Chapter 44

288 36 22
                                    

"Tidak ada hal yang kebetulan di setiap perjalanan yang aku jalani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak ada hal yang kebetulan di setiap perjalanan yang aku jalani."
— Sam Chalach Tantijibul











•••












"Valen, jangan merangkak jauh-jauh, ya? Karena Phi Sam tidak sanggup untuk mengejarmu, Sayang?"

Sejak beberapa menit yang lalu, Sam sibuk menemani Velence bermai. Bahkan dia juga di temani oleh pelayan, sekarang ini kandungan Sam sudah menginjak 5 bulan, bahkan langkahnya semakin pelan dan perutnya terasa sesak.

Melihat istrinya kesusahan, dengan segera Venice menangkap Valence yang ingin melarikan diri, kini pria picik itu pun memukul pantat sang adik. Terlihat sekali bila bayi laki-laki tertawa girang, sekarang langkah Valence semakim cepat membuat para pelayan kewalahan.

"Hiya.. Ahahaha.. Alen mawu kejal meow yayay.." Ucap Valence pada kakaknya.

Venice pun melihat kearah istrinya yang duduk di sofa. "Pergilah untuk istirahat kekamar terlebih dahulu, lihatlah kakimu terlihat membengkak, biar anak nakal ini akan aku urus."

"Terima kasih. Aku takut merepokanmu? Terus bagaimana bila Mommy bertanya tentang diriku?" Sam merasa tidak enak hati.

"Biar aku urus." Jawab Venice sambil mengendong Valence yang ingin turun dari gendongannya.

Pelayan senior itu terlihat waspada dengan langkah Nyonya mudanya. "Hati-hati, Nang Sam."

Dengan hati-hati Sam menaiki tangga dan di bantu oleh pelayan.

Venice yang kesal pun segera menurunkan adiknya dari gendongannya. "Hei, anak nakal kau mau kemana jangan lari kesana, perasaan masa kecilku tidak seaktif bocah ini. Pakai sepatumu! Hei, ikan buntal?!!"

Valence berlari keluar kearah taman belakang, bahkan kaki mungil bocah itu tidak mengenakan alas kaki, dengan langkah terpatah-patah Valence berusaha mengejar kucing putih dan abu-abu peliharaan Ibunya.

"Meow~ Meow~~ ngan agie!!" Ucap Valence bersemangat.

Venice membawa sepatu adiknya dan berdiri di belakang Valence. "Jangan di kejar seperti itu? Nanti kucingnya lari ketakutan dan kita bisa di usir dari rumah oleh Ibumu?!"

"Ana egih?! Huwaa... Angan egih? Meow~ akut hiyaa elen?!" Valence pun menunjuk kearah kakaknya dan meraih tubuh kucing abu-abu di depannya.

Pakaian milik Valence terlihat sangat kotor, karena bocah itu berjongkok di tanah. Tubuhnya yang gempal dan lucu terlihat bulat dari belakang. Dengan segera Valence memakaikan sendal katak ke kaki adik kecilnya.

"Jangan di pegang ekornya nanti mengigit tangan bulatmu?" Ucap Valence pada adiknya.

Bocah laki-laki itu pun menunjukan tangan berisinya pada sang kakak. "Ngan Alen uyat?

04. WHY Seasons 4 | Simpony of Night Flowers [END]Where stories live. Discover now