#62. 1988, Neo

132 18 2
                                    

Cakra tidak ingin percaya kalau kakaknya orang sekejam itu, namun perkataan Nevan sangat masuk akal hingga Cakra tak punya alasan untuk menolaknya. "Gue ke dapur dulu," ucap Cakra bangkit berdiri. Tidak, dia tidak akan melakukan apa-apa, dirinya hanya ingin menjernihkan pikiran sejenak dan mengambil air dari dapurnya. Meninggalkan Nevan dan Adhisty yang hanya menatap punggungnya.

Nevan menghela napas berat, ya, dia tahu bagaimana temannya yang satu itu. Selain Kenzura, El Family tidak berlaku baik padanya, namun, orang itu tetap tidak bisa membenci mereka karena katanya bagaimanapun mereka keluarga. Cakra itu naif, itu adalah kenyataan yang terkadang membuat Nevan kesal. Sekarang, Cakra pasti terluka karena fakta kalau kakak tertuanya adalah penjahat keji yang melukai Amory, membawa penderitaan untuk Adhisty dan banyak remaja lainnya.

"Kalau gue nggak salah dengar, tadi lo bilang Adinata adalah salah satu orang dibalik penculikan. Yang lo maksud itu... ada orang lain selain dia?"

Pertanyaan Adhisty membuat Nevan keluar dari lamunannya. Mengangguk sekali, pria tampan itu membalas, "Hm. Ada ponsel jadul di laci Kepsek, cuma ada dua kontak di sana yang namanya Number 1 dan Number 2."

Number 1, Number 2? Oh, tentu saja itu adalah nama yang mencurigakan. Terlebih disimpan di ponsel jadul yang sudah jarang digunakan. "Jadi, sejauh ini ada empat orang? Neo, Kepsek, Number 2, dan Number 1. Number 1 kayaknya bos besar. Itu... apa mungkin kakaknya Cakra?"

"Soal itu gue nggak tahu. Ah, Waktu lo jadi salah satu tawanan yang dijadiin suap, lo nemu sesuatu?" jawab dan tanya Nevan.

Adhisty tak langsung menjawab, gadis satu itu tampaknya sedang mengingat-ingat terlebih dahulu. Hingga akhirnya, tak lama kemudian dia berkata, "Gue nggak nemu apapun selain sadar kalau kota ini benar-benar sampah. Orang-orang penting pemerintahan dan orang-orang dari beberapa perusahaan kumpul di satu tempat. Kayaknya Adinata juga ada di sana waktu itu."

"Kalau dipikir-pikir, El Group emang punya banyak keuntungan kalau Adinata kasih suap seksual. Apalagi dia punya video saat orang-orang penting itu ngelakuin hal bejat. Senjata besar buat Kak Adi," ucap Nevan.

"Kalau kita buat kesimpulan hubungan Kak Adi sama penculikan hanya untuk bisnis, masuk nggak? Rasanya agak aneh kalau Kak Adi gunain tawanan buat suap tapi dia juga bunuh mereka. Apalagi pembunuhan dengan ciri psikopat. Maksud gue ada Number 1 dan Number 2." Suara Cakra membuat Adhisty dan Nevan menoleh pada pintu, menemukan Cakra yang tengah mendekat ke arah mereka dengan sepiring buah siap santap. Oh, entah kapan lelaki itu masuk, tampaknya saking fokusnya mereka, keduanya tak sadar dengan suara pintu yang dibuka.

"Kak Adi emang bisa lakuin apa aja buat perusahaan, tapi psikopat? Susah buat percaya karena dia urus D Twins dengan baik. Dia bahkan pelihara kucing saat masih lajang," lanjut Cakra mendudukan dirinya di dekat Nevan. "Dan, meski di depan keluarga dia biasa aja, tapi gue beberapa kali lihat Kak Adi bucin banget sama Kak Andrea. Kak Adi bahkan nekat nikahin Kak Andrea padahal nggak ada yang setuju. Yang kayak gitu nggak mungkin psikopat, kan?"

Nevan menyukai kasus kriminal, dia suka membaca kasus-kasus unik dari manca negara. Itu membuatnya beberapa kali menemukan kasus yang pelakunya dicap sebagai seorang psikopat. Dari sana dia tahu kalau psikopat adalah seseorang yang sangat menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung tidak peduli dengan orang lain dan bahkan tidak bisa merasakan emosi. Itulah sebabnya seorang psikopat bisa melakukan tindak kriminal tanpa rasa bersalah sedikitpun. Namun, dari sana dia juga tahu kalau seorang psikopat sangat pandai berpura-pura. Mereka bisa meniru ekspresi dan membicarakan emosi yang tidak mereka rasakan. Mereka bisa bergaul sangat baik dengan lingkungan seraya menyembunyikan jati diri mereka yang sebenarnya, predator yang benar-benar sempurna.

"Kalau masih nggak percaya, lihat ini." Cakra kembali buka suara seraya menyodorkan ponselnya pada Nevan. Memperlihatkan postingan-postingan di akun Instagram Adinata. "Ujian tiap hari Minggu, kan? Meski nggak tiap Minggu, tapi hari Minggu adalah hari Kak Adi berhenti jadi CEO dan fokus sama keluarganya. Lihat foto-foto di sana, kebanyakan di posting pas hari Minggu, kan? Dia suka liburan sama D Twins dan Kak Andrea kalau Minggu dia senggang."

Cakra tidak bohong, hampir keseluruhan postingan di akun Instagram Adinata adalah foto-foto keluarganya di tempat liburan. Seperti kata Cakra, semua foto itu diposting saat hari Minggu, hari dimana ujian bagi tawanan dilakukan.

"Nevan."

Panggilan Adhisty membuat Nevan menoleh padanya, memasang raut seolah bertanya.

"Lo pernah nemu artikel tentang pembunuhan yang kedua lengannya dipotong atau hilang?" tanya Adhisty.

Mengingat-ngingat semua kasus yang dia baca, Nevan rasanya tidak pernah menemukan kasus seperti itu. Memberikan ponselnya pada Cakra, Nevan berdiri dan berkata, "Number 1 dan Number 2. Pebisnis dan psikopat. Gue rasa itu masuk." Duduk di kursi belajar, Nevan menyalakan laptop milik Cakra. "Gue akan cari kasus pembunuhan tanpa lengan. Siapa tahu betulan ada," paparnya mulai melakukan sesuatu dengan papan ketik kala laptop sudah menyala.

Lebih dari satu jam Nevan mencari, fokus dengan laptop hingga akhirnya pria itu menggebrak meja belajar dan membuat Adhisty juga Cakra sama-sama tersentak. Ayolah, Nevan mengejutkan mereka.

Merasa Nevan menemukan sesuatu, Adhisty dan Cakra sama-sama berdiri, mendekat ke arah Nevan, dan memposisikan diri di samping kanan dan kirinya. Melihat ke layar laptop yang menampilkan postingan salah satu akun di web Facebook.

"Kasus tahun 1988, kasus yang booming karena pelakunya anak kelas 5 SD. Dia bunuh ayah dan ibunya di rumah. Yang posting ngaku kalau anak SD itu tetangganya dia," ucap Nevan menjelaskan inti dari sederet paragraf panjang pada postingan salah satu pengguna Facebook. "Kedua lengan ayahnya dipotong pake kapak, dia juga pecahin kepala ayahnya dan keluarin otak dari sana. Dia ketahuan tetangga setelah tiga hari nggak ada pergerakan padahal biasanya anak itu rajin sekolah dan selalu diantar ayah ibunya. Dia ditangkap di tempat dan gilanya waktu ditangkap dia dalam posisi di meja belajar. Lagi belajar matematika dengan mayat kedua orang tuanya di belakang dia. Waktu polisi datang pun dia biasa aja, ditanya orang tuanya kenapa, anak itu jawab kalau dia penasaran."

Nevan berhenti, membasahi bibirnya sendiri karena rasanya tidak enak akibat mulutnya yang terus bicara. Sungguh, sedari tadi dia sangat banyak bicara.

"Penasaran?" Adhisty membeo, ingin tahu lanjutan ceritanya karena dia terlalu malas untuk membaca sendiri. Cakra pun sama, dia memilih mendengarkan Nevan daripada membaca setumpuk paragraf di layar.

"Meski masih 11 tahun, dia tetap pelaku kasus itu dan dibawa ke kantor polisi. Waktu diintrogasi, dia bilang kalau ayahnya selalu tanya 'apa isi kepala kamu?' 'Mau jadi apa kamu kalau isi kepala kamu cuma segitu?'"

"Detail kasus bocor ke wartawan. Kesimpulan dari pembunuhan itu adalah, si anak selalu dituntut buat belajar sama orang tuanya, kalau dia malas belajar atau nilainya rendah, dia dimarahin, diteriakin, dan dipukul pake tangan kosong. Nggak cuma sama ayahnya, tapi ibunya juga. Suatu malam, entah gimana awalnya tapi anak itu tiba-tiba tikam ayahnya pake pisau sebanyak lima kali. Dia langsung mati ditusukan ke lima. Setelah mati dia pecahin kepala ayahnya, katanya dia penasaran apa isi kepala ayahnya sampai dia selalu bawa-bawa isi kepala kalau ngomong sama si anak. Waktu tahu isi kepala ayahnya sama kayak yang dia baca di buku, dia marah dan potong lengan ayahnya. Kayak gimana, ya? Kek, dia ngira kalau isi kepala ayahnya bakal beda karena orang itu selalu bangga sama isi kepala. Tapi waktu tahu sama aja kayak di buku, dia jadi... semacam... merasa dikhianati. Gilanya dia lakuin semua itu di depan ibunya yang masih hidup."

"Mungkin kaget tingkat tinggi, jadi ibunya nggak bisa apa-apa. Anak itu ngaku kalau dia nggak mau bunuh ibunya, tapi beberapa jam setelah ayahnya meninggal, ibunya nyerang dia dan dia terpaksa tusuk ibunya juga. Tapi ibunya nggak mati karena tusukan, menurut hasil autopsi, dia mati serangan jantung akibat syok. Yang paling mengejutkan, nama anak itu... Neo."

Tentu saja Adhisty dan Cakra membulatkan mata begitu nama itu disebut.

•••

25.12.2022

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now