#06. El Family

393 44 1
                                    

Cakra menatap pintu apartemen sesaat setelah sosok Adhisty menghilang dari sana. Beberapa kali Cakra meminta gadis itu untuk tinggal guna mengobati lukanya sekalian meminta cerita soal penculikan yang dia singgung, namun, Adhisty tampaknya sama sekali tak tertarik dengan kedua hal itu. Dia tetap bersikeras untuk pergi.

Pintu kamar mandi terbuka, Ian muncul dari sana dengan rambut ikalnya yang basah. "Whaaa, gue nguping tahu. Adhisty mulutnya meresahkan banget. Dia lebih nyebelin daripada Bu Pipit sumpah," ucapnya.

Cakra menggidikan bahu, menangkap handuk kuning yang Ian lemparkan sebelum kakinya bergerak ke arah kamar mandi.

Baru saja satu kakinya masuk ke area kamar mandi, dering ponsel yang terdengar membuatnya berhenti. Cakra kenal dering itu, dering khas dari ponselnya. Karena itu, dia kembali menarik kakinya, melangkah menuju ranjang tempat ponselnya tergeletak.

Mas Kenzura

Nama itu yang tercetak kala Cakra melihat layar ponselnya. Memperhatikannya sebentar sebelum dia menekan salah satu tombol yang ada di sana dan menempelkan benda pipih itu pada telinga.

"A, halo, Cakra."

Suara seorang lelaki dewasa terdengar, menyapanya dari seberang telepon. Cakra tentu saja mengenal suara itu, pemiliknya adalah Kenzura, lebih tepatnya Kenzura Zianka Lesmana. Putra kedua El Family yang dikenal sebagai CEO ramah dan tampan El Bio. Meski semua keturunan El Family disebut tampan, namun, semua orang akan setuju jika mengatakan Kenzura Zianka yang paling tampan. Pria itu benar-benar contoh sempurna dari ungkapan, pria baik yang tampan dan kaya raya.

"Iya, malam, Mas Zura," balas Cakra seadanya.

"Kamu pasti belum dapat kabar, kan? Saya diberitahu kalau Xaviera ngambil cuti dan ada di Indonesia. Ada sedikit pesta penyambutan di rumah. Kamu masih di luar, kan? Cepat pulang agar keluarga kita lengkap semua," ucap Kenzura. Suara klakson juga bunyi khas jalanan, membuat Cakra yakin kalau Kakaknya itu sedang dalam perjalanan pulang.

"Aku mending nggak us──"

"Jangan menghindar, Cak. Kamu di mana sekarang? Kalau jaraknya dekat biar saya jemput kamu. Lagipula besok hari libur, kita bisa bersenang-senang malam ini," potong Kenzura saat tahu apa yang akan Cakra katakan.

Terdiam sesaat, Cakra sepertinya ragu untuk membalas. Meski begitu, dia tetap melakukannya. "Apartemen Amory," katanya dengan suara pelan.

Suara jentikan jari terdengar, sudah pasti Kenzura yang melakukan itu. "Saya ada di lingkungan itu. Emm, kurang dari 10 menit lagi sepertinya sampai. Saya tunggu di depan, Cakra," ucapnya terdengar bersemangat.

Setelah beberapa ungkapan penutup, panggilan berakhir. Cakra menurunkan ponselnya bersamaan dengan helaan napas yang terdengar. Dia menolehkan kepala, melihat Ian yang tengah mencari sesuatu di dalam kulkas. "Gue pulang duluan, Yan," ucapnya melangkah mendekat pada sofa. Meraih tas sekolah yang ada di sana.

Ian menutup kulkas dengan sebuah apel merah di tangannya. "Gue juga mau balik," balasnya.

"Amory? Nggak nungguin dia? Mekdinya gimana?" tanya Cakra.

Ian menggidikan bahu, dia mendekat pada lelaki itu, mengambil tasnya yang ada di sebelah tas Nevan. Menyampirkannya di salah satu bahu seraya berkata, "Bisa buat besok. Lagian kalau kita ketemu dia di bawah, bisa kita palak."

•••

Sedan hitam berhenti tepat di depan bangunan utama kediaman El Family yang tak lain sebuah rumah. Itu membuat dua orang penjaga dengan setelan formal mereka segera mendekati mobil. Keduanya sama-sama membuka pintu penumpang, satu bagian kiri, dan satu lainnya untuk kanan.

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now