Chapter 63

337 40 50
                                    

"Kemenangan pertama dan terbesar adalah menaklukkan diri sendiri, ditaklukkan oleh diri sendiri adalah hal yang paling memalukan dan keji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemenangan pertama dan terbesar adalah menaklukkan diri sendiri, ditaklukkan oleh diri sendiri adalah hal yang paling memalukan dan keji."
— Venice Kornwit Treerapanyakun









•••










"Travis, apa yang kamu lalukan?! Hentikan untuk menyiksa orang yang sedang hamil hingga seperti ini?!!"

Suara milik Pongpop terdengar di dalam ruang penyiksaan milik Travis ketika melihat Sam tidak berdaya. Dia bisa melihat darah segar keluar dari dalam lubang hole milik Sam, dan Travis terlihat tidak perduli. Suja yang baru saja datang pun terkejut, iris matanya melihat Sam dengan luka lebam di sekujur tubuh.

Melihat kedatangan Bibi dan Ibu angkatnya, Travis terlihat tidak senang ketika kedua orang yang berpengaruh di dalam hidupnya mulai menghalangi jalannya.

"Wahhh!!!" Travis tertawa seperti orang gila ketika melihat Alice yang ikut muncul. "Ini adalah sebuah perihal yang bagus. Saat jalang ini mati, bajingan itu akan menjadi lemah dan kita bisa menghabisinya dalam sekejap mata. Pasti menyenangkan melihatnya, aku tidak perduli dia hidup atau mati."

"Travis Wayar Sangngern!!!" Suara Suja membuat langkah kaki Travis berhenti. "Aku datang kemari bukan untuk melihat mayat jalang ini, sekarang Klan Minor sedang berduka atas kematian Darren."

Travis pun membalikan badannya untuk melihat kearah sang Bibi, terlihat sekali bila Suja terlihat begitu kacau dengan tangan yang di perban.

Tanpa disadari bila Sam masih sadar, pria cantik itu memilih menutup matanya, bahkan dia merasakan kakinya terasa sangat sakit, tubuhnya terasa perih ketika luka cambukannya belum sembuh.

Selang beberapa saat, Pongpop pun menutup tubuh telanjang milik Sam mengunakan kain, kondisi Sam terlihat begitu lemah.

Pria bejat itu terdiam sejenak, hingga akhirnya bersuara. "Darren, orang itu... aku rasa kekuatan Venice akan lemah ketika orang terpercayanya mati dengan cuma-cuma. Jadi, siapa yang membunuhnya? Aku rasa itu kau, bukan?"

Suja hanya menatap datar keponakannya. "Aku tahu, Travis. Namun tujuanmu untuk menyiksa anak ini tidak masuk ke dalam strategi yang kita buat. Lalu, sekarang bocah itu sedang hamil besar."

"Aku tahu maksud suamiku? Dia ingin memancing Venice untuk datang." Alice terlalu bodoh, bahkan dia berusaha membela Travis di depan Suja.

Pongpop segera mengecek pernafasan milik Sam yang lemah. "Nafasnya sangat lemah, bila dia tidak cepat di tangani bisa mati di tempat."

Mendengarnya, Travis hanya bisa tertawa kecil, dia hanya ingin mengharapkan Sam mati. "Seperti biasa, Ibu sok menjadi malaikat." Dengusnya. "Bila jalang itu mati sekarang pun aku tidak perduli, jadi sekarang biarkan saja dia menemui ajalnya, karena sejak awal nyawa harus di balas nyawa, dan mata harus di balas dengam mata. Begitupun juga darah harus di balas dengan darah."

04. WHY Seasons 4 | Simpony of Night Flowers [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang