Lembar 115 : Siklus

1.2K 49 9
                                    

DAN akhirnya, kantuk pun datang. Aku mengakhiri obrolan dengan Mas Sofiano dan bergegas masuk ke kamarku. Aku mematikan lampu kamar dan tidur.

Aku terbangun ketika hari sudah pagi. Kupingku mendengar suara kicauan burung-burung yang hinggap di ranting-ranting pohon jambu air. Sungguh merdu twitan burung-burung itu seperti menyanyikan kidung asmara dalam elegi percintaan. Namun sayangnya kicauan itu bersautan dengan deruman suara knalpot motor yang cukup membisingkan telinga.

Aku segera bangkit dari peraduan mimpiku, aku buka pintu kamarku dan langsung disambut oleh cahaya mentari yang menyilaukan mataku. Angin pagi berhembus manja seolah menyapaku dengan bisikan lembut "Assalamualaikum . . selamat pagi, Herio ...''

__Ah, itu mah sebuah pesan singkat dari salah satu temanku yang aku baca di aplikasi TELEGRAM. Teman yang mana lagi sih, Herio? Kok kayaknya temanmu banyak banget, ya? Hehehe ... sebuah pertanyaan yang bagus.

Sebenarnya bukan temannya yang banyak, tapi kehadiran mereka yang datang dan pergi sesuka hati dengan singkat, sesingkat embun pagi yang terkikis oleh sinar matahari. Tak bisa dipungkiri media sosial di jagad maya begitu berjibun, dan itu memudahkan kita untuk berkenalan dengan siapa saja semudah kita membalikan telapak tangan apalagi kalau kita memasang foto profil yang good looking pasti langsung dibanjiri dengan DM (Direct Messange) yang ingin mengajak kita berkenalan.

Apalagi para makhluk belok penyuka sejenis. Mereka begitu mudah tergiur dan terpancing dengan wajah-wajah cute dan menggemaskan seperti aku (Sorry ... sesekali memuji diri sendiri, ya! Narsis gak papa 'kan?).

Tapi biasanya cowok-cowok yang mudah tergoda dengan tampilan foto profil cenderung tipe orang yang hanya melihat bentuk fisik semata, ketika kenyataannya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan mereka akan mudah kecewa dan menghilang entah kemana. Waspadalah, orang-orang semacam ini sangat tidak dianjurkan untuk dijadikan teman apalagi sahabat (Danger, Bro!).

Bahkan di kalangan gay kerap memunculkan teori konspirasi yang cukup membuat kita jadi mengurut dada. Betapa tidak, jika kehidupan homoseksual itu diidentikan dengan siklus (On Line--perkenalan--tukar Pin/nomor contact--Chatting-- Pertemuan--Croot--Delcont ).

__Ekhemmm ... siapa yang sering begitu? Hayooo buruan Ngaceng! Eh Ngacung, hehehe ... (segeralah rubah Visi dan Misi kalian deh!).

Sebenarnya sih, tak ada salahnya kalau kalian mau menerapkan kehidupan semacam itu, tapi mau sampai kapan? Perlu kalian ketahui, Bro menjalin persahabatan jauh lebih langgeng dari pada memuaskan nafsu semata. (Aduh ... sok bijak banget sih aku ini!).

Oh ya ... ngomong-ngomong soal teman yang sedang nge-chat di TELEGRAM-ku, aku bocorin sedikit neeh, dia adalah Dwi Anjas Sajono. Aku kenal dia lewat medsos especially (Hornet). Aku sudah kenal cukup lama, aku juga tahu betul dengan tabiatnya yang termasuk tipe hunter dan sering banget mempratikan siklus yang ku maksudkan tadi di atas. Intinya dia suka gonta ganti pasangan buat di ajak enaena. Untungnya aku tidak mudah tergoda oleh rayuan mautnya, tapi justru inilah yang memnyebabkan dia penasaran dengan aku dan ingin berkenalan lebih jauh dengan aku. Namun aku sudah wanti-wanti sama dia dan memberikan warning bahwa aku hanya akan menjadikannya teman saja. Dan entah mengapa, akhir-akhir ini dia kerap mengajakku chatting. Banyak hal yang dia ceritakan tentang kehidupan pribadinya. Dan aku merasa dia berada dalam masalah yang cukup serius sehingga membutuhkan tempat curhat yang pas.

Dan siang ini, dia mengajakku bertemu di sebuah tempat untuk makan siang bersama.

''Herio ... bisa gak kita ketemuan siang ini? '' ajakan dia lewat telegram.

''Ketemu dimana, Jon?'' jawabku.

''Tempat makan yang dekat kerjaan kamu, aj ... ada sesuatu yang ingin aku sampaikan!''

''Oke, Jon ...''

''Thanks before ... sampai ketemu di tempat makan, Herio Purnama!''

''Siip!''

Tinta Putih Di Lembar HitamOnde histórias criam vida. Descubra agora