Epilog

358 28 3
                                    

Setelan olahraga berwarna merah membalut tubuh jangkung seorang pria yang kini tengah melakukan peregangan selepas jogging ringan di sekitaran rumahnya. Menikmati hembusan angin pagi yang menyegarkan ditambah hangatnya matahari yang muncul dengan berani.

Langkah kaki tertangkap oleh indra pendengarannya, membuatnya menoleh ke kanan di mana sumber suara berada. Ya, seseorang menghampirinya, seorang pria pemilik tubuh proporsional dengan jas hitam yang membalut kemeja putihnya. Sebuah alat komunikasi terpasang di salah satu telinga orang itu, penampilan yang sungguhan tak asing di lingkungan ini.

"Mas Cakra, ada surat dari Lembaga Pemasyarakatan," ucap pria itu begitu berhenti di dekat Cakra. Pria jangkung dengan setelan olahraga.

Mendengar dari mana surat dikirim, wajah Cakra menjadi sangat cerah, dia buru-buru menerima surat itu dan membiarkan orang dari keamanan itu undur diri.

Cakra memperhatikan amplop surat, tertulis nama dan alamatnya di sana. Berhubung dia sudah cukup dengan peregangannya, dia melangkahkan kaki dengan cepat, menuju ke bangunan utama dan kakinya dia arahkan ke arah kolam renang.

"Ian!" seru Cakra begitu sosok temannya sudah tertangkap oleh mata. Tengah berenang menemani D Twins dan asik bercanda.

Mendengar namanya dipanggil, Ian yang bertelanjang dada menegakan tubuhnya, balas berteriak menanyakan ada apa hingga Cakra menunjukan amplop padanya. Meski tidak tahu amplop apa itu, namun Ian memilih menyerahkan D Twins pada pengurus mereka dan naik dari kolam renang. Menghampiri Cakra yang ada di pinggir kolam dengan sesekali menggaruk lengan atasnya.

"Amory mana?" tanya Cakra.

"Tadi dipanggil Kak Andrea, katanya mau dikasih kiat-kiat lulus SBMPTN cara gampang," balas Ian.

Cakra menganggukan kepala, tahu kalau kakak iparnya itu memang sangat menyukai Amory. Bisa dibilang Andrea juga dikucilkan di keluarga ini, sebelumnya wanita itu jarang memiliki teman bicara selain Adinata, jadilah, saat Amory sering menginap selepas kejadian berbulan-bulan lalu, Andrea merasa sangat senang karena Amory selalu menemaninya, lebih tepatnya dia yang menemani Amory.

"Itu apa?" tanya Ian yang tengah menggosok rambut ikalnya dengan handuk putih.

Cakra mengangkat amplop surat di tangannya setinggi dada, tersenyum sumringah kemudian berkata, "Dari lapas."

"Mas Zura?" tanya Ian.

Cakra menggeleng. "Adhisty," paparnya yang membuat Ian membulatkan mata.

"Oy, oy, setelah berbulan-bulan dia akhirnya kirim kita surat?" Dari suaranya Ian terdengar sangat bersemangat. Menyipitkan mata, pria itu berkata, "Errr, tapi kenapa ngirimnya ke sini? Hayolooo ada apa?"

Cakra mendengus, tentu saja tidak ada apa-apa. Mungkin Adhisty mengirim suratnya ke sini karena memang alamat yang dia tahu hanya rumah Cakra dan apartemen Amory. Jadi, yah, wajar saja.

Kini Cakra mulai membuka surat yang diterimanya, dengan Ian di sisinya dia membaca tiap kalimat panjang yang ditulis Adhisty.

"Whahh, kesemuanya cuma ditujukan buat lo, Cak. Ngapain panggil gue?" tanya Ian memalingkan muka dari kertas. Dia kini memilih berhenti membaca, memilih untuk duduk di kursi santai yang tersedia seraya meraih gelas jus yang disediakan pekerja rumah Cakra. Bermain di rumah Cakra memang yang terbaik, apalagi setelah Adinata di pihak mereka.

