tapi, pagi ini tempat duduk gadis itu masih kosong. Andra jadi khawatir dan cemas. Tapi, Andra tak tahu harus bertanya pada siapa. Sejak semalam, ia berniat mengirim pesan pada Windy untuk menanyakan kabar Pak Danu. Namun, Andra merasa ragu dan khawatir akan mengganggu Windy.

All About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang