Lembar Kedelapan : Jadian

4.4K 127 11
                                    

''Selamat Pagi, Herio ...'' sapa Aa' Iyan dengan suara yang ceria lengkap tambahan senyuman manis yang menyegarkan. Aku agak kaget karena melihat laki-laki bertinggi badan 170-an cm ini sudah mandi dan berpakaian rapi.

''Selamat Pagi juga, Aa' ...'' balasku tak mau kalah dengan menebar senyuman yang manis pula.

''Bagaimana tidurmu semalam, apakah terasa nyenyak?'' tanya Aa' Iyan sambil menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhnya.

''Iya ... aku rasa begitu,'' jawabku.

''Baguslah!"

''Bagaimana dengan Aa' sendiri?''

''Oh, tentu saja ... Aa' tidur sangat nyenyak!'' Aa' menatapku dengan pandangan yang sedikit berbeda, rona wajahnya lebih fresh dan menyenangkan.

''Aa' sudah mandi dan rapi ... Aa' jadi kelihatan tampan dan wangi."

''Hehehe ...'' Laki-laki berjenggot tipis ini jadi nyengir.

''Hari ini Aa' ada tugas mengantarkan mobil ke dua tempat yang berbeda. Jadi, Aa' harus datang ke kantor lebih awal. Aa' harus mengambil mobil dan membawanya ke tempat kir yang ada di Pulogadung terus diantar ke rumah customer yang ada di daerah Pondok Kopi," terang Aa' sambil memakai jaket lalu menggendong tas rangselnya.

''Wah, banyak orderan ya, A'?"

''Ya ... jadi Aa' buru-buru nih!"

''Tidak sarapan dulu, A'?"

''Tidak usah ... nanti Aa' sarapan di jalan saja."

''Oh, gitu ....''

''Ya, cowok manis ... Aa' berangkat dulu ya, terima kasih atas tumpangan nginap dan jamuannya!'' Aa' Iyan membelai pipiku dengan usapan lembut, "Aa' ... sayang sama Herio," imbuhnya sembari mengecup keningku lalu bergegas pergi meninggalkan aku.

''Aa' ....'' Aku menghentikan gerakan langkah Aa' Iyan, perlahan laki-laki beraroma lavender ini menoreh ke arahku, "Hati-hati ...'' lanjutku yang disambut dengan anggukan mantap dan senyuman yang tulus dari lelaki berhidung besar itu.

''Iya, Herio ... terima kasih!'' Aa' membalikan badannya.

''Aa' ....''

''Iya ....''

''Herio juga sayang sama Aa'!"

''Ya ... Aa' tahu! Assalamualaikum." Aa' melambaikan tangannya.

''Walaikumsalam."

Aa' iyan melangkah meninggalkan aku yang masih terbengong menatap kepergiannya. Entahlah, aku merasa ada sesuatu yang membuatku tidak rela untuk melepas kepergian laki-laki bergigi kelinci itu. Dia yang menurutku berbeda dengan laki-laki kebanyakan yang selama ini aku temui. Hanya dia yang mampu membuat hatiku bergetar dan berbunga-bunga, dan dari dialah aku bisa merasakan sebuah ciuman indah yang ku dapatkan dari seorang lelaki. Aa' Iyan ... kamu lelaki sederhana yang benar-benar membuatku jatuh hati. Sadar atau tidak, diam-diam aku mengaguminya dan mungkin jatuh cinta kepadanya, walaupun aku tahu dia sudah memiliki istri dan tiga orang anak, tapi hal itu tidak menyurutkan rasa sayangku terhadapnya.

Semenjak hari itu, komunikasiku dengan Aa' Iyan semakin rapat dan semakin gencar, kami berdua terus merajut benih-benih kasih yang muncul pada diri kami dan menanamkannya sebagai pondasi ikatan cinta yang kokoh dan tangguh.

Beberapa bulan kemudian, aku jadian sama Aa' Iyan, dia memberikan segenap rasa sayangnya kepadaku. Nafkah lahir dan batin juga tak luput dia berikan, dan perlu kalian ketahui, bahwa dia adalah laki-laki pertama yang membuatku rela untuk melepaskan keperawanan lubang sarang belutku (dubur). Dia mengajarkan aku banyak hal yang berhubungan dengan cinta sejenis. Dari dia jugalah aku jadi mengenal arti kesetiaan dan cinta yang tulus, meskipun aku paham dan sadar bahwa hubungan ini tak akan pernah menjadi abadi.

Aku tidak tahu, sampai kapan hubungan cinta terlarang ini akan bertahan, aku hanya menikmati setiap momen berkesan yang mungkin akan menjadi sebuah kenangan terindah saat aku tak lagi bersama Aa' Iyan.

Tinta Putih Di Lembar HitamWo Geschichten leben. Entdecke jetzt