Tinta Putih Di Lembar Hitam

Lembar Ke-52 : Percum

Kami berdua sudah selesai makan, tapi lampu masih belum menyala. Rangga juga masih betah berada di kamarku, dia sepertinya masih enggan untuk turun dan singgah di rumahnya. Sambil menunggu lampu menyala kembali, aku dan Rangga mengobrol tentang banyak hal. Rangga lebih banyak porsi cas-cis-cus-nya, dia menceritakan teman-teman sekolahnya yang kece-kece. Dan Rangga sangat bersemangat ketika dia menceritakan tentang teman ceweknya yang dia taksir. Cewek itu bernama Sekar, menurutnya Sekar memiliki wajah yang cantik, berkulit putih, barbadan sexy dan mempunyai ukuran payudara yang lumayan besar. Bagi Rangga, Sekar itu primadona yang selalu jadi objek fantasinya di setiap kali dia beronani. Wajah cantik dan body aduhai Sekar-lah yang selalu membuat Rangga jadi terangsang apalagi kalau dia berpikiran jorok dan membayanginya, dedek mungil Rangga langsung konak tak terkendali.

''Rangga ... kamu sekarang lagi membayangi Sekar, dan itu berarti kontolmu jadi ngaceng, iya 'kan?" komenku memotong pembicaraan Rangga.

''Iyaa, Mas ... entah mengapa dedek imut Rangga mendadak konak kalau sedang membicarakan cewek itu ...'' sahut Rangga tanpa basa-basi seraya mengelus gundukan di area selangkangannya yang sudah membentuk tenda.

''Terus kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan, Rang?''

''Biasanya kalau Rangga sudah tidak kuat, pasti ujung-ujungnya Rangga shake the banana, Mas ...'' tangan Rangga menyelusup ke dalam celana kolornya dan mengobok-obok dedek imutnya sendiri.

''Awas, ya ... jangan ngocok disini!'' tegurku.

''Iya, gak lah, Mas ... aku masih bisa tahan, kok ... Cuma aku heran ya, Mas ... kenapa kalau lagi posisi ngaceng begini lubang di ujung kontol Rangga kok jadi becek, ya ... semacam ada cairan yang bening dan lengket-lengket begitu, itu apaan sih, Mas Her? Apakah itu sperma? Kok belum apa-apa sudah keluar, ya? Apakah Rangga mengalami ejakulasi dini? Ihh ... jadi takut, ah!"

''Oh, itu percum namanya ...''

''Hah! Percum? Apaan tuh, Mas?''

''Percum atau dalam ilmu Biologi dikenal dengan cairan semen alias manzi ... cairan ini keluar biasanya saat pria sedang terangsang berat, fungsi cairan ini sebenarnya sebagai pelumas alami bagi seorang pria dan menandakan bahwa dia siap untuk melakukan penetrasi. Apakah percum sama dengan pejuh/sperma? Percum bukan sperma, jadi kamu tak usah khawatir, walaupun terkadang memang cairan itu berisi sel-sel sperma. Untuk membedakan percum dengan sperma secara kasat mata bisa dilihat dari warnanya. Percum berwarna bening dan lengket, sedangkan sperma berwarna putih kental seperti susu ...''

''Oh, jadi begitu ya, Mas ....''

''Iya, begitu kira-kira, Rangga ....''

''Wah, Mas Herio bener-bener joss deh! Sudah pantes jadi pakar seks kayak Dokter Boyke ...''

''Hahaha ... Kamu bisa aja, Rangga!''

''Beneran, Mas Her ... Rangga gak nyesel deh kenal dan gaul sama kamu, Mas!''

''Asal jangan minta digauli aja, hahaha ....''

''Wkwkwk ... emangnya Rangga, gay apa? Minta digauli cowok!"

''Hahaha ....'' Aku turut ngakak.

Aku dan Rangga tertawa bareng, dan saat itulah lampu di kamarku menyala kembali, suasananya jadi terang, aku langsung meniup pijar lilinnya hingga mati.

''Yeea ... Lampunya nyala!'' seru Rangga girang seperti ekspresi anak kecil mendapatkan permainan baru.

''Rangga ... Rangga ... kamu terkadang childish banget, sih ...'' komenku saat melihat tingkah Rangga yang kocak itu.

''Ya, 'kan Rangga emang masih kecil, Mas ...''

''Masih kecil tapi udah bisa bikin anak kecil, ya?''

''Hahaha ...'' Rangga terbahak-bahak, ''Mas herio bisa ngelawak juga ...'' kata Rangga.

''Hmmm ...'' Aku bersingut.

''Udah ah, Rangga mau balik ke kandang dulu. Terima kasih ya, Mas ... untuk makan malamnya dan juga penjelasan ilmu sexologi-nya lagi ...''

''Iya, sama-sama, Rangga!''

''Jujur Mas, kalau Mas Herio cewek ... udah Rangga pacari. Hehehe ....''

''Emang kenapa kalau aku cowok?"

''Iya, sayangnya Mas Herio cowok, sih ... masa' kita mau main pedang-pedangan ...''

''Lho ... bukankah masih trend tuh? Cowok pacaran sama cowok!"

''Iihhh ... amit-amit jabang orok deh, Mas ... Rangga gak mau ikut-ikutan kayak gitu! Jeruk kok minum jeruk ...''

''Iklannya Joshua kali, ahhh ...''

''Hehehe ..." Rangga jadi ngakak, "udah ah ... met istirahat ya, Mas ....'' ucapnya.

''Oke, Rangga ... awas ya, jangan ngocok!''

''Hahaha ... Nggaklah ... udah gak ngaceng lagi, udah lemes!"

Cowok brondong itu kabur dari kamarku, dan lagi-lagi aku cuma geleng-gelengkan kepala melihat tingkah kocak bocah itu. Terkadang dia menjadi penghibur diriku di saat aku merasa sedih dan kesepian, tingkah konyolnya sungguh-sungguh mampu membuatku tertawa. Walaupun aku sadar kalau dia sangat homophobia, jadi aku harus berhati-hati dalam bersikap saat bersama remaja laki-laki tanggung itu.