#27. Topeng Putih di Atas Genangan Merah

211 27 1
                                    

Amory dan Adhisty memilih menempelkan punggung pada tembok. Tiga tawanan laki-laki yang bebas dari sel masih diam di posisi mereka dengan tangan yang menutupi telinga. Cakra mencari celah untuk kembali menembakan taser gun lain di posisi yang tak jauh dari tiga tawanan. Ian juga Nevan sibuk bertarung meski Nevan beberapa kali tumbang.

Merunduk guna menghindari pisau yang melayang padanya, Ian menahan lengan Neo dan berusaha menyikut telinga lelaki itu yang tertutupi jas hujan. Sayang, itu gagal saat Neo menendang lututnya dan berhasil melepaskan diri dari Ian.

Neo melayangkan pisau ke arah perut Ian, namun Ian berhasil menghindarinya dengan cara menyamping. Pria berambut ikal itu kemudian melompat dan melakukan tendangan memutar hingga punggung kakinya menghantam sisi kepala Neo.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Nevan menyerang. Dia menendang lutut Neo, menangkap lengan kanan lelaki itu, lalu memelintirnya. Dia berusaha membuat Neo melepaskan pisau meski pada akhirnya tidak berhasil. Nevan gagal dalam adu kekuatan dan Neo lagi-lagi berhasil melepaskan diri.

Pertarungan terus berlanjut. Tiga tawanan laki-laki kini sudah lebih baik dan ikut menepi bersama Amory juga Adhisty. Mereka memperhatikan aksi Ian dan Nevan yang sesekali berhasil memukul mundur Neo. Yah, meski kebanyakan dua orang itu sibuk bertahan. Neo tampaknya memang seorang profesional di bidang ini.

Di balik topengnya, Neo melirik ke arah tiga tawanan. Sedikit memutar otak karena bagaimanapun dia terlalu lama bermain dengan ACIN. Number 1 dan Number 2 akan memarahinya kalau terus seperti ini. Dia bisa saja memakai cara singkat untuk mengakhiri semua ini, namun, sayang, dirinya tidak boleh sampai melakukan itu.

Nevan telah tumbang dan tak mampu berdiri lagi. Pria itu kehabisan stamina karena pengaturannya yang masih buruk. Kini hanya tersisa Ian dan itu memberi kemudahan pada Neo.

Pria bertopeng itu menggiring Ian untuk mendekat ke arah tawanan, membuat mereka kian ketakutan karena berdekatan dengan Neo jelas buruk bagi mereka. Amory menggandeng dua tawanan di kanan dan kirinya, sedangkan Adhisty membawa satu sisanya untuk menjauhi Neo. Cakra sendiri masih fokus dengan taser gun meski kesusahan membidik karena Neo yang bergerak.

Tangan Neo yang memegang pisau terarah pada Ian, sedangkan tangan satunya terulur ke samping, mencengkeram rambut tawanan yang Adhisty gandeng sebelum menyentaknya dan menariknya hingga berada di depan Neo. Sukses mendapatkan pukulan dari Ian karena lelaki itu kesulitan mengontrol serangan. Bagaimanapun, Neo terlalu tiba-tiba memposisikan tawanan sebagai tamengnya.

"Sorry," ucap Ian diakhiri ringisan karena akibat pukulannya, darah segar keluar dari hidung si tawanan.

Neo tahu Ian tengah lengah, maka dari itu dirinya menendang perut Ian hingga dia mundur beberapa langkah. Tak menyia-nyiakan kesempatan, dia mengangkat pisau lebih tinggi dari kepalanya, secepat kilat menusuk leher tawanan yang kepalanya dia pegang. Menggeser pisau itu ke samping sebelum akhirnya mencabutnya.

Semua orang kecuali Neo diam. Mata mereka sama-sama fokus pada satu titik, seorang lelaki yang kini menggeliat di lantai dengan darah segar yang mengucur deras dari lehernya. Tidak ada suara, mulut lelaki itu hanya terbuka seolah ingin berteriak namun tak bisa.

Brakkk

"AAAAAAAAAAAAAAAAA"

Tepat setelah Cakra tanpa sadar menjatuhkan taser gunnya, teriakan histeris terdengar dari sel perempuan. Disusul teriakan-teriakan lain yang sama histerisnya hingga suasana terasa sangat gila.

Cakra menelan ludahnya sendiri. Dia sadar situasi sungguh memburuk sekarang.

Neo hanya tersenyum kecil di balik topengnya, hendak kembali menjangkau tawanan kedua yang masih digandeng Amory. Namun, Nevan yang menghadang seketika membuatnya berhenti. Neo memasang kuda-kuda, mengarahkan pisaunya yang berlumur darah dalam posisi siap. Mengayunkan benda itu pada Nevan hingga goresan kecil Nevan terima di pipinya.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now