Prolog

1.6K 83 7
                                    

Srang... srang... srang... srang...

Air dalam genangan terciprat kala sepasang kaki menginjaknya. Si pemilik kaki, seorang gadis berambut pendek dengan dress putih tanpa lengan berlari di atas permukaan lapangan tanpa alas yang melindungi kakinya. Dia sesekali terseok, tak jarang nyaris tersandung kakinya sendiri seolah tubuhnya sangat kelelahan.

Srang... srang... srang... srang...

Untuk kali kesekian, dia menoleh ke belakang, menemukan seseorang dengan balutan jas hujan hitam yang masih mengikutinya. Tak seperti si gadis yang berlari sekuat tenaga, orang itu hanya berjalan normal seolah tidak sedang mengejar. Kakinya yang panjang, membuat langkahnya lebih lebar dari kebanyakan orang. Itu yang membuatnya dengan mudah mengikuti si gadis, menemaninya bermain dengan senyum yang tercetak di balik topeng putih yang dia pakai.

Kedua tangannya menggenggam gagang pedang yang bilahnya dia gesekan satu sama lain. Suara yang tercipta dari gesekan itu yang sedari tadi terdengar. Pedang, tampak tak normal memang untuk dimiliki, namun itulah kenyataannya. Dia memiliki dua pedang kembar dengan bilah sepanjang 60 cm dan gagang warna putih berukuran 20 cm. Bentuk bilahnya tipis, lebarnya hanya sekitar 6 cm dan berwarna perak. Itu merupakan sebuah pedang lurus dengan ketajaman luar biasa. 

Saat ini si gadis masih sibuk melarikan diri. Tujuannya hanya satu, gerbang masuk tempat ini yang berhadapan langsung dengan jalan besar. Ini adalah pertaruhan, kalau dia menemukan manusia di sana, dia akan selamat. Namun, jika tidak ada satupun, maka sebaliknya. Kematian tidak mampu dia elak lagi. Pertaruhan ini terdengar gila memang, mengingat waktu sekarang menunjukan pukul 01.00 dini hari. Namun, tak apa, dia percaya pada keberuntungannya hari ini.

Tetesan darah tercetak di jalan yang dilalui si gadis, sumbernya tak lain dari lengannya yang memiliki luka sayatan menganga. Perih sebenarnya, namun apalah daya, rasa takutnya lebih besar hingga perih itu dia abaikan.

Meninggalkan lapangan, dia berbelok, terus memacu kaki ke tempat tujuan hingga akhirnya gerbang sudah terlihat oleh mata. Meski begitu, dia belum bisa bernapas lega. Sampai menemukan seseorang yang mampu menyelamatkannya, dia tidak boleh lengah.

Gemuruh di langit terdengar, disusul oleh sambaran petir menggelegar yang sempat memberikan cahaya. Tampaknya amukan langit belum selesai meski hujan sudah reda beberapa saat lalu.

Si gadis mengulurkan tangan, menjangkau gerbang hitam tinggi menjulang dan menggenggamnya erat-erat. Dia menggoyang-goyangkan gerbang itu kasar seraya meneriakan kata 'Tolong' dengan penuh harapan.

Menoleh ke belakang, seseorang dengan pedang masih ada, diam memperhatikannya dengan jarak yang lumayan lebar. Tampaknya dia tak ingin tersentuh cahaya dari lampu yang berada di pos satpam samping gerbang.

Beberapa saat berlalu, si gadis masih belum putus asa dan tetap berusaha. Dia bertekad untuk keluar dari sini dan kembali menikmati hidupnya.

Senyum lebar tercetak di bibir seseorang dengan pedang itu, perlahan-lahan dia berjalan, mendekati si gadis dengan dua pedang yang masih dia gesekan.

Tentu saja pergerakan itu ditangkap oleh si gadis, membuat rasa takutnya memuncak hingga dia semakin brutal menggoyangkan gerbang.

"Nggak usah terlalu semangat," gumam seseorang dengan pedang. Beberapa langkah lagi dia sampai di tempat si gadis, namun, bunyi klakson yang terdengar membuatnya spontan menyembunyikan diri di balik pohon hias samping pos satpam.

Sebuah mobil putih berhenti di depan gerbang, dua orang pria paruh baya keluar dari sana, dari pakaian yang mereka kenakan, tampaknya orang-orang itu adalah aparat kepolisian.

Bisa dilihat, mereka mendekat pada gerbang, berbicara dengan si gadis, kemudian melakukan sesuatu dengan kunci gerbang.

Seseorang dengan pedang mendengus kecil, memilih diam dan menyembunyikan diri daripada ketahuan dan semuanya berakhir buruk. Biarlah, biarkan gadis itu merasa lega sesaat, bergembira sekejap, sebelum dia tahu kalau harapan tidak pantas tumbuh dalam dirinya.

•••

06.09.2022

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now