#58. Awal Mula

138 17 1
                                    

°Flashback On

((Tiga tahun lalu))

Ini tengah malam, tepat pukul 00.15. Semua pegawai SMA Purnama Biru tentu saja sudah pulang sejak sore tadi, menyisakan Pak Hobi seorang diri di atap gedung sekolah. Memperhatikan suasana kota yang sangat terang dengan lampu-lampu bertebaran. Gemerlapnya sama sekali tak menyentuh dinginnya hati Pak Hobi, perasaan hampa menyelimuti dadanya karena tahu dirinya bagai pengecut yang tak bisa apa-apa.

"Theo Lesmana, apa saya hanya bisa menunggu Tuhan menjatuhkan karma?" ucap Pak Hobi yang hanya dibalas dengan hembusan angin yang menyapa tubuh berlapis kemejanya.

Nyaris satu tahun dia mencari, satu tahun dia membuang waktunya untuk menemukan celah Theo Lesmana dan mengirimnya ke penjara. Mengumpulkan bukti apapun yang bisa dia dapat meski pada akhirnya semua itu tidak ada yang berguna. Melihat Theo Lesmana muncul dalam artikel nyaris setiap hari, perlahan mengikis kepercayaan dirinya. Dia seolah dipaksa sadar kalau orang biasa yang tak punya apa-apa seperti dia tidak diperbolehkan menyentuh Theo Lesmana yang notabennya konglomerat dengan segala harta dan koneksinya.

Dia melihat ke bawah, melihat lapangan meski penerangan tidak terlalu bagus di sana. Haruskah dia melompat? Haruskah dia pergi menemui putri dan istrinya di alam sana? Kembali berkumpul bersama mereka dan saling berbagi tawa. Namun, apakah dia berhak untuk itu? Apakah dia diperbolehkan untuk bertemu putrinya? Ah, apakah putrinya mau menemuinya sedangkan dia tidak bisa membalaskan dendam? Rasanya semakin sesak, meski dia berada di luar, namun udara seakan menjauhinya. Ini... sangat menyakitkan.

"Sayang... maafkan Papa," ucap Pak Hobi dengan air mata yang keluar.

Di tengah ratapannya, sekelebat bayangan tak sengaja terlihat oleh mata. Sempat terkejut dengan bulu kuduk yang berdiri karena sebutan sekolah horror yang disandang SMA ini. Namun, perasan itu hanya datang sesaat saja, terlebih kala dia melihat cahaya senter melompat-lompat di area belakang sekolah. Rasanya ada seseorang yang datang ke area itu.

Pak Hobi tahu area belakang sekolah adalah area yang dihindari karena gossip kepala buntung yang menjadi kisah legenda Purnama Biru. Itulah sebabnya tidak pernah ada orang yang datang ke sana kalau bukan untuk menyimpan prasarana sekolah yang sudah buruk. Bahkan, satpam yang seharusnya berpatroli di jam tertentu selalu melewatkan area belakang karena katanya ada aura mencekam dan menakutkan. Dia mendengar ceritanya sendiri dari satpam yang bertugas saat mereka ngopi bersama lebih dari satu tahun yang lalu.

"Siapa itu?" gumam Pak Hobi. "Apa mungkin maling?"

Tidak ingin terjadi hal buruk pada sekolah tempatnya bekerja, Pak Hobi buru-buru pergi dari tempat ini. Menuruni satu persatu anak tangga hingga dia berjalan cepat melewati pinggir lapangan. Tujuannya tentu saja area belakang sekolah.

Dia bersembunyi saat sudah dekat, ingin melihat siapa yang menyalakan senter tadi. Matanya menyipit, melihat seseora── ah, tidak, itu adalah dua orang.

Area belakang sekolah tidak dipasangi lampu, itu membuat Pak Hobi kesulitan dalam melihat karena hanya mengandalkan cahaya bulan dan sorot redup dari lampu di area lain. Senter pun tidak bisa menutupi kegelapan karena cahayanya hanya tersorot pada satu arah.

"Ayolah, tidak usah berontak."

Suara itu membuat jantung kepala sekolah berdetak cepat. Dia memang tak mengenal suara siapa itu, namun entahlah, rasanya menegangkan.

Bunyi langkah kaki terdengar, seseorang tampak bergabung dengan dua orang sebelumnya. Dia tidak bisa melihat wajahnya, namun, dari postur tubuh, orang yang baru saja datang adalah seorang pria yang cukup atletik. Dia memakai setelan formal, seperti seorang pekerja kantor yang melayani bos besar.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now