#81. Pintu Rahasia

147 21 3
                                    

Adhisty menggebrak kaca paling ujung ruangan kepala sekolah, bersembunyi di balik kegelapan hingga tak lama kemudian seseorang keluar dari dalam ruang kepala sekolah. Seragam khas kepolisian yang dia kenakan terlapisi oleh jas hujan tipis transparan. Sebuah senter kecil dia genggam di tangan, mengarahkan senter itu ke sana-sini guna mengecek suara yang barusan dia dengar.

Tanpa dia ketahui, seseorang menyelinap di belakang tubuhnya, seorang gadis dengan tong sampah persegi kosong yang dia pegang. Mengandalkan cahaya samar dari senter sang polisi, Amory dengan sekali coba berhasil menutupi kepala sang polisi dengan tong sampah yang dia siapkan. Tak sampai di sana, gadis mungil itu menendang belakang lutut sang polisi hingga polisi itu kehilangan keseimbangan. Tak menyia-nyiakan peluang singkat yang Amory buat, Adhisty berhenti bersembunyi, menerjang pinggang sang polisi dengan ujung stun gun-nya, lalu menekan pemicu yang ada hingga tubuh polisi itu terlihat mengejang meski kecil. Setelah beberapa saat bertahan seperti itu, Adhisty juga Amory akhirnya bernapas lega kala polisi ambruk ke lantai dengan tong sampah yang masih menutupi kepalanya.

Mengambil senter yang dijatuhkan polisi, Adhisty menyorot bagian dalam ruang kepala sekolah dari kaca. Membuka kaca jendela, gadis itu berteriak, "Cakra!" Saat mendapati Cakra menoleh, tanpa aba-aba dia melemparkan stun gun-nya, mendarat tak mulus di tangan Cakra dan setelahnya dia bisa melihat satu polisi tumbang akibat listrik dari stun gun.

•••

"Kalian ini kenapa?" Seraya menghindari serangan Ian dengan mudah, seorang petugas polisi tanpa seragam bertanya karena memang tidak mengerti dengan tiga remaja lelaki yang secara tiba-tiba muncul dan menyerangnya.

"Maaf, Pak." Telinganya mampu mendengar suara itu, setelahnya dia merasakan kepalanya dihantam oleh sesuatu dari belakang. Belum sempat melihat orang yang memukulnya, tendangan Ian mendarat pada sisi kepalanya.

Ian sendiri meringis, merasa tak enak karena menyerang aparat negara. Terlepas dari ketidaksukaannya pada polisi, mereka tetaplah orang tua yang tidak pantas dia tendang. Namun, yah, keadaannya mendesak. Dirinya bisa saja membunuh para tawanan kalau sibuk memikirkan rasa tak enak hati.

Satu polisi telah pingsan karena Cakra menyetrumnya sesaat setelah Nevan memukul polisi itu dengan balok kayu yang dia bawa dari luar. Menyisakan polisi berbadan cukup berisi namun gerakannya sangat lincah. Yah, bagaimanapun dia polisi, pasti dia terlatih untuk hal semacam ini.

"Astaga, kalian ini pencuri? Tidak lihat di depan banyak polisi?" tanya polisi itu seraya mengusap-usap telinganya. Sungguh, tendangan Ian cukup membuatnya kesakitan. Ingin menyerang balik pun dia tak bisa karena orang-orang yang menyerangnya terlihat seperti anak sekolah. Maka dari itu sejak tadi dia hanya menghindar saja.

"Menghindar terus, Pak, saya pasti kalah kalau Bapak nyerang," ucap Ian ditengah ancang-ancangnya.

Grepp

Ruangan ini gelap, pencahayaan hanya bersumber dari dua senter yang tergeletak di lantai, hal itu membuat si polisi tidak sadar akan keberadaan Nevan yang menyelinap ke belakang tubuhnya, melingkarkan lengan pada lehernya, dan menekan itu sedikit demi sedikit. Buruknya, kekutan Nevan tidak bisa diremehkan, meski dia berusaha melepaskan diri, namun itu tak kunjung berhasil.

Nevan sendiri kini melirik Cakra, tahu temannya itu mengerti, Nevan melepaskan kunciannya, menendang bagian belakang lutut sang polisi dengan sekuat tenaga, lalu Cakra menempelkan ujung stun gun pada leher sang polisi, menekan tombol dengan jempolnya, dan, ya, setelah beberapa detik kejang kecil, polisi itu akhirnya pingsan.

Selesai dengan pertarungan, Nevan mengambil satu senter milik polisi, berjalan ke arah tembok bagian kanan dan mendekat pada lukisan ukuran sedang yang ada di sana. Dia mengangkat tangannya, menarik lukisan dari tembok, hingga saat senter di arahkan ke sana, sebuah ruang kosong yang ukurannya lebih kecil dari lukisan mampu terlihat.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now