Lembar Ke-96 : Mobil Box

1.3K 50 1
                                    

I'm trying but i keep falling down

I cry out but nothing comes now

I 'm giving my all

And i know peace will come

I never wanted to need someone

Yeah i wanted to play tough

Thought i could do all just on my own

But even superwomen sometimes needed superman's soul

Help me out of this hell

Your love lifts me up like helium ....

Penggalan lirik lagu yang berjudul Helium yang dinyanyikan oleh Mbak SIA dan merupakan salah satu soundtrack film The Fifty Shades of Darker. Lagu ini mengiringi perjalanan pulang yang ku putar dari smartphone dan ku perdengarkan lewat headset. Music dan melodinya mendayu-dayu banget, sehingga sangat cocok buat seseorang yang sedang galau. Apakah aku sedang galau sehingga mendengarkan lagu ini? Tentu saja tidak ... aku hanya mengisi indra pendengaranku dengan lagu ini agar tidak bowring aja selama berada di belakang jok motor tukang ojek pangkalan yang sudah cukup berumur. Mungkin usia bapak tukang ojek ini sepantaran dengan bokapku. Tadinya aku mau order ojek On line, tapi ketika di jalan aku ditawari oleh bapak-bapak ini, aku jadi merasa iba dan tak kuasa untuk menolak tawarannya. Betul ... aku kasihan dengan bapak-bapak ini, karena seperti melihat bapakku sendiri ... ah, jadi kangen 'kan sama bapakku.

''Belok kiri ya, Pak ...'' komandoku saat motor ojek ini melintasi pertigaan, ''terus ... lurus aja, Pak ... sampai mentok ntar kalau ada gapura baru masuk dan belok kanan!'' imbuhku memberikan pengarahan pada driver ojek konvesional ini.

Motor pun melaju cukup kencang sesuai dengan arahanku. Dan beberapa menit kemudian aku pun tiba di depan kost-anku.

''Stop ... stop ... stop ... yups ... di sini aja!'' Aku memberikan kode pada tukang ojek tua ini, dan si bapak ini langsung menghentikan laju kendaraan roda duanya.

Aku segera turun dari jok motornya dan menyerahkan helm dan uang ongkos jasanya kepada bapak tua itu.

''Terima kasih ya, Pak ...'' ujarku.

''Sama-sama, Nak ...'' jawab Bapak berkumis tebal itu singkat dengan mimik muka yang sumringah, lantas beliau memutarbalikan motornya dan kembali meluncur meninggalkan aku yang masih berdiri tegap di muka bangunan rumah kost-anku.

Sebelum masuk ke rumah, aku memperhatikan sebuah mobil box yang terparkir tepat di depan kost-an. Mobil tersebut membawa beberapa peralatan rumah tangga seperti kasur, lemari, kulkas dan sebagianya. Dari mobil box itu juga nampak ada dua orang laki-laki bertubuh kekar yang membongkar barang-barang tersebut dan mengangkutnya turun kemudian mereka memindahkan perabotan itu ke dalam rumah ibu kost.

''Mas Her ... baru pulang?'' celetuk Rangga yang muncul mendadak dari balik pintu gerbang.

''Eh, Rangga ... iya nih!'' jawabku,

''Tumben jam segini baru pulang, Mas?''

''Emmm ... tadi ada kerjaan yang harus diselesaikan jadi ya, terpaksa lembur. Hehehe ...''

''Ohhh ...'' Rangga memonyongkan mulutnya hingga membentuk huruf O, kemudian dia hendak berjalan mendekati mobil box itu.

''Rangga!'' Aku menahan langkah remaja tanggung ini.

''Ada apa, Mas?'' Rangga dengan sigap mendongak ke arahku.

''Aku mau tanya ... kok, banyak barang-barang rumah tangga, sih ... emang itu punya siapa?''

''Itu perabotan punya Kakak Rangga, dia mau pindahan ke sini karena lagi berantem sama suaminya!'' jelas Rangga.

''O, gitu ...''

''Iya, Mas ... maaf ya, Mas Her ... Rangga tinggal dulu, Rangga mau jadi kuli ... bantuin ngangkutin barang-barang ...''

''Apa perlu aku membantunya, Rangga?''

''Tidak usah ... Mas Herio 'kan baru pulang kerja, pasti capek ... lagipula banyak kuli kok, yang sudah pada ngangkutin ...''

''Hmmm ... aku mau bantuin kamu, Rangga!''

''Udah ... lebih baik, Mas Herio ... istirahat aja!''

''Oke deh, Rangga ... Yang semangat ya, jadi kulinya! Hehehe ....''

''Huffttt ... malah diledekin!" Rangga bersingut, lalu brondong ganteng ini pun begegas mendekati para kuli-kuli kekar itu dan membantu mereka mengangkuti perabotan.

''Hahaha ...''

Aku tertawa sambil berjingkat menaiki tangga menuju ke lantai dua, sesekali mataku melirik ke arah Rangga yang sibuk mengangkat barang-barang itu, dan ketika dia mengetahui kalau aku sedang memperhatikannya, dia langsung memeletkan lidah dan memasang wajah juteknya.

__Hehehe ... dasar bocah menyebalkan, tapi kok aku suka ya? Duh!

Tinta Putih Di Lembar HitamOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz