Chapter 22

344 39 26
                                    

"Lima musuh kedamaian tinggal bersama kita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lima musuh kedamaian tinggal bersama kita. Ketamakan, ambisi, iri hati, amarah, dan kesombongan. Jika ini harus dibuang, kita harus benar-benar menikmati kedamaian abadi."
— Travis Wayar Sangngern









•••









Sepasang kekasih yang sibuk melihat pemandangan kota Bangkok dari kaca jendela berukuran besar di kamar inap milik Porschay. Mata bulat milik pria cantik itu menetralkan pandangannya kearah gedung-gedung pencakar langit dan sungai Chao phraya.

Bahkan kesehatan Porschay mulai membaik, tetapi kesehatan psikis pria cantik itu belum pulih sepenuhnya.

Macau setia menemani Porschay.

Iya, bahkan dia rela bergadang hanya untuk menemani kekasihnya. Setulus itulah cintau Macau pada Porschay.

"Apa kau suka pemandangannya?" Tanya Macau pada kekasihnya. "Kenapa tidak menjawabku? Apa kau suka? Kau mendapat hadiah lagi? Melihat bonekamu, pasti itu masih baru."

Dengan segera Porschay mengeleng pelan dan menunduk. "Aku mendapatkannya dari seorang suster."

"Lantas, kenapa kau bersedih?"

"Karena aku merasakan kekurangan di dalam hidupku?" Porschay merasa hampa.

"Astaga. Kau membuatku binggung." Macau pun meranjak dari sofa single di dekat jendela. "Bila kau bosan carilah kegiatan yang membuatmu senang. Dulu ketika aku bosan sering mencari kegiatan lain." Macau menjelaskan beberapa hal yang pernah dia lakukan ketika dirinya di landa kebosanan.

"Aku suka bermain gitar dan menyanyi." Jawab Porschay.

"Begitu rupanya." Iris mata Macau melihat pemandangan kota Bangkok sekilas. "Tampaknya... cuaca ini sangatlah indah bila diselingi oleh suara gitar dan nyanyi merdu. Mau bermain gitar bersamaku?"

"Jika bermain gitar dan bernyanyi, kepalaku akan pusing." Porschay melihat kearah prianya.

Macau hanya tersenyum simpul. "Lain kali kita mainkan gitarnya dan bernyanyi bersama. Bahkan aku pandai bermain gitar. Kau harus tahu, bila aku juga memiliki beberapa koleksi gitar yang bagus. Itu keren."

Pria tampan itu pun menyedot kopi kalengnya dengan perlahan. Hingga akhirnya Porschay bersuara. "Itu juga bagus. Tapi rasanya sangatlah sulit."

Kaki jenjang Macau pun mendekati kekasihnya. Kemudian pria itu duduk tepat di samping tubuh milik Porschay.

"Kenapa kau bisa bilang sulit padaku? Bukankah kita akan melewati semuanya bersama-sama? Kau pasti belum terima dengan kematian anak kita, bukan? Mari kita buka lembaran baru. Aku tahu rasanya sangatlah sakit kehilangan seorang bayi. Bahkan aku juga sempat terpuruk. Tetapi aku bangkit untuk melihatmu tersenyum lagi." Porschay hanya terdiam ketika mendengar ucapan prianya.

04. WHY Seasons 4 | Simpony of Night Flowers [END]Where stories live. Discover now