#16. Diskusi

295 36 1
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•••

Tepat pukul 5 sore. Cakra, Ian, dan Nevan berkunjung ke apartemen Amory. Tentu saja tujuan mereka adalah Adhisty karena si pemilik apartemen kini tak ada di sana. Mungkin sedang ketakutan seraya memanggil-manggil nama mereka dengan putus asa.

Takut masuk dalam keadaan yang tidak diinginkan, Ian menekan bel meski tak satupun dari mereka yang tak tahu pin pintu tempat ini. Beberapa saat menunggu, akhirnya suara pintu yang dibuka terdengar. Adhisty dengan pakaian kasual muncul dari balik pintu. Yang dia pakai adalah pakaian baru yang diantar kurir siang tadi. Entahlah siapa yang membelikannya, yang Adhisty tahu itu pasti salah satu dari tiga pria yang kini masuk ke dalam apartemen yang dia tempati.

Dia dan Amory memiliki ukuran yang berbeda, pakaian gadis itu tidak muat untuk dia pakai kecuali beberapa hoody dan kaus di dalam lemari. Tampaknya ada yang menyadari hal itu dan berinisiatif membelikannya beberapa pakaian meski di antaranya ada yang kebesaran. Tapi tak apa, sesungguhnya Adhisty senang dengan itu. Dia merasa tak enak kalau meminjam pakaian Amory tanpa seizin pemiliknya. Ah, sebenarnya dia sudah memakai tempat gadis itu tanpa seizinnya juga, namun... errrr── ah, persetan, ini dan itu adalah hal berbeda. Ya, setidaknya itulah yang berusaha Adhisty tanamkan.

"Kami ke sini mau diskusi soal rencana besok." Ian yang mendaratkan bokongnya pada kursi belajar membuka perbincangan.

"Kira-kira kapan kita masuk ke ruang bawah tanah itu?" tanya Nevan yang duduk di sofa putih dengan Cakra di sisinya. Adhisty sendiri mengambil posisi di atas ranjang, duduk di sana dengan kaki yang menapak pada lantai.

"Besok hari Senin. Artinya upacara bendera dan si brengsek babi gemuk bakal hadir di sana. Kita bisa diam-diam masuk ke ruang bawah tanah saat itu. Di antara kalian ada yang bisa bela diri?" jawab dan tanya Adhisty. Saat sekolah di Purnama Biru, Adhisty mengetahui cukup banyak informasi tentang ACIN. Bukan karena dia mencari tahunya, namun para murid terlalu sering membicarakan mereka hingga tanpa sadar Adhisty mengantongi informasi-informasi itu. Namun, entah lupa atau memang tak pernah tahu, untuk kebolehan mereka dalam adu fisik, Adhisty tak mengetahui itu.

"Ian paling pandai. Gue sedikit bisa kalau sekedar saling pukul dan tendang. Cakra terlalu pengecut tapi untuk pertahanan dia yang paling hebat," balas Nevan menjelaskan.

Ian mengikuti kelas bela diri sejak sekolah dasar. Selain pintar di bidang akademik, pria berambut ikal itu juga sangat sering meraih medali emas di beberapa pertandingan bela diri. Dia juga beberapa kali terjun dalam pertarungan ekstrim dengan preman saat mengunjungi ibunya di pasar. Saat itulah Nevan ikut andil dan bertarung bersama Ian meski saat kali pertama melakukannya, patah lengan tak bisa Nevan hindari. Saat itu Cakra memilih membantu orang yang dianiaya para preman bersama Amory.

Kekerasan fisik cukup sering Cakra alami sejak dia kelas 4 Sekolah Dasar. Tepatnya setelah dia tinggal dengan El Family. Ciel dan beberapa saudara sepupu yang umurnya tak jauh beda dengan Ciel, Xaviera, dan dirinya sering menjahilinya dengan berlebihan. Memukul, menendang, bahkan mendorongnya ke kolam renang. Saat menghadapi hal itu, Cakra tidak pernah sekalipun membalas. Dia hanya terus bertahan dan melindungi tubuhnya sendiri. Itulah yang membuat pertahanan Cakra sangat baik sekarang. Dia memang naif, terlalu penakut, dan sangat lembut.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now