Kini hanya Cakra yang membaca surat Adhisty, menyerap tiap kata yang ditulis gadis itu seraya membayangkan bagaimana Adhisty saat menulisnya.

Cak, lo sempat tanya, kan, kenapa gue dapat peringkat satu setelah satu tahun padahal ingatan gue bagus? Sejujurnya gue sengaja, gue sengaja jawab salah di ujian supaya bisa lebih lama di neraka itu. Gue gila, kan? Saat itu gue berharap ayah atau ibu gue datang, ayah atau ibu gue sadar gue hilang dan selamatin gue. Tapi nyatanya nggak gitu, ayah bahkan nggak sadar gue hilang dan mom datang setelah sekian lama. Sorry jadi curhat.

Cakra cukup tertegun kala membaca paragraf itu, oh, ternyata Adhisty lebih nekat dari yang dia pikirkan.

Di bawah gue tulis beberapa alamat. Tolong datang ke alamat itu dan kasih beberapa uang ke mereka. Itu alamat warung yang dagangannya gue curi selama gue buron. Maaf ngerepotin lagi, gue akan ganti uangnya setelah gue bebas. Ah, kalau lo nggak mau, hubungi aja perusahaan mom gue.

Entah kenapa Cakra terkekeh, dia bisa membayangkan seberapa banyak pertimbangan Adhisty sebelum dia menulis kalimat itu. Dia pasti sebenarnya enggan, namun rasa bersalah yang dia rasakan pasti membuatnya tak tenang.

"Dor."

Cakra terlonjak kala seseorang mengagetkannya dari belakang. Untung saja Cakra bagus dalam mengendalikan tubuhnya sehingga dia tak berakhir tercebur ke kolam renang.

"Lo kayak orang yang lagi ngerjain ujian," ujar orang yang mengagetkan Cakra. Seorang gadis manis berambut panjang yang sudah lama Cakra kenal. Amory. "Baca apa lo?" tanyanya.

"Surat Adhisty," balas Cakra yang membuat Amory dengan semangat merebut surat itu dari tangannya.

"Woahh, si kasar itu akhirnya kirim surat juga," ucap Amory terus membaca surat hingga akhir. Cakra saja sampai menyingkir dari hadapannya dan menyusul Ian duduk di kursi seraya memperhatikan D Twins yang asik berenang.

"Amory beneran menyerah buat jadi dokter, ya?" tanya Cakra tiba-tiba. "Dia nggak akan nyesel, kan, ya?"

"Hoo, dia bulat mau masuk jurnalistik," balas Ian menaruh gelas minumannya. "Omong-omong main sama Ajeng jadi?"

Masa ujian telah selesai, kini Cakra, Amory, dan Ian sama-sama hanya tinggal menunggu hasil dari kerja keras mereka seraya mempersiapkan diri untuk mengejar universitas yang mereka impikan. Semuanya berjalan normal setelah beberapa waktu berlalu, hari-hari normal mereka telah kembali meski satu dari mereka sudah tak ada lagi. Makan es krim bersama di depan minimarket, membicarakan hal-hal seru saat berkumpul, atau pergi liburan saat ada waktu. Ketiganya melakukan semua itu seperti sebelum-sebelumnya, menikmati hidup yang masih mereka miliki dengan rasa syukur yang mengembang dalam hati.

Sesekali mereka juga mengunjungi Nevan, menghadiahkan lelaki itu doa dan cerita bahagia. Nevan tentu saja tidak mungkin mereka lupakan, lelaki itu tetap menjadi bagian dari kisah mereka.

"ASTAGA SI KASAR ITU NYURI?! ASTAGHFIRULLAH BANGET DIA!!"

•••

28.02.2023

Yey, akhirnya selesai :')

Ayang-nim, makasih banyak udah sampe sini. Bagaimana dengan epilognya? Aku nggak pandai bikin epilog tapi semoga aja ada yang senang🤝

Buat yang bertahan sampai sini, AILOPYUUUU 16000 avv

Dahlah, sampai ketemu di cerita berikutnya. JANGAN LUPA FOLLOW HEH-!

The Secret [COMPLETED]Where stories live. Discover now