59. Foto untuk Kenangan

14 2 0
                                    

Andra memasuki kelas dengan lunglai. Pemuda itu memiliki banyak beban pikiran akhir-akhir ini. Upayanya untuk mendapat maaf dari Johan tak berhasil. Entah harus dengan cara apa, ia meminta maaf pada Johan dan Pak Yudha. Terhitung sudah tiga hari, Johan tak berbicara dengannya.

“Andra, foto bareng, yuk!” ucap Galih seraya merangkul pundak Andra. Lalu, disusul Nino dan Minan yang berdiri di samping Andra dan Galih. Ketiga pemuda itu tersenyum di depan salah satu temannya yang membawa kamera.

“Andra, senyum dong!” perintah Panji yang berperan sebagai fotografer.

Perlahan, bibir Andra menampakkan sebuah senyuman. Andra pikir, setidaknya ia harus melakukan seperti yang teman-temannya lakukan. Apalagi melihat mereka tampak begitu bersemangat. Andra tentu harus ikut bersemangat.

“Gue hitung nih, ya! Satu, dua, tiga!” kata Panji. Lalu, ia mengambil gambar objek di depannya.

“Wah, ada acara apa, nih? Kenapa kalian foto bareng?” tanya Helen yang baru memasuki kelas.

“Gue habis dibeliin kamera baru sama bokap gue. Mumpung sekarang masih rada senggang, gue mau ngambil banyak foto anak-anak kelas kita buat kenang-kenangan kalo kita udah lulus,” jelas Galih.

“Woah, keren tuh. Kalo gitu, fotoin gue sama Windy, dong!” Helen langsung menghampiri Windy. Gadis bersurai panjang itu lantas duduk di samping Windy yang sibuk mengulas soal.

“Kayaknya, hari ini gue beneran jadi kang foto keliling nih,” tambah Panji.

“Anggep aja hari ini praktek kerja lo sebagai fotografer,” balas Minan.

Cheese!” kata Helen dan Windy bersamaan.

Panji lantas mengambil foto dua sahabat tersebut. Setelah selesai, Helen lekas menghampiri Panji untuk melihat hasil fotonya. Gadis itu sangat antusias dengan acara membuat foto kenangan hari ini.

“Keren juga hasil foto lo,” puji Helen pada Panji.

“Ya jelas keren, dong! 'Kan gue calon fotografer profesional di masa depan,” sambut Panji percaya diri.

“Kalo nanti lo beneran jadi fotografer, anak-anak kelas sini kalo mau foto di tempat lo, harus lo gratisin!” sahut Vera.

“Nah, gue kalo soal begini satu sekte sama Vera, nih,” timpal Galih.

“Cie, satu sekte,” goda Ovy dari pojokan.

“Cie, satu sekte,” tiru Vera dengan ekspresi julid.

Seketika kelas 12 IPA 2 ribut. Seperti biasa, mereka saling menggoda dan bercanda satu sama lain. Ya, suasana kelas semacam inilah yang mungkin akan dirindukan oleh mereka kelak. Memang benar kata orang, bahwa masa remaja memang indah, namun hanya datang sebentar.

Suasana hati Andra yang awalnya kurang baik, mendadak jadi membaik setelah melihat teman-teman sekelasnya penuh semangat dan sukacita. Walau Andra tak berjuang bersama mereka sejak kelas 10. Tapi, Andra merasa beruntung bisa mengenal mereka semua di tahun terakhirnya di SMA.

Kini, Andra memandang Windy yang sedang tertawa bersama Helen dan yang lain. Bagi Andra, Windy adalah seseorang yang telah memberikan warna tersendiri pada masa remajanya. Andra harap, Windy tak hanya mewarnai masa remajanya, namun juga masa depannya.

***

Jam istirahat merupakan jam yang paling ditunggu oleh mereka yang duduk di kelas 10 dan 11. Sementara bagi kelas 12, jam istirahat harus dimanfaatkan untuk belajar dan mengulas soal. Semakin hari, para murid kelas 12 semakin dekat dengan UN dan SNMPTN. Mereka harus belajar keras agar lulus dengan hasil yang memuaskan dan masuk ke perguruan tinggi impian mereka.

All About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang