#53. Kasus Dari 2019

146 19 1
                                    

Cakra membaca semua artikel yang menempel di dinding dengan tak sabaran, memahami yang ada di sana secepat yang dia bisa. Adhisty sendiri juga ikut membantu, membaca artikel-artikel itu meski dia tampak lebih tenang dari Cakra.

Sejauh ini yang Cakra dapat ini adalah kasus pemerkosaan juga pembunuhan biasa yang terjadi di tahun 2019. Pelakunya adalah seorang sopir angkutan umum yang sekarang masih menjalani masa hukumannya di penjara.

Yang janggal adalah, pelaku menyerahkan diri sesaat setelah mayat korban ditemukan. Barang bukti ditemukan dengan mudah dan segala proses berjalan dengan amat lancar seolah semuanya sudah dipersiapkan. Yang membuat Cakra seperti ini adalah kata-kata yang ditulis dengan spidol merah di beberapa artikel, kata-kata semacam 'Bohong' 'Bajingan' 'Penipuan' 'Semuanya palsu' dan hal-hal semacam itu. Yang lebih parah ada potret Theo Lesmana yang tak lain ayahnya di sana, bagian keningnya berlubang seolah pernah ditusuk oleh pisau. Ada juga foto El Family yang berjejer di sana, termasuk Cakra bahkan hingga D Twins.

Melihat ini dan segala macam petunjuk yang ada, hanya satu kesimpulan yang mampu Cakra tangkap. Kasus dari artikel-artikel ini ada hubungannya dengan keluarganya. Dengan El Family. Hanya saja dia tidak tahu apa itu.

"Cakra, ini..."

Begitu mendengar suara Adhisty, Cakra segera melihat ke arahnya, membaca artikel yang Adhisty tunjuk dengan jarinya.

Kebenaran Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan YG, Betulkah Theo Lesmana Terlibat? 

Itulah judul artikel yang tercetak dengan jelas. Membaca isinya, perasaan Cakra semakin tidak enak dan buruk saja. Rasanya kepalanya mulai pusing dan itu membuatnya sedikit limbung.

"Tanggal rilisnya akhir tahun 2020. Gue cari di internet dan artikelnya udah di hapus. Nggak ada jejak apa-apa soal Theo Lesmana yang katanya pelaku asli kasus ini."

Mendengar Adhisty yang secara jelas mengatakan Papanya pelaku, rasa pusing Cakra semakin menjadi. Dia bahkan harus menumpukan tangannya pada tembok karena hal ini terlalu berat untuknya. Oke, keluarganya memang bukan warga yang taat aturan, Ciel bahkan pembuat onar dan seharusnya mendapat banyak teguran polisi. Namun untuk membunuh? Ah, tidak pernah sekalipun Cakra memikirkan itu.

Adhisty sendiri tidak tahu harus apa, dia tahu Cakra pasti terkejut dan menurutnya itu hal wajar. Namun dia kebingungan harus melakukan apa, menenangkannya, kah? Cakra selalu seperti itu saat dia yang berada dalam kesusahan, namun, errr, menenangkan bukan keahliannya. Itu juga agaknya sangat menggelikan.

Adhisty terkesiap, dia baru ingat melupakan sesuatu yang penting karena terlalu fokus pada Theo Lesmana. Dia menoleh ke samping, meringis karena foto beberapa remaja yang berjejer di sana. Lengkap dengan bunga krisan putih yang masih cukup segar. Sepertinya baru diletakan pagi tadi.

Beberapa orang dalam foto, Adhisty mengenalnya, ah, lebih tepatnya hanya tahu karena pernah melihatnya. Ingatannya sangat bagus dan Adhisty yakin dia tidak salah. Mereka adalah orang-orang yang dia temui di sel ruang bawah tanah, para korban penculikan yang sudah mati karena mendapatkan peringkat terakhir dan peringgkat pertama saat ujian.

Dia kembali membawa pandangannya pada Cakra, lelaki itu tampak lebih baik sekarang. Hal itu membuat Adhisty menarik ujung bawah vest Purnama Biru yang dia kenakan, mengambil perhatian Cakra, dan menunjuk foto-foto para remaja dengan dagunya.

"Korban penculikan yang udah mati," ucap Adhisty memberi tahu. Dan, ya, tentu saja mata Cakra membulat karena itu. Ayolah, kenapa tempat ini begitu mengejutkannya?

•••

Di meja kerjanya, kepala sekolah tampak memperhatikan sebuah foto berukuran sedang lengkap dengan figurannya. Raut terluka tergambar jelas pada wajahnya, dia tampak sangat tersiksa dengan sorot menyedihkan yang sama sekali tak dia pedulikan.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now