Lembar 127 : Jalan

1.4K 47 1
                                    

SELESAI mandi aku berpakaian rapi, walaupun hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Seperti biasanya casual look, style fashion yang aku gunakan untuk sehari-hari di rumah. Sederhana, calm namun tetep modis sesuai dengan karekter pribadiku.

Hari minggu ini memang tidak ada acara khusus buatku dan mungkin, aku akan menghadapi rasa galau di sepanjang hari ini. Daripada aku dicekam oleh rasa galau, mendingan aku keluar dari kamarku. Tapi, aku tidak tahu mau kemana? Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya perlahan. Mataku sejenak melirik ke arah kamar Mas Sofiano. Kamar itu nampak tertutup rapat dan sepi. Aku berjalan menghampiri kamar itu dan saat aku mencoba menekan grendelnya, eh ... pintunya terbuka, rupanya Mas Sofiano tidak mengunci kamar ini. Karena terlanjur terbuka, aku memberanikan diri menyelinap masuk sambil menyebut-nyebut nama Mas Sofiano.

''Mas ... Mas Sofiano ...'' ujarku seraya memperhatikan seisi ruangan ini, namun tidak ada jawaban dan aku juga tidak menemukan batang hidung Mas Sofiano.

''Aneh ... kemana ya, Mas Sofiano, mengapa dia meninggalkan kamarnya tanpa menguncinya terlebih dahulu?'' pikirku dalam hati. Lalu karena tidak menemukan siapa-siapa di sini, aku pun bergegas keluar dari kamar ini.

Aku menuruni tangga dan memeriksa garasi. Di tempat ini aku juga tidak mendapati motor Mas Sofiano yang biasa terparkir di pojok ruangan. Mungkin Mas Sofiano memang lagi pergi.

__Hmmm ... kemana ya, kira-kira Mas Sofiano? Padahal aku berniat untuk mengajaknya jalan. Eh, malah dia sudah pergi duluan. Ya, sudahlah ... terpaksa aku jalan sendirian saja.

Aku keluar dari ruang garasi, dan saat itu pula aku berpapasan dengan Bapak Kost dan seorang pria parobaya. Mereka nampak akrab dan sedang membicarakan sesuatu. Tak lama kemudian mereka menaiki tangga secara bersama-sama, lalu masuk ke dalam kamar Mas Sofiano.

__Apa yang akan dilakukan oleh mereka berdua, ya? Aku jadi kepo deh!

Diam-diam aku membuntuti dua orang itu dan mengintainya. Setelah beberapa menit lamanya aku mengintai, akhirnya aku baru tahu, ternyata laki-laki yang bersama Bapak Kost itu seorang tukang yang akan membetulkan kran yang rusak di kamar Mas Sofiano.

__Ohhh ... pantes saja Mas Sofiano pergi tanpa mengunci kamarnya. Rupanya ini toh penyebabnya. Yo, wis-lah ... tak ada yang patut dicurigai lagi, mendingan aku hangout aja!

Well ... Meskipun dengan langkah yang ragu, aku tetap menggerakan kedua kakiku dan tak peduli akan dimana kaki ini berhenti melangkah. Seperti orang yang hilang ... mondar-mandir kesana-kemari tak jelas hingga akhirnya aku berhenti ketika aku melihat sebuah keramaian. Ada kerumunan beberapa orang di tepi jalan. Karena penasaran akhirnya aku mendekati kerumunan orang tersebut.

''Ada apa?'' Terdengar suara orang bertanya-tanya.

''Ada kecelakaan kayaknya!'' jawab yang lainnya.

''Aduh, kasihan ... tolongin, yuk!'' ajak orang-orang yang lainnya lagi.

''Ayo!'' serempak beberapa orang menjawab sembari bergerak cepat ke tempat keramaian.

Dan memang benar ada seorang bocah yang terlihat habis terjatuh dari motornya. Kakinya nampak terluka dan mengeluarkan darah segar, lengan dan sikunya juga tergores seperti bekas tersayat aspal. Beberapa orang langsung memberikan pertolongan darurat pada bocah laki-laki itu. Usia bocah itu masih terlalu muda untuk mengendarai sepeda motor sehingga banyak pihak yang menyayangkan kejadian ini. Dan usut punya usut, kecelakaan yang menyebabkan dirinya terjatuh itu, karena dia salah pegang kendali, rem yang seharusnya dia tekan tapi justru gas yang dia tarik. Akibatnya sudah pasti dia panik dan tak bisa mengontrol motornya sehingga dia terpental jauh dari kendaraannya sementara motornya nyungsep ke dalam got.

Kecelakaan ini memang tidak mengakibatkan terlalu fatal, tapi akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bocah itu. Semoga ke depannya dia akan lebih berhati-hati. Ketika melihat wajah polos bocah itu aku jadi mengingat wajah Rangga, karena bentuk rahang dan style rambut anak laki-laki itu mirip sekali dengan Rangga. Apakah ini perasanku saja atau memang aku belum bisa melupakan Rangga?

__Kok ... aku jadi kepikiran dengan dia, ya? Apa kabar dengan remaja tanggung itu. Apakah dia masih mengingatku? Apakah dia merindukan aku seperti aku merindukannya? Ah, Rangga ... aku ingin bertemu dengan kamu!

Tinta Putih Di Lembar HitamUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum