45. Persaingan Konyol Andra dan Ricky

8 2 0
                                    

Windy dan Andra berjalan bersama melewati koridor rumah sakit yang sedikit lengang. Sebenarnya, mereka keluar dengan tujuan berbeda. Andra hendak pulang, sedangkan Windy akan membeli perlengkapan mandi. Keduanya saling diam sekalipun melangkah berdampingan.

Andra melirik Windy dengan ribuan kata ‘maaf’ yang bergelantungan di kepala. Rasanya, membuka mulut saja berat. Karena Windy juga tak mau mengawali pembicaraan. Sebelumnya tak terasa begitu canggung karena ada Pak Ali. Namun, Pak Ali sudah pulang satu jam yang lalu karena harus bekerja. Kini, kepulangan Andra bertepatan dengan keluarnya Windy. Mau tak mau, mereka harus keluar bersama.

“Eum ... Win, gue minta maaf!” ucap Andra tiba-tiba.

Windy menghentikan langkah. Begitupun dengan Andra. Gadis itu menoleh menampakkan ekspresi penasaran.

“Gue minta maaf atas sikap gue tempo hari. Waktu itu gue kalut banget. Rasanya nggak bisa mikir yang bener,” jelas Andra, tampak menyesal.

“Udah gue maafin, kok,” balas Windy seraya tersenyum.

Rasanya begitu lega. Segala beban yang memenuhi isi kepala Andra seperti terangkat. Terlebih, ada bonus senyuman manis dari Windy.

Windy kembali berjalan. Kali ini, lebih pelan dari sebelumnya. Andra yang awalnya masih diam, kini ikut melangkahkan kaki.

“Oh iya, soal HP-nya Lily, apa udah lo bawa ke tempat servis?” tanya Andra.

“Belum. Dari kemarin gue sibuk bolak-balik rumah sama rumah sakit. Jadi, belum sempet bawa HP-nya Lily ke tempat servis,” jawab Windy.

“Kalo gitu, gimana kalo gue yang bawa ke tempat servis?” tawar Andra.

Windy kembali berhenti. Ia memandang Andra lekat. “Seriusan?” tanyanya.

Andra mengangguk, memberi jawaban. Windy terlihat senang dengan tawaran Andra. Hal itu benar-benar membantu Windy di saat keadaan tak mendukung. Refleks, gadis itu memegang tangan Andra dan menggenggamnya erat. Tentu saja hal itu membuat Andra hanya bisa terdiam. Diliriknya tangan putih Windy yang menggenggam erat tangannya.

“Makasih banget, ya, Andra!” kata Windy.

“Terima kasihnya entar aja kalo HP-nya udah selesai diservisin! Sekarang gue belum ngapa-ngapain tapi lo udah bilang makasih,” tutur Andra.p

“Ucapan terima kasihnya dicicil dulu,” bantah Windy dengan terkikih.

Tak jauh dari tempat Windy dan Andra berada, ada Ricky yang berdiri dengan sesuatu di tangan. Pemuda itu menyaksikan apa yang Windy dan Andra lakukan. Walau tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Ricky tetap merasa cemburu. Ricky kini berpikir, jika ia terus menahan perasaannya, mungkin Andra akan mendahuluinya.

”Windy!” panggil Ricky.

Windy dan Andra menoleh ke arah Ricky. Dengan cepat, Ricky berlari ke tempat Windy. Seperti biasa, kedatangan Ricky selalu mengganggu kebersamaan Andra dengan Windy. Sungguh Andra kesal, namun tak berani protes.

“Kamu mau kemana, Win?” tanya Ricky.

“Aku mau keluar bentar beli peralatan mandi,” jawab Windy.

Mata Ricky melirik tangan Windy yang masih menggenggam tangan Andra. Rasanya, Ricky ingin memisahkan tautan kedua tangan tersebut.

“Win, HP-nya mana? Gue bawa sekalian.” Andra berujar, bermaksud melanjutkan perbincangannya dengan Windy yang sempat tersendat karena kedatangan Ricky.

“HP-nya di rumah. Kalo gitu, gue am—”

“Gue anterin!” pangkas Andra dan Ricky bersamaan.

Windy membelalakkan mata, memandang dua laki-laki yang ada di hadapannya. Dua orang itu tampak kompak dalam berseru layaknya sudah janjian.

All About You [END]Where stories live. Discover now